40. Akhir Segalanya

36K 6.2K 3K
                                    

6k vote buat next!!

•••

"Papa bukannya tidak berniat memberitahu kamu kenyataannya. Belum saatnya kamu tahu saat ini."

"Sampe kapan? Sampe dia bunuh Arez atau sampe kita perang dulu baru papa kasi tau?"

Beliau menghela napasnya. Ia melepas kaca matanya kemudian duduk di sofa tersebut. Damarez menggeleng pelan melihat saat melihat papanya tetap saja santai saat ini. Tangannya ditarik mundur oleh mama nya namun ia menyingkirkan tangan mamanya dengan sedikit kasar. 

"Sekarang Arez tau kenapa dia selalu nyari gara gara sama aku walaupun Arez nggak salah apa apa. Ini alasannya," ujarnya. 

Papa nya mmijat pelipisnya karena bingung harus berbuat seperti apa. "Papa minta maaf karena papa udah menciptakan situasi yang seperti ini."

Damarez melemparkan hiasan kaca yang ada diatas meja hingga terpecah dan menimbulkan bunyi sangat bising. Pecahan kaca itu berantakan di lantai. Akibat aksinya itu, papa nya yang tadi terlihat santai kini kian tersulut. "Iya emang selama ini yang salah itu papa. Papa itu egois!" bentaknya. 

Papa nya berusaha mendekatinya namun Damarez menendang kursi yang ada didekatnya hingga terpental jauh. Akibat itu, ia mendapatkan tamparan kembali namun bukan dari papanya namun dari wanita cantik disebelahnya. Damarez terkejut ketika mamanya menamparnya.

"Damarez! Mama nggak pernah ngajarin kamu kasar gini! Kamu nggak sopan sama sekali kalo ngamuk disini. Lebih baik kamu keluar sekarang," ujar mamanya. Air mata di pipi perempuan itu sudah turun semenjak Damarez melempar icon kaca tersebut.

Cowok itu terdiam. "Arez cuma mau satu hal. Bawa dia balik kesini. Jangan sembunyiin identitas dia dan anggap aku dan dia sama."

Papa nya menggeleng. "Papa nggak bisa." Cowok itu langsung tertawa sinis. Ia menghantam meja yang dilapisi kaca tersebut. Ia tak melihat jika disana terdapat beberapa benda tajam yang menggores tangannya hingga mengeluarkan darah.

"Nak..." Mama nya mengambil tangannya namun segera ditepis olehnya.

"Anda bener bener egois. Kenapa? Takut bisnis papa hancur kalo anak itu di publish?!" bentaknya.

"KELUAR!" teriakan dari papa nya itu cukup menjadi jawaban. Damarez mengangguk dengan sedikit senyuman kekecewaan. Ia tak menyangka sedikitpun tentang hal ini.

Sementara papanya terdesak dan masih tak mau mengakui dirinya bersalah dalam hal menyembunyikan Devara. Identitas anak itu akan mempengaruhi nama baiknya. Ia juga melakukan ini demi ke kedamaian keluarga dan anak anaknya nanti. Beliau dan Damarez berbeda pikiran. Jika papa nya memikirkan dirinya sendiri dan orang orang terdekat nya, damarez hanya memikirkan saudaranya.

Damarez menghantam pintu ruangan itu kemudian berjalan keluar. Ia memasuki kamarnya. Pertama tama ia mengambil kunci motornya, kemudian ponsel serta uang yang ia simpan di laci kamarnya. Setelah semuanya siap, ia mengambil tas yang sudah ia siapkan dari beberapa hari lalu.

Ia berjalan cepat keluar rumah. Mama nya tetap mengalangi nya. "Damarez! Tenang dulu! Mau kemana kamu hah?!" Bentak mamanya.

Cowok itu berhenti di teras rumahnya. Ia berbalik badan kemudian mengambil tangan mamanya untuk menciumnya sebagai tanda berpamitan. Setelahnya, Damarez segera berlari dengan beberapa menit saja motor itu sudah melesat pergi.

......

Damarez melangkahkan kakinya kembali ke lingkungan ini. Beberapa minggu sempat ia tingkalkan untuk menenangkan diri. Kini ia kembali dihadapkan oleh pagar tinggi rumah Teya. Malam ini,  setelah ia memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk sementara, Damarez menyempatkan diri mengunjungi gadis itu kembali. Satu minggu setelah kedatangan Teya ke markas, ia telah memberitahukan bahwa gadis itu tak boleh menemuinya. Hanya ia yang boleh menemui Teya kapan pun dan dimana pun. 

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang