46. Dia berubah.

39.7K 7.9K 3.7K
                                    

3k komentar for next!

°°°°°

Pagi ini, Damarez sudah duduk di ruangannya. Ia sibuk mengerjakan beberapa target yang harus diselesaikan nya. Suara berisik di lorong membuatnya mengangkat wajahnya. Seseorang mengetok pintu besar itu. Ketika pintu terbuka, terlihatlah Teya dengan membawa kotak makan di tangannya. Gadis itu berjalan cepat menuju mejanya.

"Ini makanannya yang kemarin Kak Ajaa minta. Oke! Sekarang Eyaa mau sekolah," ujarnya dengan grasa grusu karena takut terlambat lagi.

Damarez bangun dengan cepat dari kursinya. Cowok itu menahan lengan Teya dengan mudah. Teya langsung terlihat pucat ketika ia berhasil dihentikan. "Yaudah kalo misalnya nggak enak atau Eyaa salah, nanti aja ya waktu pulang sekolah. Nggak ada waktu lagi, nanti gerbangnya ditutup!" rengeknya. Teya berusaha melepaskan diri namun sangat susah.

Tak ada kata kata keluar dari mulut laki laki itu. "Hari ini ada pelajaran apa?" tanya Damarez. Teya melunak, ia melemaskan tubuhnya dengan tangan yang masih dipegang.

"Hm...Senibudaya, Prakarya, sama Biologi."

"Bolos hari ini."

Mata nya langsung melotot ketika Damarez memberikan saran sesat seperti itu. Ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar yang terasa memeras tangannya. "Apa?! Bolos?! Sesat banget sih!" ujarnya dengan berani. Teya membetulkan posisi tasnya.

"Emangnya Eyaa kayak Kak Ajaa apa waktu SMA?! Eyaa rajin tau! Nggak pernah bolo-"

Laki laki itu menatapnya dengan tajam. Teya memundurkan langkahnya ketika sepatu Damarez bertemu dengan sepatunya. "Emangnya gue kenapa?" tanya nya dengan suara deep. Teya kehilangan suaranya. Ia meremas roknya. Ia menunduk karena tak sanggup bila terus menatap tajamnya mata laki laki ini.

Teya terjatuh di sofa. Ia cukup terkejut dengan napas terengah engah. Gadis itu memegangi bagian pinggir sofa. Damarez menggulung lengan kemejanya lalu menunduk membungkuk dan memegangi pinggiran sofa. Tangannya dan tangan Teya hanya berjarak beberapa centimeter.

"Eyaa takut.." gumamnya kecil.

"Kenapa nunduk? Takut? Tadi berani banget," ujarnya. Volume suara Damarez memang kecil, namun sangat membekas di ingatannya.

Pintu terbuka. Azrina langsung terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia mengingat siswi SMA yang menabraknya kemarin. Mengetahui fakta bahwa siswi itu mendekati bosnya membuatnya sedikit panas.

Damarez menjauhkan dirinya. Teya masih syok dan terduduk di sofa. Ia melupakan sekolahnya. Tatapan mata itu sangat berbeda dengan yang dahulu dikenalnya. Ia masih mengingat jelas perkataan Damarez bahwa nanti yang ditemuinya hanya Damarez bukan Raja seperti yang biasa ia temui dulu. Ia telah kehilangan orang itu. Orang yang menatapnya dengan tatapan teduh.

Damarez menyadari air wajah gadis itu berubah semenjak kedatangan Azrina secara tiba tiba. Teya mengambil tas nya. Ia berlari keluar ruangan setelah meletakkan kotak makan itu di meja. Persetan dengan semua perintah laki laki ini yang berusaha menahannya tetap disini. Ruangan ini dingin dengan monster didalamnya.

••••

Damarez berdiri didepan mobilnya tepatnya dibelakang sebuah SMA yang megah. Ia melihat jam tangan hitamnya, sebentar lagi para siswa akan berhamburan keluar dari gerbang. Damarez menghela napasnya, ia sedikit khawatir, apakah Teya benar benar takut padanya? Gadis itu bahkan tak mengucapkan apapun sebelum pergi.

Para siswa sudah mulai berlalu lalang diluar sekolah. Suara ketukan sepatu yang bertemu dengan tanah membuat seluruh siswa memperhatikan nya dengan kagum. Mereka seperti melihat sugar daddy bayangan mereka selama ini menjadi nyata.

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang