14

1.1K 196 11
                                    

Setelah denger ucapan Juan tempo hari, Aaruna masih aja terus godain adik perempuannya itu bahkan sampai sekarang Abigail udah pulang dari rumah sakit.

"Cieee disukain sama berondong. Gih pepet aja, orang ganteng gitu" goda Aaruna lengkap dengan senyuman mengejeknya.

Sedangkan Abigail memilih membiarkan. Nggak ambil pusing dan menganggapnya angin lalu. Bentar lagi juga capek pasti. Lagian kan, waktu cuti kakaknya cuma tersisa dua hari lagi. Alhasil, dia nggak akan diejek—bahkan ketemu lagi karena kakaknya itu harus balik kerja diluar kota lagi.

Bukan luar kota yang jauh beratus kilo meter gitu. Mungkin cuma sekitar dua jam kalo ditempuh lewat tol. Tapi karena males nyetir sendiri, makanya Aaruna memilih buat naik kereta aja.

"Obatnya udah diminum, kak?" tanya bunda dari sambungan videocall.

"Belum juga makan, bun. Masih nunggu Teh Una selesai masak"

"Masak apa emangnya?"

"Sup jagung sama ayam goreng kayaknya"

Bunda mengangguk-ngangguk sembari menatap lamat Abigail dari layar ponsel "Maaf ya, kak. Bunda malah nggak ada dirumah pas kakak sakit gini"

"Nggak apa-apa, bun. Kan ada Teh Una yang ngurusin aku. Juan juga, setiap pulang sekolah mampir ke rumah sakit terus kemarin buat ikut jagain aku. Jadi bunda tenang aja ya? Aku aman kok disini" Abigail tersenyum manis "Bunda fokus aja ngurusin ayah disana. Kangen-kangenan dulu, kan udah berbulan-bulan nggak ketemu."

Bunda ikut tertawa mendengar penuturan Abigail. Asik tertawa, samar-samar Abigail mendengar suara kakaknya dari arah dapur sana. Memanggilnya.

"Bun, Teh Una udah manggil"

"Iya udah sana makan dulu"

"Bunda nggak mau ngomong dulu sama teteh?" tawar Abigail yang dijawab gelengan dari sang bunda "Nanti aja gampang. Kalian makan dulu aja sana"

"Obatnya juga, jangan lupa diminum. Istirahat lagi abis itu, biar cepet pulih sepenuhnya"

Abigail mengangguk patuh.

"Baik-baik ya disana. Bunda pulang besok"

"Loh katanya lusa?"

"Ayah yang suruh majuin. Khawatir juga sama kamu katanya. Sekalian biar ketemu Unanya lamaan dikit"

Abigail terkekeh "Salam buat ayah ya, bun. Bilangin aku baik-baik aja disini. Jangan khawatir lagi"

"Pasti" bunda tersenyum lebar "Kalo gitu bunda tutup dulu ya? Selamat makan. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Meletakkan ponselnya diatas meja, Abigail mengambil duduk disalah satu kursi diruang makan.

"Telponan sama siapa tadi?"

"Bunda"

Aaruna ber-oh "Pulang kapan katanya?"

"Besok"

"Loh nggak jadi lusa?"

Abigail hanya berdehem sebagai jawaban. Sembari menunggu kakaknya itu memindahkan masakannya dari kompor, Abigail kembali mengutak-atik ponselnya.

"Teh"

Gantian Aaruna yang berdehem.

"Masaknya banyak apa dikit?"

"Lumayan sih, kenapa?" tanyanya sambil meletakkan panci sayur ke atas meja makan. Abigail ikut melongok "Oh, cukup sih" dia mendongak menatap sang kakak "Temenku pada mau kesini soalnya. Kasihan, pasti belum pada makan"

YOUNG BLOODWhere stories live. Discover now