"Terimakasih atas doa kalian. Aku sangat bahagia bisa dikelilingi oleh orang-orang baik seperti kalian. Kemarilah! Aku jadi ingin memeluk kalian." Ucap Meli merentangkan tangannya.

"Ti-Tidak Nona, kami tidak pantas mendapat pelukan dari anda. Kami hanya seorang pelayan rendahan, tidak seharusnya kami mendapatkan perlakuan seperti itu dari anda." Tolak Lusi.

Meli yang mendengar pernyataan dari Lusi langsung menampilkan wajah kesalnya. "Aku tidak setuju dengan ucapanmu Lusi, seorang pelayan juga manusia. Mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Bukankah aku dulu juga seorang pelayan, jadi anggap saja jika aku ini sama seperti kalian, aku sudah menganggap kalian sebagai temanku, bukan pelayanku. Jadi biarkan aku memeluk kalian."

Tanpa menunggu waktu lama Meli langsung memeluk mereka satu persatu dan tidak lupa Meli juga mengucapkan terimakasih karena mereka sudah banyak membantu Meli selama dirinya tinggal di Felori.

Tidak lama dari itu pintu kamar Meli terbuka dan munculah Reana dan Nicholas. Melihat penampilan putrinya yang sangat cantik, Reana langsung menghampiri Meli.

"Sayang, kau sangat cantik." Ucap Reana sembari memeluk putrinya. "Buna tidak menyangka, kau sudah tumbuh menjadi sosok yang dewasa dan akan segera menjadi milik orang lain. Buna berharap kau selalu bahagia setelah menjalani kehidupan barumu. Jangan lupakan Buna, sering-seringlah berkunjung kemari."

"Terimakasih Buna." Ucap Meli sembari membalas pelukan Reana. "Buna, mana mungkin aku melupakan Bunaku yang cantik ini. Buna tenang saja aku pasti akan sering-sering berkunjung kemari."

"Sayang, kau sudah siap?" Ucap Nicholas menghampiri putrinya.

Meli mulai melepaskan pelukannya dari Reana dan menatap kearah sang ayah. "Iya ayah, aku sudah siap." Ucap Meli sembari tersenyum kearah Nicholas.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang, karena sebentar lagi acaranya akan segera dimulai."

"Baik ayah." Jawab Meli.

••••••••

Seorang pria tinggi nan gagah tengah menunggu seorang gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Javier sedari tadi tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan khawatirnya. Ia takut firasat buruk yang selalu menghantui pikirannya akan terjadi. Sedari tadi ia terus saja berdoa, semoga diacara yang bahagia ini tidak akan terjadi sesuatu padanya maupun pada Meli.

Sampai akhirnya pintu ruangan terbuka dan muncullah seorang gadis cantik berpakaian pengantin sembari memegang buket bunga disalah satu tangannya. Sedangkan tangan lainnya mengandeng tangan sang ayah untuk menghampiri pria yang tengah berdiri tegap dihadapannya.

Semua tamu yang berada diruangan tersebut langsung menatap kearah pintu yang terbuka, dan menatap Meli dengan tatapan kagum. Meli begitu cantik hari ini. Seolah wajahnya menunjukan jika dirinya tengah menampilkan aura kebahagiaan dengan pernikannya.

Nicholas dan Meli terus berjalan diatas altar pernikahan, sampai mereka berdiri dihadapan Javier. "Pangeran, Melisya adalah putriku satu-satunya. Aku mohon kepadamu untuk menjaga dia, sayangi dia, dan buat dia bahagia. Aku tidak ingin melihat setetes air mata kesedihan jatuh darinya." Ucap Nicholas serius.

"Pasti ayah. Aku pasti akan menjaga dan membahagiakannya. Ayah tidak perlu khawatir." Jawab Javier begitu yakin.

Meli perlahan mulai melepaskan gandengannya dari sang ayah, dan beralih mengandeng tangan Javier. Setelah menyerahkan putri satu-satunya. Nicholas memutuskan untuk duduk dikursi yang telah tersedia disamping Reana. Darrel dan Adriana juga ada bersama mereka.

I Became a Maid [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin