21

1K 194 28
                                    

Setelah kejadian dimalam ulangtahun Aaruna kemarin, Abigail nggak henti-hentinya mendapat ledekan dari Rayna dan Sheren. Sampai Abigail berhasrat ingin menyumpal mulut keduanya yang terbahak pakai sampah. Ngeselin banget sih parah.

Bahkan sampai seminggu hampir berlalu, kedua sahabatnya itu masih aja suka mengungkitnya. Berawal dari ngomongin hal lain random, eh terakhirnya ngungkit masalah itu lagi. Bodo amat Abigail mau ngambek sama keduanya.

Dan selama seminggu itu, Abigail berusaha menghindar terus dari Riki. Mulai dari nggak merespon pesannya, jarang ada dirumah karena takut laki-laki itu main ke rumahnya, dan kalopun nggak sengaja ketemu Abigail pasti langsung lari ngibrit masuk ke kamarnya nggak peduli diteriakin Juan gimanapun.

Pokoknya Abigail tuh malu banget buat sekedar bertatapan sama laki-laki itu. Setiap kali dengar namanya disebut pun, otaknya nggak berhenti memutar kejadian memalukan itu.

Bisa-bisanya dia mengira Seara pacar Riki hanya karena melihat keduanya berboncengan naik motor sambil berpelukan. Ya wajar lah anjir, orang namanya juga kakak-adik. Kenapa jadi lo yang kesel? Wah, mau menghilang dari bumi aja Abigail rasanya kalo ingat itu. Alias malunya bukan main:"

Entahlah Juan tau atau enggak tentang perkara ini. Abigail nggak pengen tau juga. Tapi rasa-rasanya sih tau karena beberapa kali Juan suka sengaja memancingnya turun kalo Riki sedang bertamu ke rumah. Terlanjur turun, Abigail hanya sebisa mungkin nggak terlibat interaksi—bahkan pura-pura nggak melihat keberadaan laki-laki itu dengan sengaja menghindari tatap. Dan berakhir tawa Juan menggelegar memenuhi seisi rumah setelah Abigail kembali naik.

Seperti hari ini contohnya. Abigail meminta tolong adiknya itu untuk menjemputnya ke kampus setelah pulang sekolah. Kebetulan hari ini mobilnya lagi dipinjam bunda buat ngantar pesanan catering, jadilah Abigail memanfaatkan keberadaan Juan walaupun adiknya itu meminta imbalan traktir bakso.

Yaudahlah Abigail iyain. Daripada uangnya abis buat naik ojol kan mending abis buat jajanin adiknya. Sengeselin apapun Juan, Abigail mah tetap sayang aja bawaannya sama adiknya itu.

Jadi setelah keluar kelas, perempuan itu mendial nomor Juan. Berniat menanyakan keberadaan adiknya itu selagi dirinya berjalan ke lobby.

"Udah dimana?"

"Di depan fakultas"

Abigail nggak menyahuti. Dia berjalan terus dan kakinya kontan berhenti begitu mendapati sosok lain ditempat yang disebut adiknya.

"Juan!! Yang bener aja?!!" pekiknya sambil bersembunyi dibalik dinding. Sialnya tawa Juan langsung menggelegar diseberang sana.

Harusnya Abigail menaruh curiga dari awal. Mengingat Juan segampang itu dibujuk dan hanya meminta imbalan seporsi bakso. Pun saat ditelpon, nggak ada suara lalu-lalang orang yang mengobrol bersahutan seperti sekarang. Mana mungkin kampusnya sepi dijam segini? Ah, menyesal rasanya Abigail meminta tolong ke adiknya.

"Traktirannya hangus ya berarti!" ancamnya yang malah diketawai "Ya nggak apa-apa. Masih bisa minta Riki nanti. Sewarung-warungnya malah bisa dia beliin kalo buat adik ipar mah HAHAHAHSHAH"

Diakhir tawanya, Juan berdehem pelan "Selesein, kak. Itu kan kakak duluan yang salah. Jangan main kucing-kucingan terus. Kasihan temen aku"

Mendengar itu, Abigail berdecak keras "Ah kamu mah! Capek kakak punya adek kayak kamu!!"

"Hahahah aku sayang Kak Abi juga kok. Goodluck yaa! Bye!"

Detik selanjutnya sambungan langsung terputus. Abigail nggak punya pilihan lain lagi selain keluar menemui laki-laki yang tengah terduduk diatas motor tingginya itu. Kasihan juga kalo sampai harus menunggunya terlalu lama.

YOUNG BLOODWhere stories live. Discover now