Bagian 14

63.4K 7.9K 260
                                    

Hello guysss

Welkombek...

Seperti biasa jangan lupa

Vote dan Komen sebanyak-banyaknya..

Biar cerita ini naik rankingnya....

Lets get it...

***

Giandra terdiam di mejanya. Dia mengetahui kabar bahwa Maisha masuk rumah sakit lagi.

Dia bertanya pada Dian kenapa gadis itu tidak terlihat 2 hari ini. Lalu jawaban Dian,

"Kata HRD sih kemarin bapaknya telpon buat ngasih tau kalo si Maisha masuk rumah sakit lagi. Tapi HRD gak mau ngasih tau alasannya."

Setelahnya dia menghubungi Avi. Dan jawabannya sontak mengejutkan Gian.

"Dia coba bunuh diri. Kata adiknya kemarin dia berantem sama mamanya."

Kalau sampai sejauh itu berarti bukan hal biasa yang dialami gadis itu.

Karena biasanya orang yang sampai melakukan hal gila seperti itu biasanya disebabkan orang tersebut sudah tidak bisa menahan semua tekanan yang diterimanya.

'Pasti berat ya, sha?', gumamnya.

Dia niatnya ingin mengajak Avi untuk menjenguk Maisha. Tapi katanya pihak keluarganya melarang orang yang ingin bertemu dengan Maisha saat ini.

Tentu Giandra hanya mengiyakan. Tidak mungkin dia memaksa untuk datang kesana bukan?

***

Maisha tengah duduk sambil termenung di kamar inapnya. Dia sendirian dikamar itu. Maisha tidak mau satupun keluarganya berada didalam.

Akhirnya keluarganya hanya menunggu didepan kamar inapnya sambil sesekali memantau dari kaca.

Dia menatap tangannya yang tertutup kain kasa. Maisha merutuki kebodohannya yang sudah membahayakan nyawanya.

Untung dia masih bisa selamat. Coba kalau tidak?

Maisha membuka pesan di ponselnya. Banyak yang mengucapkan cepat sembuh di grupnya, ada juga beberapa yang pesan dari temannya.

Dia membalas beberapa pesan temannya. Menjawab kalau dia sudah baik-baik saja.

Hingga satu pesan cukup menarik perhatiannya.

Giandra
Cepet sembuh ya, sha.
Maaf aku gak bisa jenguk
Nanti kalo udah sembuh
Kita jalan-jalan
Hehehe

Iyah
Makasih ya
Bener ya?

Giandra
Iyah
Makanya sembuh dulu

Maisha hanya tersenyum. Bunyi decitan pintu membuatnya dengan gesit menoleh ke arah pintu.

Dia hendak memarahi orang tersebut setelah mengetahui ternyata seorang perawat yang masuk.

Perawat itu membawakan obat dan makanan untuk makan siangnya.

"Saya bantu pasang mejanya, ya." Ucap sang perawat sambil memasang mejanya untuk Maisha makan.

"Jangan lupa diminum obatnya ya."

Maisha mengangguk. Dia mulai memakan makanannya. Lalu dilanjutkan minum obatnya. Dia menidurkan dirinya dan melirik ke arah pintu. Dilihatnya Zafran tengah melihatnya melalui kaca pintu itu. Tapi Maisha memilih mengabaikannya.

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang