Sang Penakluk || Rossaline Adijaya

1.4K 63 10
                                    

"Sayang, Agatha sudah kembali?" tanya Emma kepada Karel, yang sedang memasak makan malam, dengan kemeja lengan panjang yang di gulung sampai siku.

Karel mengernyit, ia tentu sudah tahu itu. Ia juga memberitahu Rajendra soal kedatangan Agatha. Tapi, entah adiknya itu sudah bertemu atau belum dengan Agatha, ia tidak tahu. Lagi pula, adiknya itu bukan sosok orang yang terbuka.

"Sudah Ma," balasnya.

Emma yang duduk di kursi pantry tampak gusar. "Apa mereka sudah bertemu?"

Karel menggeleng, "Tidak tahu Ma. Rajendra tidak akan pernah suka, jika membahas soal Agatha,"

Emma mengangguk. Ia sangat cemas, bagaimana jika putranya itu, dan Agatha bertemu?

Sial! Ia bersumpah tidak akan memaafkan Rajendra, jika hal itu terjadi.

"Oh ya, Karel. Kau sudah tahu belum, jika Rajendra memiliki kekasih?" tanyanya. Ia tiba-tiba ingat ucapan Rajendra yang mengatakan jika ia tengah berkencan. Awalnya ia pikir putranya itu bercanda, tapi begitu mendengar nada bicaranya yang tampak sangat senang, serta mendengar suara wanita, membuatnya sedikit percaya.

Karel kembali mengerutkan keningnya. "Kekasih? Aku tidak terlalu tahu soal itu Ma. Terakhir kali, Rajendra memang melakukan kencan buta dengan seorang dokter bernama Sera Marlina," terangnya. Karena ia mendengar hal itu, dari ayahnya sendiri.

Emma juga ikut mengerutkan keningnya, "Apa mungkin kencan itu berhasil?" tanyanya. Rasanya mustahil, jika Rajendra yang tidak suka di atur itu, tiba-tiba saja menurut dan melakukan perintah ayahnya.

Karel mengangkat bahu, dan memadamkan api kompor. Lalu berbalik menuju ibunya yang duduk di kursi pantry, dengan membawa dua piring berisi ikan salmon saus lemon, dan udang goreng tepung. Request dari ibunya.

Memang selama mendarat di Indonesia, ia tidak pernah sekali pun menginjak ke arah dapur untuk memasak. Karel Alister, putranya selalu memasakkan apa pun yang di inginkannya. Ia benar-benar di manjakan oleh putra sulungnya.

Setelah itu, Karel bergabung untuk duduk di kursi di samping ibunya.

"Bagaimana, jika kita tanya Angga saja," usul Emma, sembari mengunyah udang goreng tepung masakan sang putra. Kemudian matanya berbinar, dan menganggukkan kepalanya. "Ini enak sekali sayang! Sepertinya Mama akan jadi gemuk, jika terus tinggal di rumah," tambahnya.

Karel terkekeh pelan, mendengar ucapan ibunya barusan.

Emma hendak memakan udang goreng tepung itu lagi, tapi tiba-tiba ia melotot saat makanan di tangannya itu di rampas oleh seseorang.

"Hm, masakanmu memang yang terbaik, kak!"

"RAJENDRA!!" teriak Emma. Sedangkan sang putra hanya mengangkat bahu acuh, sembari mengunyah makanan. Tangannya hendak mengambil udang lagi di piring, tapi Emma langsung memukul punggung tangan putranya.

"Ini makananku! Karel memasak ini untukku!" ujar Emma.

Rajendra berdecak, kemudian melirik ikan salmon yang belum tersentuh. Namun, lagi-lagi Emma menarik piring itu ke arah Karel, yang agak jauh dari Rajendra. "Itu juga milikku!" serunya.

Rajendra kembali berdecak, ia menatap ke arah Karel dengan wajah memelas. "Kak, buatkan aku makanan seperti Mama," pintanya.

Emma mendengkus, dan Karel terkekeh. Ya, Rajendra akan memanggihnya dengan sebutan 'Kak' jika ia menginginkan sesuatu, seperti makanan.

"Bahan di kulkas sudah habis! Lagi pula, memangnya kau belum makan malam, huh?" sungut Emma.

Rajendra sudah kenyang sebenarnya, karena sudah makan malam di apartemen Rossaline. Ia hanya ingin menggoda ibunya saja. "Ugh! Dasar pelit, Mama juga membeli bahan makanan menggunakan uang milik Karel, kan?"

Plak!

Emma memukul bokong putranya dengan keras, hingga sang empunya mengaduh kesakitan. "Sembarangan, jika bicara! Tentu saja menggunakan uang Mama! Dasar anak durhaka! Pergi mandi sana!" hardiknya. Ck! Rajendra ini benar-benar bisa membuatnya darah tinggi.

Alih-alih menuruti keinginan ibunya, Rajendra justru memeluk ibunya dengan sangat erat, dan membuat ibunya protes. "Rajendra! Mandi sana! Kau bau keringat!" ujarnya kesal.

"Aku masih wangi Ma, ayo cium aroma tubuhku," ucapnya lagi.

Emma benar-benar ingin membunuh putranya itu. "Sialan kau! Aku akan memukul bokongmu lagi!" teriak Emma.

Mendengar itu, Rajendra langsung melepaskan pelukannya, dan berlari ke arah kamar, meninggalkan Emma yang sudah sangat marah kepadanya.

"Huh, ya Tuhan. Kenapa aku harus melahirkan anak seperti itu," keluhnya.

Rajendra benar-benar menyebalkan.

Karel mengusap bahu sang ibu, dan menenangkan amarahnya. "Sudah Ma, jangan di pikirkan,"

Emma mendengkus kasar. Kemudian mengembuskan napas, "Telepon Angga sekarang, dan coba tanya apa Rajendra sudah memiliki kekasih,"

Karel mengangguk, kemudian mendorong dua piring berisi makanan itu kepada sang ibu. "Makanlah, aku akan berbicara dengan Angga,"

Emma mengangguk, kemudian membiarkan Karel pergi ke kamarnya. Sengaja siapa tahu, jika nanti Rajendra kembali muncul secara tiba-tiba, dan mendengar pembicaraan mereka.

Sepeninggal Karel, ia kembali menyantap makanan di hadapannya. Keningnya mengernyit, kembali lagi mengingat tentang kedatangan wanita bernama Agatha itu.

Ia takut, jika Rajendra akan kembali lagi kepada wanita itu. Untuk itu, ia akan memastikan apakah Rajendra sudah memiliki kekasih atau belum.

Tapi, sekali pun Rajendra sudah memiliki kekasih, ia tetap waswas bisa saja Rajendra juga kembali kepada Agatha. Karena banyak orang yang masih tergoda pada masa lalu, dan memperbaikinya.

Sial!

Agatha Rosella. Seharusnya sejak lama, ia meminta Mahesa menghabiskan wanita itu.

"Ma!"

Pikirannya buyar, saat suara Karel terdengar.

"Aku sudah memanggil Mama beberapa kali, tapi Mama tetap diam. Apa ada yang sedang mengganggu pikiran Mama?"

Emma menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang mengganggu pikiran Mama sayang," ucapnya bohong. "Apa yang Angga katakan?" tanyanya.

Karel duduk di kursi samping ibunya. "Rajendra memiliki kekasih," jawabnya. Kemudian ia memainkan ponselnya, dan kemudian menunjukkan data diri seseorang yang di kirim Angga. "Namanya Rossaline Adijaya, dokter umum di Trisakti Hospital," jelas Karel.

Emma langsung merebut ponsel Karel, dan membaca pesan dari Angga tersebut. Ia memperjelas foto sosok bernama Rossaline itu, wanita itu sangat cantik. Semula ia berpikir, jika Rajendra sengaja memilih wanita ini sebagai pelampiasannya saja. Tapi, setelah di teliti lagi, wanita ini sangat berbeda dengan Agatha. Tidak ada tanda-tanda kemiripan sosok Agatha pada diri Rossaline.

"Sudah berapa lama?" tanya Emma.

"Angga bilang, sudah dua minggu," jawab Karel.

Emma mengangguk, bibirnya tampak tersenyum menatap foto di ponsel Karel. "Cantik sekali," ucapnya. Ia sangat tertarik untuk bertemu dengan wanita bernama Rossaline itu.

Jika benar, mereka berdua tengah menjalin hubungan, maka ia akan berusaha untuk menjauhkan Agatha dari kehidupan asmara mereka

"Mama ingin bertemu dengannya, besok!" serunya tiba-tiba.

Karel tersenyum, "Mama menyukainya?" tanya Karel.

Emma mengangguk, dan memberikan kembali ponsel Karel. "Maukah kau menemani Mama besok?"

Karelterkekeh pelan, "Tentu. Kita akan menemuinya besok," ucap Karel, danEmma langsung melayangkan satu kecupan di pipinya.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now