Sang Penakluk || Rahasia

1.6K 70 13
                                    

"Kau di mana?"

Rajendra memijat pelipisnya, saat lagi-lagi pertanyaan itu kembali terdengar. "Rajendra! Kau di mana?"

Rajendra hendak membuka mulut untuk menjawab, tapi matanya terpaku akan sosok Rossaline yang berjalan ke arahnya. Kekasihnya itu sudah terlihat lebih segar, dengan mengenakan setelan piama panjang berbahan satin, berwarna merah muda yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Rambut panjangnya tergerai, dengan sedikit basah.

Rajendra mendekat, tidak memedulikan teriakan seseorang yang berbicara melalui sambungan teleponnya.

"Siapa?" tanya Rossaline pelan, saat melihat Rajendra memegang ponsel yang di tempelkan pada telinganya.

Rajendra hanya mengangkat bahu acuh. Matanya masih menatap Rossaline dengan lekat, seketika wajah wanita itu bersemu. Rossaline berdeham, mengalihkan matanya dari wajah Rajendra.

Matanya berbinar, saat melihat banyak makanan yang sudah tertata di atas meja kaca di ruang tamu. Tanpa membuang waktu, ia menghampiri meja tersebut, mengabaikan Rajendra yang terkekeh melihat kelakuannya.

Jujur saja, perut Rossaline sudah sangat lapar, dan ingin segera melahap semua makanan yang telah ia pesan. Ia memang memesan banyak makanan, mulai dari ayam goreng, spageti, bakso, hingga pizza.

Dengan masih memegang ponsel di telinganya, Rajendra mengekori Rossaline dan ikut duduk di atas karpet ruang tamu.

"Rajendra, kau belum menjawab mama!" Suara penuh kekesalan itu kembali terdengar. Ya, orang yang meneleponnya adalah Emma Saphire Alister, ibunya.

"Aku di apartemen Angga," dustanya, sembari melihat Rossaline, mulai membuka satu persatu makanan di atas mejanya.

"Ya tuhan Rajendra! Pulang sekarang juga! Mama akan memukul bokongmu. Kau tidak boleh terlalu bergaul dengan Angga,"

Rajendra mengulum senyum geli, mendengar suara ibunya yang semakin kesal. "Kenapa?" tanyanya.

"Bagaimana jika nanti kalian saling menyukai?"

Kali ini, Rajendra tidak bisa menahan tawanya. Ya Tuhan, Emma ini sangat berlebihan.

"Jangan tertawa Alister!"

Rossaline terlihat mengerutkan keningnya, melihat Rajendra yang masih tertawa. Ia bertanya-tanya, siapa orang yang menelepon kekasihnya itu, sampai bisa membuatnya tertawa dengan sekeras itu.

"Itu tidak mungkin," katanya, ia kembali menatap Rossaline yang beranjak ke dapur, mengambil piring, mangkuk, sendok, dan juga garpu.

"Pokoknya, jangan terlalu bergaul dengan Angga. Kau seharusnya pergi berkencan, dan memberikan mama cucu!"

Rajendra terkekeh pelan, "Aku sedang berkencan," katanya, tanpa melepaskan matanya dari Rossaline.

"Dengan Angga?"

Rajendra tertawa lagi.

"Jangan bercanda Alister!"

"Aku serius," jawabnya. Kemudian, ia menyentuh pipi Rossaline yang tengah mengunyah spageti.

"Ada apa?" tanya Rossaline, yang ternyata terdengar oleh sang ibu dari Rajendra.

"Siapa itu Rajendra?" tanya sang ibu di telepon.

Rajendra tidak menjawab, ia menatap spageti di hadapan Rossaline. "Suapi," pintanya.

Rossaline mengerutkan keningnya. Ia baru tahu jika Rajendra memiliki sikap yang sangat manja seperti ini.

"Rajendra!!" Rajendra memejamkan mata, sembari menjauhkan ponsel dari telinganya, mendengar suara teriakan yang melengking dari sang ibu.

Rossaline kemudian mengambil spageti dengan garpu, dan menyodorkannya kepada Rajendra.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now