27

1K 203 11
                                    

Matahari dihari minggu kali ini cukup cerah, secerah mood Abigail yang tengah mematut diri didepan kaca sembari bersenandung. Seusai mengoles lipcream berwarna nude, ia mengemam bibir lalu beranjak dari meja rias. Menyandang slingbag berwarna beige sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Wajahnya kian berseri begitu mendapati sosok laki-laki yang tengah bercengkrama dengan sang bunda di ruang tamu sana.

"Ya ampun, kak. Kamu tuh kebiasaan deh, ditungguin nggak kerasa. Kasihan Riki lah nunggunya lama" omel bunda bahkan sebelum Abigail sampai dihadapannya.

Namanya juga cewek, sungut Abigail dalam hati.

Melihat Abigail cemberut, Riki terkekeh maklum "Nggak kok, bun. Aku yang kesininya kecepetan, jadinya harus nunggu"

Merasa dibela, Abigail menimpali "Tuh, bun. Denger kan? Bukan aku yang salah" yang langsung dibahas decihan dari bunda.

Saling menatap satu sama lain, Riki akhirnya paham akan kode perempuan itu yang mengajaknya untuk segera berangkat. Ia beranjak lalu mencium tangan bunda pamit.

"Rik, naik mobil aja ya?" Abigail menggoyangkan kunci ditangannya "Panas"

Mendengar keluhan perempuan itu, Riki pasrah mengiyakan. Padahal menurutnya enakan naik motor loh, kan bisa dipeluk. Lumayan hehe

"Motor kamu masukin garasi aja, sayang kepanasan" suruh Abigail yang lagi-lagi dituruti Riki.

"Mana kuncinya?" laki-laki itu menengadah tangan, membuat Abigail mengernyit. "Aku aja yang bawa" jelasnya.

"Loh emang bisa?"

"Loh lupa?" Abigail makin nggak ngerti.

"Pas Kak Abi sakit, itu siapa yang nyetir ke rumah sakit kalo bukan aku?"

Lah, iya juga. Kalo yang nyetir Juan mana mungkin dia cuma sakit asam lambung? Badan sama dompetnya pasti jadi bonyok gara-gara adiknya itu nggak becus nyetir. Makin sakit dia yang ada.

"Mau aku tunjukin SIMku sekalian, biar percaya?" tawar Riki yang langsung diberi gelengan. Perempuan itu menyerahkan kunci mobilnya "Yaudah nih, tapi hati-hati ya nyetirnya"

"Iyaaaaa"

Selagi nunggu Riki ngeluarin mobil dari garasi,  bunda menghampiri anak gadisnya yang masih berdiri diteras lalu menyerahkan dua kotak bekal tupperware.

"Bun, udah aku bilang nggak usah" padahal Abigail udah bersikeras nolak dibawain brownies, tapi bundanya malah tetap maksa.

"Ini buat Riki sama Juan, bukan buat kamu. Bunda cuma titip" canda bunda dengan wajah serius yang berhasil membuat Abigail merengut sebel.

"Have fun ya kencannya"

Refleks Abigail menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu mobil. Ia berbalik, menatap bundanya yang tengah tersenyum jahil.

Padahal sejak semalam, Abigail udah menjelaskan kalo kepergiannya sama Riki hari ini hanya untuk menonton perlombaan paskibranya Juan. Bukan kencan. Tapi bundanya tetap aja ngotot beranggapan kalo dirinya dan Riki lagi kencan.

Salahkan Juan yang mulutnya ember. Begitu diberi tau Riki kalo dirinya dan laki-laki itu udah jadian, adiknya itu langsung mengadu. Membuat ayahnya dan Aaruna yang berada jauh dari rumah pun ikut mengetahui karena Juan melaporkannya digrup chat keluarga. Benar-benar biang kerok!

"Itu apa, kak?" Riki bertanya ditengah perjalanan sambil menunjuk kotak dipangkuan Abigail dengan dagu.

"Brownies, dari bunda"

"Buat?"

"Buat Juan sama kita lah"

Duh. Riki jadi melting sendiri dengar kata kita dari Abigail. Perempuan itu meliriknya sekilas "Mau?" tawarnya.

YOUNG BLOODWhere stories live. Discover now