TANGIS DAN SENYUM

1K 61 26
                                    

"Ah, sudahlah. Aku pikirkan ini nanti saja!"

Lola yang melihat bus yang harus dia naiki sudah datang, ingin menunda dulu memikirkan masalahnya ini. Dia sudah melangkah masuk dan mencoba untuk tetap tenang.

Tapi, apakah Lola bisa menenagkan dirinya?

"Aduh bagaimana kalau mama sama papa tahu aku beneran hamil?"

Lola bicara lirih dengan netranya memindai cawan kecil yang baru selesai diaduk olehnya

"Gula ini tidak larut!" Lola bicara dengan airmatanya yang membumbung.

"Berarti memang ada kandungan hormon HCG di dalam urine-ku!"

Lola tak bisa memungkiri ucapannya barusan.

Lola memang mengecek kehamilannya dengan cara manual, yaitu dengan menuangkan sejumput gula di dalam cairan urine yang sudah ditampung pada mangkuk. Wanita yang mengandung, maka urinnya tidak akan bisa melarutkan gula. Karena itu, akan ada gumpalan pada urine seperti yang dilihatnya sekarang.

"Ini ga mungkin salah!" bisiknya lagi lirih.

Lola tahu teknik ini karena saat sekolah dulu Lola pernah mempelajarinya. Lola memang tidak membeli tespek karena dia khawatir sekali andaikan dia pergi ke apotek nanti ada orang suruhan orang tuanya yang mengikuti. Karena itu Lola menggunakan cara sederhana dengan gula tadi.

"Bagaimana ini?" Lola mulai panik

Dia menyugar rambutnya, berusaha untuk berpikir cara yang paling tepat.

"Apakah aku harus menggugurkannya?"

Lola bertanya sendiri pada dirinya. Sudah dari kemarin saat dirinya ada di bus Lola juga sudah memikirkannya. Bahkan semalaman tadi Lola tak bisa tidur. Tapi belum ada juga keputusan yang diambil olehnya. Dan sekarang, pagi ini, saat Lola melihat air seninya yang pertama bergumpal mengalami reaksi kimia bersama gula, Lola tentu saja semakin yakin apa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.

"Haduh aku belum tahu bagaimana aku harus hidup kalau aku lepas dari bantuan papa dan mama!"

ini memang yang paling mengerikan untuk Lola.

Dia yang mulai cemas, berdiri dan kini Lola segera mungkun keluar dari kamar mandi. Rasanya sesak sekali jika matanya melihat cawan tadi.

"Kau enak di sana! Hidup tenang bersama dengan istrimu dan kau tidak pernah memikirkan tentang aku dan perbuatan kita!"

Pikir Lola yang kini sedang duduk di tepi tempat tidurnya sambil kedua tangannya memangku kepalanya yang terasa pening dan seakan tak sanggup untuk tetap tegak

"Kau mungkin tidak peduli juga dengan anak yang ada di kandunganku! Lagi pula kita juga tidak ada hubungan apapun, dia bukan tanggungjawabnmu!"

Perih, menyesakkan, hidung lola bahkan seakan dipenuhi air yang menimbulkan panas di pangkal hidupnya saat pikirannya ini memberikan signal pedih yang mempengaruhi emosi dan metabolisme tubuhnya

"Dan mungkin sekarang istrimu juga sudah mengandung kan?" tanya Lola lagi tapi tentu saja tak ada yang menjawabnya karena orang yang ditanya tidak ada di hadapannya, hanya air matanya saja yang meleleh menunjukkan bahwa dirinya tak baik-baik saja.

"Haaaah!" Ini membuat Lola menghempaskan napas pelan sambil dia merebahkan tubuhnya sehingga matanya kini menatap atap kamarnya, berharap air mata itu berhenti mengalir. meski justru cairan itu memilih jalur lain, bukan ke pipi tapi ke bagian pinggir matanya.

"Don't cry, berpikirlah Lola!"

Lola menahan sedihnya, berusaha untuk tetap waras dengan semua kesakitan yang ada di jiwanya, berusaha menggunakan pikirannya sejernih mungkin.

Berikan Aku CintaWhere stories live. Discover now