Sang Penakluk || Aku Ibumu!

1.5K 61 16
                                    

Waktu terus bergulir dengan cepat, acara pernikahan Sera, dan Tristan hanya tinggal dua hari saja. Rossaline juga tampak sibuk mengambil alih semua pasien Sera, karena wanita itu sudah mulai cuti beberapa hari lalu. Lagi pula, wanita itu adalah menantu kesayangan pemilik rumah sakit ini, jadi bebas ingin mengambil cuti kapan pun.

"Huuh, hari ini lelah sekali," keluh suster Mila, dan suster Rika yang sudah membantu pekerjaannya.

Rossaline mengangguk setuju, "Mau minum kopi?" tawar Rossaline.

"Boleh," sahut keduanya dengan lemas.

Rossaline terkekeh, "Aku akan ke kafetaria, kalian bisa istirahat dulu," ucap Rossaline. Wanita itu tidak keberatan harus berjalan ke kafetaria untuk membelikan kopi kepada dua orang yang sudah membantunya seharian ini.

Ia menghela napas, melakukan sedikit peregangan untuk menghilangkan sedikit rasa pegal di tubuhnya.

"Akkh!" Rossaline tiba-tiba memekik saat tangannya di tarik kasar oleh seseorang, dan membawanya ke pintu tangga darurat rumah sakit.

Rossaline memberontak, tapi tiba-tiba saja kedua matanya melebar, melihat sosok yang baru saja menariknya ke sini.

"Rajendra?" gumamnya tidak percaya.

Ya, sosok yang barusan menariknya itu adalah Rajendra Alister, orang yang selama beberapa minggu ini menghilang. Pria itu tersenyum, dan menariknya ke dalam dekapannya. Memeluk dirinya dengan sangat erat.

"Kapan kau sampai?" tanya Rossaline.

Rajendra masih menghirup aroma tubuh Rossaline. "Baru saja, aku langsung menemuimu," jawabnya.

Rajendra kemudian melepaskan pelukannya, meraih kedua tangan Rossaline dan mengecupnya. "Aku minta maaf, karena telah mengecewakanmu,"

Rossaline tidak menjawab, ia tahu ke mana arah pembicaraan pria itu. Jujur, ia masih sangat kecewa kepada Rajendra karena tidak mencoba menjelaskan apa pun kepadanya saat itu.

"Rajendra," sahut Rossaline. Wanita itu melepaskan tangannya dari genggaman Rajendra.

Rajendra tampak sangat kecewa, tapi ia tetap menatap Rossaline dengan lembut.

"Kau berhutang banyak penjelasan kepadaku,"

Rajendra mengangguk, "Aku tahu. Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, tanpa ada yang terlewatkan satu pun,"

Mata Rajendra tampak mulai berkaca-kaca, ia lantas menyugar rambutnya ke belakang. Menatap wajah Rossaline dengan sendu, ia sangat merindukan wanita ini. Ia akui karena sempat ceroboh, dan goyah karena kehadiran Agatha.

Ia mati-matian menahan diri untuk tidak menerjang Rossaline, dan menghujaninya dengan beberapa ciuman.

Rossaline menghela napas, membuang wajah ke arah lain. "Katakan padaku, kenapa kau bisa berada di rumah sakit bersama Agatha?"

Ia tahu dirinya sudah sangat kekanakan dengan masih mengungkit hal yang sudah lama berlalu.

Rajendra memejamkan mata. Selama berada di Madrid, ia nyaris gila karena memikirkan Rossaline. Bagaimana pun, ia meninggalkan Rossaline dalam keadaan yang sangat kacau. "Aku tidak sengaja bertemu di restoran," Rajendra menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi saat itu, tanpa menutupi apa pun.

Rossaline mendengarkan dengan saksama, menatap mata Rajendra, seolah mencari jejak kebohongan di mata pria itu, tapi ia tidak menemukannya.

"Kau masih mencintainya?" tanya Rossaline dengan tenggorokan yang tercekat. Ia hanya ingin memastikan perasaan pria itu, jika memang pria itu masih mencintai Agatha, ia akan mundur, dan melepaskan Rajendra.

Rajendra menggelengkan kepalanya. "Tidak Rose, aku sudah tidak memiliki perasaan apa pun kepadanya. Aku hanya mencintaimu, sungguh!"

Rossaline menghela napas, mencoba tidak goyah oleh ucapan manis pria itu. "Apa yang kau lakukan di apartemen Agatha?" tanya Rossaline, yang membuat Rajendra mematung, dengan mata yang melebar.

"Katakan! Apa yang kalian lakukan?" tanya Rossaline yang tiba-tiba emosi, dan menahan sesak di dadanya.

Rajendra memejamkan mata beberapa saat, sebelum akhirnya menatap wajah Rossaline dengan penuh penyesalan. "Tidak ada yang kami lakukan Rose. Aku akui saat itu aku memang goyah karena kedatangan Agatha--"

Rossaline menggelengkan kepalanya. "Bukan itu yang ingin aku dengar Rajendra!" serunya keras. "Katakan padaku, apa yang kalian lakukan?"

Rajendra mengusap wajahnya kasar. "Maaf," pria itu hanya mengucapkan kata maaf, dan Rossaline terkekeh pelan, lalu air mata mulai mengalir.

Rossaline mencengkeram jas yang di pakai Rajendra, mengguncang tubuh pria itu dengan sekuat tenaga. "Brengsek kau! Kenapa kau melakukannya hah! Kenapa?" teriaknya. Rossaline tidak bisa membayangkan apa saja yang di lakukan Rajendra, dan Agatha saat berduaan di dalam apartemen.

Dadanya sesak, Rajendra memberikannya dunia yang penuh pelangi, tapi ia sendiri yang menghancurkan dunia itu. "Kau masih mencintainya?"

Rajendra kembali menggeleng. "Tidak Rose. Tidak sama sekali," ucapnya yakin.

Ia sungguh-sungguh tidak memiliki perasaan apa pun lagi kepada Agatha.

Hatinya milik Rossaline sepenuhnya. Ia berani sumpah.

Selama ini ia tidak bisa memikirkan Rossaline yang setiap hari kian lengket dengan Karel, ia cemburu meski Karel adalah kakaknya sendiri. Bagaimana mungkin ia masih memiliki perasaan kepada Agatha?

Rossaline memijat pelipisnya, wajahnya tampak memerah karena kesal, dan sudah basah oleh air mata. Ia lantas menghela napas, "Ayo kita akhiri hubungan ini," putusnya

Rajendra jelas menolak. "Tidak Rossaline. Kita tidak bisa berakhir begitu saja,"

Rossaline menatap Rajendra dengan sendu, ada tatapan kebencian di kedua mata indah itu. "Tidak bisa katamu? Kau saja masih goyah, dan terjebak dengan masa lalumu. Lantas apa gunanya kita mempertahankan hubungan yang sejak awal sudah tidak benar, ini?"

"Rossaline. Ku mohon, jangan lakukan ini kepadaku. Aku--Aku tidak bisa hidup tanpa mu,"

Rossaline memalingkan wajah. "Terserah, keputusanku sudah bulat. Kita tidak ada hubungan apa pun!" serunya, kemudian ia keluar dari pintu tangga darurat.

Rajendra mengepalkan tangannya, meninju tembok di hadapannya. Ia tidak bisa melepaskan Rossaline, ia tidak bisa kehilangan wanita itu.

Rajendra kemudian mengejar Rossaline, tapi begitu ia membuka pintu, sosok Rossaline tiba-tiba mematung dalam pelukan seorang wanita paruh baya.

Rajendra juga dapat melihat ada banyak orang yang sedang melihat Rossaline yang tengah di peluk oleh wanita paruh baya itu.

Namun, tiba-tiba saja Rossaline mendorong tubuh wanita itu dengan kasar, hingga terjatuh ke atas lantai. Kedua tangan Rossaline mengepal di sisi tubuhnya, matanya menatap benci kepada sosok wanita yang baru saja di dorongnya.

Tindakan Rossaline tentu mengundang opini para mata yang melihat kejadian itu. Dimana seorang dokter mendorong wanita paruh baya itu dengan kejam.

"Pergi," desisnya.

Wanita paruh baya itu berdiri, melangkah mendekat pada Rossaline. Rossaline refleks menjauh, menatap wanita itu dengan penuh kebencian.

Rajendra yang berada di belakang tubuh Rossaline, memeluk tubuh Rossaline dari belakang, menatap wanita paruh baya itu dengan tajam. Mengatakan melalui tatapannya, jika wanita itu di larang mendekat kepada Rossaline.

Kehadiran Rajendra, dan perlakuan pria itu kepada Rossaline tentu saja membuat heboh, dan mengundang banyak orang untuk melihat.

"Pergi dari sini!" seru Rossaline dengan tubuh yang bergetar.

Wanita paruh baya itu mendengkus kasar. "Apa begini cara Shella, mendidikmu, hah? Aku ibumu Rossaline! Kenapa kau memperlakukanku seperti ini?" teriaknya yang membuat semua orang yang melihat itu terkejut, termasuk Rajendra yang masih memeluk Rossaline dari belakang.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin