33. The Flaw in Her Jealousy

106 31 22
                                    

Setelah meng-install sendiri aplikasi itu, Jayden baru bisa memercayai angka yang tercetak dalam buku rekeningnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah meng-install sendiri aplikasi itu, Jayden baru bisa memercayai angka yang tercetak dalam buku rekeningnya. Itu memang penghasilannya, dan Zaki tak melebihkannya pun menguranginya. Seandainya ia mengetahui tentang aplikasi itu, mungkin sudah sejak lama ia melepaskan diri dari pengawasan Lisyana. Mungkin Zaki juga tak akan ragu menyobek surat perjanjian itu.

Kini ia yakin apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya. Dan itu membuatnya girang. Ia bahkan tak sabar untuk mengabarkannya pada Rania ketika pagi berikutnya mereka saling mengirim SMS. Namun diredamnya keinginan itu hingga siang hari, saat ia mengantarnya ke tempat kursus.

"Lagi senang, ya?" tebak Rania setiba di parkiran tempat kursus, sebelum menjejak keluar dari mobil. Jayden bahkan belum sempat berucap apa pun. Namun bagaimana ia tidak tahu bila di sepanjang perjalanan ia melihat jemari laki-laki itu sering kali mengetuk lingkar kemudi?

Pemuda itu meringis. "Kelihatan, ya?" ia balik bertanya.

"Banget."

Dan sebelum Rania berbalik untuk membuka pintu, Jayden cepat-cepat bersuara lagi. "Gue mau tanya sama lo."

"Mau tanya apa?"

"Lo suka les di situ?"

Pertanyaan Jayden sesaat mengundang guratan-guratan dalam di kening Rania. Namun ia membalas, "Suka. Kenapa?"

"Guru sama teman-teman lo baik sama lo?" tanya Jayden lagi.

"Baik."

"Mereka gak usil atau merendahkan lo gitu?"

Rania menggeleng. "Ngak, Kak Jay. Ada apa sih?" Nada suaranya menunjukkan ia mulai kesal, kebingungannya atas pertanyaan-pertanyaan Jayden tak kunjung dijawab.

"Kalau bulan depan dan seterusnya lo tetap les di situ, mau?"

Bukannya menjawab, gadis difabel itu malah membuat kerutan di dahinya semakin dalam. "Katanya kamu punya masalah keuangan."

Jayden mengibaskan tangannya. "Udah beres. Udah gak ada masalah lagi."

Mengganti kerutan di kening, kini manik Rania yang membeliak. "Beneran?"

Yang ditanya hanya menjawab melalui anggukan.

"Syukur, deh. Saya sih, senang kalau bisa les terus. Tapi saya ikut kamu aja. Ngak maksa. 'Kan masih ada cara lain juga."

Senyum Jayden mengurai sebelum mereka menyudahi percakapan singkat itu dan meninggalkan mobil.

Seperti sebelumnya, ia membantu membawakan perlengkapan melukis itu hingga lantai atas. Namun kali ini ia juga menyampirkan kameranya di pundak dan menunggu cukup lama di depan kelas melukis.

Rania cukup bingung dengan tingkah Jayden saat itu. Dan ia menjadi semakin tak mengerti ketika laki-laki itu mengadang kedatangan sang instruktur dan mengajaknya bicara.

✔Pictures of the ImperfectionsWhere stories live. Discover now