Bagian 24

60.2K 6.5K 122
                                    

Happy Reading

Let's Get It....

*****

Giandra tak pernah melepas genggaman tangannya pada tangan Maisha. Dia terus mengelus tangan kecil itu. Maisha sendiri bersandar pada bahu Giandra.

Mereka berdua sama-sama terdiam setelah mengutarakan semua perasaan mereka berdua.

"I miss you, sha."

"I miss you too, gi."

Mereka terus berpelukan dengan waktu yang terbilang lama. Sampai akhirnya Giandra berinisiatif membawa Maisha duduk di sofa yang ada.

Giandra terus menggenggam tangan gadis itu. Maisha menyandarkan kepalanya pada bahu laki-laki itu.

"Sha..."

"Gi..."

Mereka tertawa bersama. Ini yang dirindukan Maisha. Mereka tertawa bersama seperti dulu.

"Kamu duluan." Ucap Giandra.

"Hhmm..aku mau minta maaf soal kemarin-kemarin. Harusnya aku bisa lebih dewasa. Tapi aku malah cuekin kamu. Dan ngebiarin kamu nunggu aku berjam-jam di kantor." Ucapnya.

Maisha sadar hal itu memang bukan hal yang baik untuk dilakukan. Harusnya dia bisa lebih dewasa lagi dalam bersikap.

"Gapapa. Aku paham kok. Mungkin kamu juga gak expect aku bakalan ngomongin hal itu pas ulang tahun kamu."

"Aku maklumin kamu bertindak kaya gitu. Kamu tentu punya alasan sendiri kan? Aku coba pahami kamu kok." Ujarnya.

"Makasih ya udah mau ngertiin aku."

"Iyah. Walaupun kemarin sempet sebel kamu bersekongkol sama Dian buat ngebohongin aku. Pake bilang udah pulang duluan. Aku nungguin kamu empat jam tau." Adu Giandra. Yang membuat Maisha tertawa.

"Abis aku masih belum bisa buat ketemu kamu. Jadi aku minta tolong Dian deh, aku sogok dia dengan Chatime."

"Tapi aku juga kesel kok bisa-bisanya Dian bilang, kamu udah pulang sama dia eh tiba-tiba kamu muncul dibelakang aku."

Giliran Giandra yang tertawa. Dia tahu jika saat itu Dian tengah membohongi dirinya.

"Aku sogok dia pake Starbucks." Ucap Giandra. Maisha langsung menegakkan kepalanya lalu menatap Giandra.

"Woooh pantes. Sogokannya lebih mahal. Untung banyak si Dian." Sungut Maisha.

"Yaudah udah lewat. Seenggaknya kan sekarang gak perlu kucing-kucingan lagi kan? Capek lo sha kaya gitu terus."

Maisha hanya mengangguk. Dia kembali menyandarkan kepalanya pada bahu lebar yang tampak sandar-able itu.

"I love you, sha. Aku benar-benar serius cinta sama kamu." Ucap Giandra. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Maisha.

"Aku..."

"Gapapa kalau kamu belum yakin sama perasaan kamu. Aku siap buat nunggu."

"Aku cuma mau kamu tahu kalau aku punya perasaan tulus sama kamu."

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang