Author's Note

174 19 15
                                    

Hai, kamu yang lagi baca part ini. Terima kasih ya, kamu betah dan setia banget baca cerita melelahkan ini sampai tamat (Vince Lombardi bilang, "Winners never quit and quitters never win" 🤭). Di sini saya mau jelasin beberapa hal tentang cerita ini.

Awalnya cerita ini saya kasih judul "Arete". Nama Arete saya ambil dari mitologi Yunani, yaitu dewa kebajikan, kesempurnaan, kebaikan, dan keberanian. Tapi setelah beberapa chapter berjalan, saya pikir lagi, cerita ini gak ada hubungannya dengan mitologi Yunani & jadinya susah banget bikin judul chapter yang ke-Yunani-Yunani-an, karena bakal gak sesuai dengan jalan cerita. Akhirnya lahirlah judul yang sekarang ini. Bikin judul chapter yang berkolerasi juga jadi lebih gampang.

Terus kenapa akhirnya saya pakai judul "Pictures of the Imperfections" (POTI)? Pictures artinya gambar/foto/potret, berhubungan dengan profesi Jayden yang fotografer. Sedangkan imperfections artinya ketidaksempurnaan, yang menggambarkan kedua MC-nya. Jadi kira-kira arti judul itu: gambaran/potret/kisah orang-orang yang gak sempurna.

Kenapa tadinya saya pakai judul "Arete"? Karena tokoh dalam cerita ini digambarkan 'sempurna'. Tapi sempurnanya bukan dalam arti harfiah, ya. Dia 'sempurna' dalam caranya ngatur piring di rak, nyusun pakaian di lemari, meletakkan barang-barangnya yang gak pernah berubah, dan ngecek apartemen sebelum ditinggal pergi. Begitulah 'sedikit' dari ciri-ciri pengidap OCD.

Mungkin masih ada readers yang kurang jelas dengan OCD ini, jadi saya copasin artikelnya.

Obsessive Compulsive Disorder atau disingkat OCD adalah bentuk masalah kesehatan mental yang membuat pengidapnya mempunyai pemikiran dan dorongan yang tidak bisa dikontrol yang sifatnya berulang (obsesi) serta munculnya perilaku (paksaan) kompulsif. Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya tidak bersih.

Pemikiran dan perilaku tersebut tidak mampu dikendalikan oleh pengidap. Meski pengidap bisa jadi tidak memiliki pikiran maupun keinginan untuk melakukan hal tersebut, ia seperti tidak berdaya untuk menghentikannya. Artinya, OCD bisa memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan pengidapnya. Makanya di chapter 14 saya tulis, orang-orang di sekitar pengidaplah yang harus mengerti kondisinya. Pengidap OCD gak bisa dikatakan 'egois' karena mereka sendiri gak bisa ngontrol tindakannya.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko munculnya gangguan mental ini pada seseorang, yaitu:
1. Struktur otak dan fungsinya. Namun, faktor ini masih belum pasti berpengaruh secara signifikan atau tidak.
2. Keturunan atau genetik.
3. Lingkungan tempat tinggal.

Dari ketiganya, lingkungan tempat tinggal menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh. OCD akan lebih rentan terjadi pada orang-orang yang tinggal di lingkungan yang tidak mendukung perkembangan psikis semasa kecil. Misalnya, anak sering diejek atau diremehkan karena kekurangan yang dimilikinya. Kondisi ini bisa memicu munculnya perasaan timbal balik untuk selalu melakukan hal yang sempurna.

Seseorang dengan gangguan mental OCD menunjukkan gejala obsesi, kompulsi, atau bisa juga keduanya. Gejala tersebut bisa sangat memengaruhi aspek kehidupan pengidapnya. Misalnya sekolah, pekerjaan, hingga relasi dengan orang lain.

Obsesi adalah pikiran yang terjadi berulang kali, dorongan, atau gambaran mental yang bisa memicu munculnya rasa cemas. Sementara itu, kompulsi adalah perilaku yang dilakukan secara berulang. Pengidap OCD akan mendapatkan dorongan untuk melakukan perilaku dalam menanggapi pemikiran obsesif.

Kompulsi umum termasuk melakukan mencuci tangan berulang kali dan secara berlebihan. Bisa juga melakukan pemesanan atau mengatur suatu hal dengan cara yang khusus dan tepat. Selain itu, pengidap juga dapat memeriksa beberapa hal secara berulang. Misalnya, melakukan pemeriksaan berulang kali untuk memastikan apakah pintu sudah dikunci atau kompor sudah dimatikan.

Gejala OCD bisa datang dan pergi, & mereda seiring berjalannya waktu, atau bahkan menjadi lebih buruk.

Sayangnya, OCD menjadi masalah kesehatan mental yang tidak dapat disembuhkan. Meski demikian, pengidap bisa mengurangi gejala yang dapat mengganggu aktivitas dengan menjalani beberapa perawatan. Pengobatan OCD terdiri dari konsumsi obat-obatan, menjalani psikoterapi, atau kombinasi antara keduanya. Meskipun sebagian besar pengidap OCD membaik setelah mendapatkan penanganan, beberapa lainnya terus mengalami gejala (sumber: halodoc.com).

Udah paham? Atau makin mumet? 🤭

Soal makanan Jayden kalau gak salah pernah ada yang bertanya-tanya. Jadi sebenernya, dia suka makan buah dan gak minum kopi karena 'terpaksa', karena orang bergangguan mental memang harus menghindari kafein, alkohol, makanan olahan, gula, gluten, produk susu, soda, gorengan, jus buah, makanan asin (sumber: tempo.co). Paham sekarang kenapa Jayden sering makan buah dan gak nyimpen kopi?

Terus dari manakah ide cerita ini? Agak receh nih jawabannya. Saya cuma pengen bikin cerita tentang 'si sempurna dan si tidak sempurna'/unconditional love. Tapi kalau sempurnanya dalam segi fisik atau latar belakang keluarga 'kan gak realistis, ya. Jadilah saya bikin 'sempurna' yang seperti ini.

Rencana awal, cerita ini berakhir di chapter 44 dengan ending seperti itu. Saya suka aja ending yang menggantung, biar pembaca mau menganalisis gitu, gak menikmati 'luarnya' melulu. Tapi karena ada sesuatu yang saya tambahin di salah satu chapter, terpaksa saya bikin epilog.

Meskipun setipe dengan Puisi untuk Carissa (PUC), cerita ini yang paling susah yang pernah saya tulis karena kondisi psikologis MC-nya lebih kompleks dan saya harus banyak riset. Mungkin malah masih ada yang gak sesuai (maafkan author untuk itu). Memilih kata pun harus hati-hati karena takut menyinggung. Saya juga ngerti ada pembaca yang kurang paham dengan psikologi, jadi kalian juga kurang bisa memahami cerita ini. Saya maklum kalau ada yang tiba-tiba menghilang sebelum cerita selesai 🤭.

Akhir kata, saya mau ucapin terima kasih banyak-banyak buat pembaca setia, setia nunggu update, setia komen, setia vote tiap chapter (entah suka/gak), & setia mendukung. Mungkin kalau gak ada kalian, saya gak punya semangat menyelesaikan cerita ini. Makasih para voters yang gak pernah absen ngasih vote dari awal, karena vote kalian bikin rank cerita ini naik & makin banyak yang baca. Makasih buat siders udah mampir. Mohon maaf kalau saya belum berhasil menghibur/karya ini masih jauh dari ekspektasi/gak sebagus karya lain yang pernah kalian baca, sehingga kalian enggan memberi bintang/vote & mengapresiasi. Juga makasih yang jadi follow saya karena baca cerita ini. Semua berarti banget buat saya, terutama kalau saya pas putus asa nungguin pembaca. Atau mungkin karya saya ini emang gak layak dibaca kali ya 😭. Tapi saya harap kalian bisa mendapatkan sesuatu dari cerita ini. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang gak berkenan atau membuat tersinggung. Semoga ke depannya saya jadi lebih baik lagi dan kalian gak kapok datang ke lapak saya.

Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di cerita berikutnya.

A.D
Bandung, 3 Agustus 2022

✔Pictures of the ImperfectionsWhere stories live. Discover now