08

1.1K 228 36
                                    

Begitu mendengar langkah kaki seseorang menuruni tangga, Juan menoleh dan mendapati sang kakak dengan setelan piyama berbalut cardigan berjalan ke arahnya.

"Pinjem motor dong, Ju" pinta Abigail sambil memakai maskernya.

Bukannya memberi, Juan malah bertanya "Mau kemana? Udah malem loh kak ini"

"Ke minimarket depan sebentar. Mau beli cemilan, buat temen nugas"

"Juan temenin aja ya, kak?" tawarnya yang langsung digelengi Abigail "Nggak usah. Sendiri aja, deket ini"

Setelah meyakinkan sang adik, Abigail menyambar kunci motor yang disodorkannya kemudian berlalu keluar. Sengaja melaju pelan agar angin nggak terlalu berhembus kencang menubruknya.

Sampai di minimarket, tangannya bergerak mengambil beberapa snack kesukaannya. Memasukannya ke dalam keranjang lalu berjalan ke kasir setelah dirasa puas.

Keluar dari minimarket, Abigail langsung menaiki motor matic adiknya itu. Gerakannya yang hendak memutar kunci untuk menghidupkan mesin mendadak terhenti begitu mendengar dering pelan dari hpnya yang disimpannya disaku cardigan.

Ternyata Riki yang nelpon. Nggak berlama-lama, Abigail mengangkatnya.

"Halo"

"Halo, kak. Maaf aku baru baca chat dari kakak. Kak Abi ada perlu apa sama aku? Sampe ngajakin ketemu"

"Ada yang harus aku omongin secara langsung sama kamu. Kamu bisanya kapan?"

"Kapanpun bisa sih kayak—–"

"Berarti sekarang bisa?" potong Abigail. Riki bergumam, "Um, sekarang banget, kak?"

"Iya. Lebih cepet lebih baik kan"

Laki-laki itu berdehem sebelum menjawab, "Boleh deh. Kebetulan aku lagi diluar, jadi aku otw rumah Kak Abi sekarang ya?"

"Eh jangan!" tolaknya. "Aku juga lagi diluar soalnya"

"Yaudah, Kak Abi dimana sekarang? Biar aku yang kesana"

"Um, kalo ketemu di kafe deket perempatan sebelum komplekku gimana?"

Setelah diiyakan, Abigail memutus sambungan kemudian bergegas ke tempat yang udah disepakati tadi.

Mengabaikan tatapan orang-orang dikafe yang memandangnya aneh—mungkin karena dirinya datang menggunakan piyama(?), kakinya melangkah mencari meja kosong setelah memesan minuman.

Nggak sampai sepuluh menit, yang ditunggupun datang. Awalnya laki-laki itu nggak mau pesan apapun, beralasan kalo dia juga abis minum sebelum kesini, tapi berakhir menurut begitu Abigail kekeuh menyuruhnya memesan.

Tepat setelah pesanan keduanya sama-sama datang, Abigail berdehem "Kamu... nggak ada yang mau dijelasin ke aku?"

Riki mengerutkan kening, "Bukannya Kak Abi tadi bilang ada yang mau dibicarain sama aku? Kenapa sekarang, jadi aku yang disuruh jelasin? Jelasin... apa?"

Abigail sampai menggaruk tengkuk saking bingungnya harus mulai ngomong darimana.

"Kamu kenapa nggak ngomong?"

"Ngomong apa, kak?"

Abigail berdecak kemudian merogoh saku, mengambil kwitansi perbaikan mobilnya lalu meletakkannya diatas meja, membuat Riki mengalihkan atensi ke beda tersebut.

Laki-laki itu kembali menatapnya. Tatapannya semakin bingung begitu Abigail berucap kenapa.

"Ada yang salah, kak?"

Bukannya jawab, Abigail kembali merogoh saku. "Sebutin nomer rekening kamu" suruhnya sambil mengutak-atik hpnya.

Riki memegang hp milik si gadis untuk menahan, "Buat apa?"

YOUNG BLOODWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu