29. The Flaw in His Funds

99 32 25
                                    

Menjelang petang kemarin, setiba mereka di mulut gang, Rania sengaja melarang Jayden mengantarnya hingga depan rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menjelang petang kemarin, setiba mereka di mulut gang, Rania sengaja melarang Jayden mengantarnya hingga depan rumah. Ia tak ingin mengambil risiko pemuda itu menjadi sasaran amukan Dyah lagi setelah Rania menceritakan kegiatan mereka hari itu.

Gadis itu pun tak membawa ke rumah peralatan melukisnya yang sudah Jayden beri. Sebagian besar masih ia tinggalkan dalam mobil laki-laki itu, supaya tak terlalu merepotkannya. Ia hanya membawa pulang cat air dan hasil karyanya dalam buku berukuran A5 itu untuk ia nikmati. Lagi pula ia butuh waktu sebelum bisa menjelaskan semua pada ibu.

Tadi pergi ke mana?” tanya Dyah seusai makan malam.

Melukis,” jawab sang putri.

Maksud kamu bikin sketsa?

Rania menggeleng. “Melukis,” ulangnya.

Alis Dyah serta merta mengkerut mendengar jawaban itu. Tak biasanya Rania menggunakan istilah ‘melukis’. Ia selalu berkata ‘ngegambar’. Akhirnya ia bertanya, “Emang ada bedanya?

Ada. Kalau ngegambar, kita cuma ngikutin bentuk benda yang ada. Hasilnya juga sama dengan bentuk benda itu. Alat-alatnya seperti pensil, pensil warna, krayon .... Pokoknya yang hasil akhirnya kering.

Tapi kalau melukis, selain kita ngikutin bentuk benda, kita juga bisa nambahin sesuatu. Atau bisa juga kita ubah bentuknya sehingga hasilnya punya ‘rasa’. Untuk warnanya biasanya perlu waktu sampai kering karena pakai cat air, cat minyak atau cat akrilik.”

Bukannya paham, kerutan di alis Dyah malah tergurat semakin dalam. Ia tak tahu dari mana Rania mempelajari istilah-istilah itu dan bisa menjelaskannya dengan lancar. “Kok .... Kamu tau dari mana?

Bu guru.

Bu guru SMA?

Rania menggeleng lagi. “Bu guru les.”

Les apa?” Mata Dyah mulai memicing curiga. Perasaannya mengatakan, putrinya sedang mencoba keluar dari batasan-batasan yang dibangunnya sejak lama.

Dan ketakutannya terbukti.

Les gambar.”

Bukan senyuman yang Dyah ulas kala cerita demi cerita mengalir bak air terjun dari mulut Rania. Apalagi saat ia tahu, Jayden ada di belakang itu semua.

Rania pun menyadari dugaannya bersama Jayden tadi meleset. Ibu sama sekali tak suka ide pemuda itu mendaftarkan putrinya sebagai peserta les menggambar, sekalipun tujuannya baik. Itu hanya membuktikan ketidakmampuannya mendukung bakat sang putri. Dan ibu tak suka putrinya menjalin pertemanan--bukan hanya satu tapi--dengan beberapa orang sekaligus. Yang ia takutkan, meskipun--menurut Rania--mereka memperlakukannya dengan baik, di belakang belum tentu mereka akan berbicara sama baiknya.

✔Pictures of the ImperfectionsOn viuen les histories. Descobreix ara