26

997 204 28
                                    

"Kak Abi dirumah?"

Pertanyaan itulah yang pertama kali diucap Riki setibanya didepan rumah berlantai dua milik Juan.

"Mana mungkin? Baru jam segini" Hari ini seluruh siswa disekolahnya memang dipulangkan lebih awal, mengingat pekan UAS yang udah selesai dan nggak ada hal penting lagi. Jam 1 siang tepatnya.

"Tapi itu" Riki menunjuk mobil merah yang terparkir digarasi. Milik Abigail tentunya.

"Nggak bawa mobil ya dia?" tanya Riki lagi yang malah dibalas gendikan bahu "Mungkin"

Juan terus menatap sahabatnya yang masih aja diam diatas motornya. Nungguin apa lagi sih dia?

"Gue boleh mampir dulu nggak?" dibalas pelototan "Apaan dih? Enggak! Enak aja! Pulang langsung pulang kenapa sih? Hobi bener mangkir disini"

"Ya abis gue kan gabut dirumah sendirian. Seara pasti belum pulang, jadi gue pengen nemenin elo—"

"Siapa juga yang minta ditemenin? Enggak ya! Gue mau tidur siang. Nggak usah ganggu!" sewot Juan.

"Yaudah kalo gitu gue nemenin bunda aja deh. Lumayan kan dapet makan siang gratis" hampir aja kaki panjangnya melangkah turun dari motor, Juan menahan pergerakannya "Nggak boleh! Pulang nggak lo?!"

Bukannya tersinggung, Riki malah tertawa mendengar pengusiran sahabatnya itu "Yaelah, Ju masih sensi aja lo sama gue. Padahal itu kan udah dua hari yang lalu"

"Jelas. Lo kan yang bikin hidup gue nggak tenang dua hari terakhir" Juan mendengus jengkel. Kalo aja Riki nggak cepu perkara dirinya dan Jihan yang dijewer didepan kelas sama kanjeng ratu ke Abigail, kehidupannya selama dua hari ini nggak akan dipenuhi sama kalimat godaan dari kakak keduanya itu.

"Cie cie adek kakak udah besar. Udah punya kecengan nih dikelas. Bilangin bunda ah~"

Begitulah kiranya godaan Abigail setiap kali berpapasan. Juan sampai harus mengunci kamarnya setiap saat demi nggak bertemu perempuan itu. Makanya sekarang, selagi kakaknya lagi nggak ada dirumah, dia pengen menikmati waktu tenangnya buat tidur siang. Tanpa gangguan siapapun.

"Yaudah sih, Ju. Gue juga kan gagal ngebujuk Kak Abi buat ketemu, padahal udah pake cara ampuh gitu" Riki cemberut mengingat bunyi pesan balasan Abigail hari itu,

|no need
|aku nggak kepo

Agak bersyukur sih. Seenggaknya Abigail membalas pesannya beberapa kali, walaupun singkat.

"Nah, itu tuh balasan orang yang mengkambinghitamkan temen sendiri buat kepentingan pribadi"

"Bukan mengkambinghitamkan ya," Riki mengelak "Itu namanya jiwa korsa. Susah senang dilalui bersama. Hidup gue nggak tenang lo juga harus ikut nggak tenang walaupun lewat cara yang berbeda. Itu baru namanya teman sejati"

"Halah! Korsa korsa tai kucing! Pas kemarin seneng aja isi otak lo cuma Abigail. Giliran sekarang, susah ngajak-ngajak gue. Setia kawan ndasmu ah!" bibirnya mencebik "Pulang aja kenapa sih? Mata gue sepet tau nggak lihatnya?! Bosen gue lihat elo mulu!"

Yang diusir malah nyengir. Agak nggak tau diri emang:)

"Oke-oke gue pulang abis ini. Tapi..."

Juan naikin sebelah alisnya. Agak nggak enak nih perasaannya.

"Nanti kalo Kak Abi minta jemput, biar gue ya yang berangkat?"

Tuh kan. Juan menggeleng cepat "Nggak ada, nggak ada! Lagian kakak gue nggak ada minta jemput"

"Masa?" Riki agak nggak percaya "Kalo nggak minta jemput terus, naik apa pulangnya?"

"Naik kaki" jawabnya asal.

YOUNG BLOODWhere stories live. Discover now