19. ....

71.4K 12.6K 10.8K
                                    

Damarez berdiri ditengah belakang lapangan untuk mengambil beberapa dokumentasi dari performa dance malam ini. Ada satu podium kecil disana yang dikhususkan untuk pengambilan gambar.

Suasana sangat ramai mengingat hari ini adalah perayaan hut sekolah. Acara pidato serta pembukaan telah lewat beberapa menit lalu. Acara selanjutnya akan disii oleh 15menit tim dancer sekolah yang beranggotakan sekitar 30 orang. Mereka akan secara bergantian menampilkan usaha terbaik mereka.

Damarez terlihat fokus mengatur kameranya agar sesuai dengan pencahayaan. Tanpa ia sadari seseorang dari arah samping mengarahkan kamera ponsel kearahnya. Terdapat banyak jepretan yang diambil gadis itu. Damela ingin rasanya berteriak ketika melihat Damarez seperti ini. Sisi side Damarez lebih sempurna dari apapun.

Dengan langkah yang penuh bahagia, Damela menghampiri Damarez yang tengah menyetting kameranya.

"Halo ganteng," bisik Damela yang membuat Damarez menengok kearahnya yang berada di bawah podium kecil itu.

Damarez tertawa kecil, dengan name tag panitia yang ia selipkan pada jahitan ikat pinggang celananya. "Kenapa Mel?" tanya Damarez, ia melirik sekilas kearah Damela dan kembali focus pada kegiatannya. Dirasa sudah pas, ia memanggil salah satu tim sekelompok nya.

"Jagain, gue tinggal bentar," ujarnya lalu turun dari podium.

Damarez memperbaiki rambutnya yang berantakan dan terasa menggangu wajahnya. Ia menarik napas dalam lalu menghampiri Damela yang tersenyum sambil membawa minuman berwarna orange ditangannya.

"Rez!" panggil Damela. Ia menawarkan minuman ditangannya.

"Lo aja yang minum. Gue sak suka," ujar Damarez. "Habis darimana lo? Dekil gini," Damarez menatap Damela naik turun sambil tertawa tawa. Ia tak serius mengatakan itu, hanya sebuah candaan. 

"Lo kali dekil!" sahut Damela tak mau kalah. Ia mengambil sesuatu dalam tas selempang putih yang dikenakannya. Damela menarik tangan Damarez kepinggir lapangan, ia menaiki salah satu lahan yang lebih tinggi untuk menyetarakan tingginya dengan Damarez.

Tissue basah beraroma bayi itu menempel di wajah Damarez. Usapan itu terasa menyejukkan ketika hembusan angin merpa wajahnya. Damarez tetap membiarkan Damela mengelap wajahnya. Damarez mmperhatikan banyak stand makanan kelas kelas mereka yang menjual beraneka kreativitas makanan serta minuman.

"Gue mau belanja. Lo mau apa?" tanya Damarez.

"Gak, gue mau ke temen temen aja. Nanti selesai acara foto berdua ya?" tanya Damela dengan semangat.

Damarez mengacungkan jempolnya. Ia tersenyum sambil melayang satu kedipan mata, "Gampang," ujarnya.

Banyaknya orang yang mengantri di salah satu stand yang menjual minuman soda membuat Damarez harus menunggu. Ia menerobos kerumunan untuk masuk ke dalam stand. Damarez menuju bagian belakang dan duduk disalah satu kursi yang ada disana.

Laki laki itu membuka ponselnya. Terdapat satu panggilan tak terjawab dari pacarnya. Damarez kembali bangun, ia menjauhkan dirinya dari orang orang disekitarnya. Sambungan telepon itu terhubung, cukup lama gadis itu mengangkat teleponnya. Damarez menggigiti bibir bagian dalamnya ketika menunggu panggilan diangkat.

"..."

"Halo."

"Kak Ajaa."

"Kenapa?"

"Gak kenapa napa."

"Kakak cape banget sayang. Serius, kenapa?"

"Dibilang gak apa apa! Cerewet banget!'

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang