Bagian 1

163K 10.5K 333
                                    

Hai guys

Jangan lupa vote dan komennya

Jangan jadi silent readers ok...

***

"Mama beliin Tas baru buat Regina." Sang ibu memberikan sebuah Tas baru pada salah satu anak perempuannya.

Ini merupakan hadiah untuk Regina karena berhasil mendapat peringkat kedua di kelasnya. Regina sendiri sudah memasuki tingkat kedua di sekolah menengah pertama.

"Makasih, ma." Ucapnya seraya memeluk ibunya.

"Maisha gak dibeliin tas juga ma?" Seorang gadis kecil berusia sekitar sepuluh tahun menyahut.

"Tas buat Maisha nanti ya, soalnya uang mama udah dipakai buat beli tas kak gina. Dan juga kan Zafran udah mau masuk sekolah jadi mama harus beli keperluan buat Zafran sekolah juga. Maisha masih mau sabar kan?"

"Tapi, tas aku udah jelek." Ucapnya dengan nada sedih.

"Kamu pake tas punya kakak aja. Tas kakak masih bagus kok."

"Iya, untuk sementara kamu pakai tas punya kakak dulu ya. Nanti kalau papa dan mama sudah punya uang lagi, kita langsung pergi beliin tas baru buat kamu." Ucap mamanya mencoba menghibur.

Ia pandangi wajah kedua orang tuanya dan kakaknya. Lagi-lagi ia harus bisa menerima untuk dinomorduakan sekian kalinya.

"Maisha.." Panggilan dari mamanya ia hiraukan.

Ia terus berlari menuju kamarnya tanpa berniat menjawab panggilan ibunya. Ia masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu dan menguncinya.

"Mama sama papa jahat!" Teriaknya sambil memeluk gulingnya. Malam itu ia menangis atas ketidak adilan yang ia dapatkan untuk kesekian kalinya.

****

Maisha menatap kedepan. Ia melihat para mahasiswa yang tengah merayakan hari wisuda mereka. Hampir semuanya ditemani oleh orang tua maupun saudara nya.

Dia menatap pantulan dirinya di kaca gedung yang baru saja menjadi tempat wisudanya.

Hari ini merupakan hari wisudanya. Ia tidak ditemani oleh kedua orang tuanya.

Kedua orang tuanya berhalangan datang karena sang kakak juga hari ini sedang mengikuti acara wisuda usai mendapat gelar Magisternya.

Sehari sebelumnya kedua orang tuanya sibuk menyiapkan pakaian yang akan mereka bawa ke Semarang.

Kedua orang tuanya akan menemani kakaknya di hari kelulusannya. Regina sudah mewanti-wanti kedua orang tuanya harus datang. Sehingga keduanya dan sang adik pergi meninggalkannya seorang diri.

Ia duduk didekat photobooth yang memang disediakan oleh pihak kampus. Ia menunggu gilirannya berfoto.

Ada tiga orang yang sudah antre didepannya. Mereka ditemani oleh keluarga mereka. Ia menoleh ke belakang melihat, Safira temannya juga ikut mengantre. Dilihatnya Sang ibu merapikan tatanan rambut Safira yang sedikit berantakan.

Bolehkah ia iri? Perhatian kecil itu jarang sekali ia dapatkan dari ibu atau ayahnya. Jika ditanya apa hubungan Maisha dan keluarganya kurang baik? Tentu jawabannya tidak.

Hanya saja Maisha sering diabaikan dalam sebagian besar hal di keluarganya. Sang ibu hanya akan berkata Maisha hanya perlu bersabar lagi.

Ia tidak membenci keluarganya, tapi merasa dekat pun tidak terlalu. Maisha berpikir dalam kehidupan keluarga pasti ada yang namanya "dikorbankan". Dan ia merasa di keluarganya, dia yang di korbankan.

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang