"Makasih ya, gi. Aku coba buat lebih yakinin lagi perihal perasaan aku. Cuma kalau boleh jujur, aku ngerasa aman setiap dekat kamu." Ucap Maisha.

Dia tidak bohong soal itu. Maisha memang selalu merasa aman jika berada dekat Giandra. Dia juga selalu merasa nyaman dengan laki-laki ini.

"Soal, komentar Tayo di sosmed jangan dipercaya ya, sha."

"Komentar?"

"Hhmm... Aku belum punya pacar kok. Kemarin tuh aku ngikutin saran dia malah buat cuekin kamu. Terus jalan sama sepupunya yang lagi datang kesini."

Ok, Maisha mengingat itu semua. Jadi itu ide temannya Giandra? Menyebalkan sekali temannya ini.

Dan hingga saat ini mereka masih terus diam tanpa merubah posisi mereka sedikitpun.

"So, we're officially dating?" Tanya Giandra.

Pipi Maisha memerah. Pacaran? Huh, sungguh hal yang tidak pernah lagi terpikirkan oleh Maisha dalam waktu beberapa tahun terakhir ini.

"Atau mungkin kita hitungnya dari awal kita pura-pura pacaran aja?" Ujarnya.

"Sha, kok pipi kamu merah. Kamu sakit? Atau kamu lagi alergi?"

Giandra menyadari pipi Maisha yang memerah. Dia jelas tahu rona merah dipipi gadisnya itu bukan karena alergi atau sakit.

"Gi, aku tahu kamu lagi ngeledek." Giandra tertawa.

Dia mengubah posisinya menjadi memeluk gadis itu. Membuat Maisha bersandar di dadanya.

"Makasih, sha. Udah mau terima aku. Aku gak mau janji apapun yang belum tentu bisa aku tepati ke kamu, tapi aku cuma mau bilang, apapun itu yang bisa buat kamu senang, ayo kita lakukan bareng-bareng, sha." Ucap Giandra.

Maisha memeluk Giandra semakin erat. Wajahnya makin terbenam didada Giandra. Elusan dikepalanya membuat Maisha semakin merasa nyaman.

"Iyah. Makasih juga udah mau mencintai aku ya, gi. Aku juga sadar aku masih banyak kekurangan. Aku juga pasti bakal buat kamu kesel, marah, dan lainnya. Aku juga sadar ketidaksempurnaan aku sebagai manusia yang gak akan bisa selalu bisa senengin kamu atau selalu ada setiap saat buat kamu. Tapi kalau suatu saat kamu butuh aku, aku akan semampuku buat ada disamping kamu."

Giandra mengangguk. Sesekali dia menjatuhkan kecupan di pelipis gadis itu. Sambil tangannya mengelus punggung Maisha.

Maisha melepaskan pelukannya kala ponselnya berdering. Dia mengambil ponsel itu lalu menerima panggilan yang ternyata dari Avi.

"Halo..."

"...."

"Ada, kok."

"...."

"Oh... Oke nanti gue bilangin ke orangnya. Atau lo mau ngomong langsung ke dia?"

".... "

"Oke.. "

"Siapa?" Tanya Giandra.

"Avi. Dia bilang papa kamu hubungi kamu buat nyuruh pulang, tapi ponsel kamu ketinggalan dirumah." Ucapnya.

Giandra langsung memeriksa saku celananya. Dan benar saja dia tidak membawa ponselnya. Bahkan parahnya lagi dia tidak membawa dompet.

"Jangan bilang kamu gak bawa dompet?" Tanya Maisha yang langsung dibalas ringisan Giandra.

"Astaga Giandra...."

"Aku buru-buru tadi."

Akhirnya bagaimana? Karena Maisha khawatir Giandra kena tilang karena tidak membawa surat-surat berkendara, akhirnya laki-laki itu pulang naik ojek online.

Shadow [Complete]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ