"Ohh doang?" Tanya Nara, "lo telepon gue cuma nanyain gambar doang?" Ucap Nara tidak habis pikir.

"Kalau lo gak sibuk temenin gue cari makan."

"Gak. Gue lagi sibuk sekarang."

"Bohong."

"Enggak, ini gue lagi-"

"Gue sekarang ke rumah lo." Ucap Kelvin langsung mengakhiri panggilan serta menutup gorden.

Menyebalkan!

"Malas banget gue ganti baju." Nara melihat pantulan dirinya di cermin. Pakaian yang ia kenakan hanyalah sweater biru oversize dan celana training hitam. Lalu ia memakai sneakers putih.

"Mau pakai baju sebagus apapun tidak akan bisa merubah gue jadi cantik."

Kemudian Nara mencepol rambutnya asal serta merapikan sedikit anak-anak rambut agar tidak terlalu berantakan lalu ia mengambil dompet serta ponselnya.

Saat Nara turun. Ia melihat semua keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu. Seperti sedang membicarakan sesuatu yang penting. Nara datang menghampiri dan memilih untuk duduk di samping kakaknya untuk mendengar apa yang di bicarakan oleh ayahnya.

Ketika Nara di panggil oleh mamanya, sontak membuat semuanya ikutan melihat ke arah Nara.

"Iya? Ada apa, Ma?"

"Mama denger nenek kamu lagi di rumah sakit, jadi mama sama papa mau jenguk ke Surabaya." Ucap Elvi menjelaskan.

"Berapa hari mama disana?" Tanya Nara.

"Rencananya 5 hari." Jawab Elvi.

"Kok bentar banget sih, Ma?"

Ketiganya serentak menoleh ke arah Nara.

"Maksud lo?" Tanya Kenan dengan alis di angkat sebelah.

"Kamu gak mau kita pulang cepat?" Tanya Baswan heran.

"Bukan gitu, Pa." Ucap Nara sembari menampilkan barisan giginya, "Kak Kenan ikut?" Nara sengaja mengalihkan topik.

"Ikutlah. Mumpung gue udah selesai ujian, sekarang saatnya untuk healing." Ucap Kenan dengan sombongnya sembari menjulurkan lidahnya.

"Iya tau deh yang udah selesai ujian." Cibir Nara jengkel.

"Awas aja lo milih kampus yang sama kayak gue. Gue tendang lo," Ucap Kenan dengan wajah sok nantangin, "dari TK sampai sekarang sekolahnya samaan mulu."

"Dihh suka-suka gue dong sekolahnya dimana." Sahut Nara tidak mau kalah.

"Sudah-sudah. Kalian ini." Ucap Baswan. Pusing melihat kedua anaknya selalu berdebat.

"Kamu mau ikut ke Surabaya?" Tanya Elvi kembali ke topik utama.

"Enggak deh, Ma. Jugaan kehadiran Nara gak bakalan di anggap oleh nenek, lagipula nenek bakalan sembuh kalo semua cucuk cowoknya yang datang. Kalo Nara yang datang, malah bikin nenek tambah sakit."

Nara mengakui diantara saudara-saudaranya hanya dirinya saja yang perempuan. Setiap kali ada acara keluarga, selalu nara lah yang di asingkan. Ia tidak mengerti, hasutan apa yang di berikan oleh neneknya sampai-sampai semua saudaranya jadi semakin menjauh dan membencinya.

Mendadak suasana jadi hening setelah Nara mengatakan itu. Elvi sangat mengerti bagaimana perasaan putrinya. Semenjak kejadian itu, mertuanya sama sekali tidak pernah mengakui keberadaan putri bungsunya.

Klakson motor berbunyi di depan rumah. "Oh! Kelvin udah datang. Nara keluar sama Kelvin ya, mama papa." Ucap Nara sembari tersenyum hangat, lantas ia pergi dari sana meninggalkan tiga orang yang masih terdiam.

KELVINARWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu