30. title removed

52.5K 9.4K 4.6K
                                    

hai akhirnya saya comeback ya sahabat😔👍🏻
maaf lama, otak saya beku kemarin kemarin.

Let's targettt yeayy. gimana kalo 7k vote+ 5k komentar? bisa dong bisaa kalian kan hebatt

 gimana kalo 7k vote+ 5k komentar? bisa dong bisaa kalian kan hebatt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[eyaaa]

[damarez]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[damarez]

°

°🕊️°°

Devara berlari secepat mungkin memasuki rumah sakit. Begitu mendapat kabar kecelakaan yang menyatakan bahwa korban meninggal di tempat kejadian, jantungnya terasa mencelos dengan keringat dingin yang terus mengalir di keningnya. Ia sampai di depan sebuah Instalasi gawat darurat. Di pintu depan ia langsung bertemu dengan Edgar yang terduduk di lantai dengan menutup wajahnya, ia juga melihat beberapa kebarat dari ayahnya yang menunggu disana.

"Bang...." panggilnya, ia berusaha memanggil kakaknya itu namun tak ada jawaban sama sekali.

"Bang!" panggilnya sekali lagi. Devara merasa benar benar takut saat ini. Ia tak pernah merasa setakut ini karena jika semua itu benar, setelah ini ia akan benar benar sendirian.

Edgar mengangkat wajahnya yang basah. Ia menatap wajah adik tirinya itu seakan ekspresinya mengisyaratkan semua yang terjadi. "Beritanya gak bener kan bang? Hah?! Mana mama Gar?!" bentaknya dengan panik.

Edgar menunjuk pintu diepannya dengan dagunya. "Udah gak ada," gumamnya dengan lemah.

"No no please..." lirihnya. Terdengar suara yang gemetar dan ketakutan. Banyak pengawal berbadan besar serta berpakaian hitam ada di sisi mereka. Mereka adalah pegawai papa mereka. Setelah melihat tubuh kaku papa mamanya yang sudah bersih oleh darah, ia kembali mengingat beberapa tahun lalu saat mama kandungnya sudah lebih dahulu pergi dari dunia ini. Edgar benar benar merasa bingung harus berbuat apa.

"Tuan muda. Silahkan minum dulu," seeorang ketua bodyguard memberikannya botol mineral.

Edgar bangun dari duduknya, ia menerima minuman itu lalu berlalu ikut masuk menuju ruangan. "Dev," panggilnya. Devara terlihat berdiri di samping bankar mamanya. Sulit untuk dikondisikan bagaimana kagetnya mereka tentang kabar tiba tiba ini. Devara memanggil manggil mamanya walaupun tak mungkin ada jawaban.

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang