33. Title Removed

46K 7.9K 1.9K
                                    

Edgar mematikan mesin mobilnya ketika sampai didepan rumah besar dengan gerbang berwarna hitam. Ia kembali menghubungi Damarez untuk menginfokan bahwa ia sudah sampai di lokasi rumah cowok itu.

"Liat atas."

Sahut Damarez ketika sambungan telepon sudah terhubung. Edgar menutup pintu mobilnya. Ia menengok keatas sesuai apa yang ia dengar. Diatas sana, seorang laki laki dengan kaos tanpa lengan serta celana pendek sedang memperhatikan nya.

Edgar hanya menatap sekejap. Ia memutus sambungan telepon ketika Damarez beranjak turun untuk menyambutnya. Ia tak bisa memahami, mereka dahulu sering berkelahi akibat kesalahpahaman. Ketika Edgar mengetahui bahwa perempuan yang ia temui di minimarket adalah pacar Damarez, ia tak lagi mengganggu Damarez karena dahulu masalahnya adalah ia cemburu akan kedekatan Damarez dan Damela.

Pintu gerbang terbuka. Cowok dengan tatapan datar memandangi nya yang masih terbengong disana. "Lo mau bengong sampe pagi? Gue gak ada waktu."

Ia tertegun. Damarez mempersilahkan mantan musuhnya itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Mereka duduk meja serta kursi kayu yang ada di  halaman rumahnya.

"5 menit," ujar Damarez.

Edgar memperhatikan sekitar sebelum memulai pembicaraan nya. Damarez menyalakan rokok, ini adalah rokok pertama sejak kepulangan nya dari rumah Teya tadi. Ia menawarkan rokoknya pada Edgar. Sementara, sang lawan sedikit terkejut karena secara tidak langsung mereka sudah berbaikan.

"Turut berduka cita. Gue gak bisa dateng tadi, diwakilin sama anak anak," ujar Damarez.

"Thanks."

"Cepetan. Gue sibuk."

"Lo yakin keluarga lo satu satunya yang punya marga Arbyshaka Raja?" tanya Edgar.

Pertanyaan itu cukup membuatnya terkejut. Baru bertemu pertama kali, ia sudah diberi pertanyaan yang cukup sensitif. "Iya. Cuma keluarga gue. Itu udah dipake beberapa generasi diatas papa gue. Kenapa lo nanya gitu?" tanya Damarez.

Edgar menggeleng lalu tersenyum. Cowok itu menghembuskan asap rokok nya. Ia meletakkan rokoknya itu di cela asbak yang sudah dibuat pas dengan ukuran diameter rokok. "Deva masih gangguin lo ya?" tanya nya.

"Masih. Tuh manusia emang gak jelas. Nyari ribut mulu."

"Tujuan gue kesini cuma mau nanya. Lo tau ada hubungan apa Devara sama Damela?" tanya Edgar to the point.

"Urusan gue emangnya? Kan itu adek sama mantan lo. Mana gue tau!" ujar Damarez.

"Lo sahabatnya Mela. Lo pasti tau sedikit informasi."

"Gue gak tau apa apa. Dia gak pernah cerita apapun ke gue. Seinget gue, terakhir kali dia bareng sama Deva itu waktu gue dikeroyok. Gue juga bingung kenapa Mela bisa sama Deva padahal harusnya dia sama lo."

Edgar mengangguk singkat. "Firasat gue gak enak. Jujur aja nih. Aneh banget gue ngeliatnya," ujar Edgar.

"Maksud lo?"

"Tadi gak sengaja gue lagi lewat ke belakang rumah. Mereka duduk berdua, Mela lagi nyuapin Deva. I think they are too close to not know each other, yaa aneh aja," ujar Edgar. Ia kembali menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya keatas.

"Lo ditikung adek sendiri?" tanya Damarez.

"Gue ngerasa gitu. Sampe sekarang gue gak tau alasan Mela ngejauh. Dan yaa...gue berusaha move on dengan segala alasan yang gak jelas."

"Tapi dia dateng lagi dengan bawa banyak keanehan. Gue bingung. Dia mungkin ngira gue gak tau, kalo dia bawa makanan kerumah gue, buat Deva," kata Edgar.

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang