Sang Penakluk || Emma Saphire Alister

1.6K 69 4
                                    

Makanan di meja sudah habis, Rajendra masih tidak menyangka, jika ia dan Rossaline mampu menghabiskan semua makanan itu sampai tak bersisa. Ck! Benar-benar rakus, seolah mereka tidak makan selama beberapa hari.

Kini keduanya tengah sama-sama duduk di atas sofa, dengan kepala Rossaline yang bersandar pada bahu lebar Rajendra, dan dagu Rajendra yang berada di pucuk kepala Rossaline.

Rossaline bukan tipe orang yang langsung inisiatif untuk bersentuhan dengannya. Jelas sekali, jika wanita itu masih sangat canggung dengan hubungan mereka. Terbukti, wanita itu berkali-kali menolak untuk sekadar bersandar di bahunya, sampai akhirnya ia harus merengek manja, barulah Rossaline mau mengabulkannya.

Rajendra geli sendiri dengan dirinya yang sangat manja itu. Hell! Itu bahkan bukan dirinya sekali, tapi ketika bersama Rossaline tiba-tiba saja ia sangat manja kepada kekasihnya itu.

"Mau makan lagi?" tanya Rajendra, kenapa Rossaline yang tengah bermain game menggunakan ponselnya.

Rossaline menggeleng pelan, "Perutku akan meledak, jika aku makan lagi," ucapnya yang membuat kekasihnya itu tertawa.

Rajendra mengusap rambut Rossaline yang sudah mulai kering. Aroma sampo menguar dari rambut wanita yang sudah mandi itu. "Wangi," gumamnya, sembari mengecup pucuk kepala Rossaline.

Rossaline terus bermain game, seakan tidak terganggu sedikit pun dengan apa yang Rajendra lakukan kepadanya. "Besok kau ke rumah sakit?" tanyanya.

Rossaline mengangguk, "Ya, dan aku harus mengembalikan mobil milik Sera," jelasnya.

Rajendra mengerutkan keningnya. "Mobil Sera? Kau tidak memiliki mobil?" tanyanya sembari mengusap rambut Rossaline, ia betah berlama-lama seperti ini dengan Rossaline. Tanpa memedulikan Ibunya yang pasti sedang marah-marah tidak jelas di rumah.

"Aku memilikinya. Hanya saja, karena tadi hendak melakukan perjalanan jauh, jadi aku bertukar mobil dengannya," jelasnya, mengingat mungkin jika ia tidak memakai mobil Sera, sampai kini ia dan Dirga masih dalam perjalanan, karena mobilnya yang terus mogok.

Rajendra mengangguk, kemudian melihat Rossaline yang mulai menguap. "Kau mengantuk?"

Rossaline mengangguk, tampak enggan pergi dari bahu lebar milik Rajendra.

"Tidur saja. Setelah kau tidur, aku akan pulang,"

Rossaline mengangguk. Tapi ia enggan beranjak pergi ke kamarnya. Rasanya tidak rela berpisah dari Rajendra.

Melihat Rossaline yang tidak kunjung pergi, ia menegakkan tubuhnya. Memegang bahu Rossaline agar menatapnya. "Sayang, pergilah ke kamarmu," katanya, sembari menyelipkan rambut Rossaline ke belakang telinganya.

Rossaline tidak mengangguk, atau pun menggeleng. Ia masih ingin bersama Rajendra lebih lama. Ia tahu jika itu egois, bagaimana pun baik Rajendra, dan dirinya besok sama-sama harus menjalankan pekerjaan mereka masing-masing.

"Temani aku sampai tidur, ya," pinta Rossaline.

Rajendra menghela napas, membelai wajah Rossaline dengan lembut. "Hm, aku akan menemanimu," katanya.

Rossaline mengangguk, lalu ia membaringkan tubuhnya di atas paha Rajendra. Ia mencoba untuk tidak canggung, dan menerima kenyataan bahwa pria yang di idamkan banyak wanita di dunia ini adalah kekasihnya, kekasih Rossaline Adijaya.

"Tidurlah," ucap Rajendra lembut, sembari mengusap rambut Rossaline, dan kemudian kedua mata itu mulai terpejam di pangkuannya.

"Aku benar-benar tergila-gila kepadamu," gumamnya, sembari menunduk memberikan kecupan pada kening Rossaline.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon