Bagian 22

56.9K 6.6K 299
                                    

Happy reading

Let's Get it...

***

Rania memasuki kamar Maisha berniat membersihkan kamar anaknya itu. Terhitung sudah empat bulan anak keduanya itu tidak pernah pulang.

Bahkan komunikasi melalui seluler saja hampir tidak pernah. Anaknya itu jarang menanggapi pesan yang dia kirimkan.

Saat ini Rania benar-benar menyadari akan perbuatannya selama ini sudah sangat menyakiti anaknya itu. Sekarang dia paham sifat pendiam dan tertutup Maisha bukan karena anak itu memang pendiam, tapi itu semua karena perlakuan yang anak itu dapatkan.

Maisha kecil selalu diperlakukan untuk lebih banyak diam. Dan itu karena perbuatannya sendiri.

Terkadang dimalam-malamnya Rania menangis. Dia teringat dengan semua perlakuannya pada Maisha.

Dia juga pernah memukul anak itu dulu ketika masih kecil. Membiarkan anak itu selalu mengalah dengan kakak dan adiknya. Memarahinya ketika tidak bisa menjaga adiknya.

Mata Rania sedikit berkaca-kaca ketika ingatan itu kembali terlintas di ingatannya setiap dia memasuki kamar anaknya ini.

Dia mulai membersihkan kamar Maisha. Dia mengelap satu persatu benda yang ada disana. Setiap dia masuk kedalam kamar ini tatapannya selalu terpaku pada salah satu kotak yang berada di bawah tempat tidurnya.

Rania sudah tidak bisa menahan penasarannya lagi. Dia mengeluarkan kotak berukuran sedang itu. Begitu dibukanya kotak itu, terdapat beberapa banyak sekali benda-benda seperti bando, buku bacaan, baju yang sudah kecil, jepit rambut, dan macam-macam.

Rania meraih salah satu buku tulis. Dia dapat melihat tinta pulpen yang sudah mulai membayang di belakang kertasnya. Beberapa halamannya sudah menempel, sepertinya ini buku harian Maisha.

Dari kecil Maisha memang lebih apik dalam menyimpan apapun. Berbeda dengan Regina yang bahkan sampai saat ini pun kamarnya masih suka berantakan.

Rania membuka salah satu halaman buku itu. Matanya mulai sedikit memanas ketika membaca tulisannya.

Hari ini mama omelin aku. Gara-gara Zafran jatuh. Padahal kan Zafran jatuh sendiri bukan karena aku. Terus mama omelin aku bilang aku gak bisa jaga Zafran. Tapi gapapa aku gak marah sama mama. Aku tetep sayang mama kok.

Rania tentu ingat kejadian itu. Dan pada hari itu dia mendiami Maisha. Dia menyesal sudah melakukan itu.

Aku hari ini seneng banget, oma sama opa dateng. Oma kasih aku bando yang ada pitanya. Katanya ini oma yang bikin pitanya. Terus pitanya warna biru sama warna kesukaan aku. Semoga nanti oma datang lagi bawain aku bando yang banyak.....

Rania ingat juga momen itu. Dia bisa melihat senyum senang tercetak di wajah Maisha saat sang mama mertua memakaikan bando itu lalu memuji dengan kata 'cantik' pada Maisha.

Hari ini papa pulang dari bali. Papa bawa barang banyak. Aku gak tau isinya apa aja. Tapi aku dikasih baju bali sama papa. Kata papa warnanya sama kaya kesukaan aku. Papa ngasih dua. Bajunya bagus dan aku suka. Semoga papa nanti beliin aku baju lagi yang banyak.....

Aku kesal sama mama. Dia beliin tas baru buat kak Regina. Tapi aku gak dibeliin tas baru juga. Setiap kenaikan kelas aku cuma pake tas bekasnya kak Regina. Aku malu kalau pake tas bekas terus. Aku diledekin temen-temen karena pake tas bekas terus....

Ah, Rania ingat pada momen ini. Dan pada saat itu Maisha mogok makan seharian bahkan tidak keluar kamar sehingga besoknya dia jatuh sakit.

Aku capek. Aku mau bilang ke mama papa buat gak sekolah. Aku gak mau kesekolah itu lagi. Aku takut. Kepala aku sakit karena rambut aku sering ditarik mereka. Aku sering lapar karena makanan aku ditumpahin mereka. Aku gak mau sekolah lagi. Aku takut.

Shadow [Complete]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant