20

104 17 2
                                    

Di suatu rumah yang terlihat cukup mewah, terdapat empat orang yang saling memandang satu sama lain, dua pasang orang yang saling berhadapan, dengan meja panjang sebagai pemisahnya.

Suasana di ruang tamu itu tampak mencekam, mereka berempat tidak lain adalah elenio dan alvaro, serta xavier dan cakra, tentunya rumah yang menampung mereka berempat adalah rumah xavier.

Jujur ini adalah kunjungan yang tak terduga dari elenio dan alvaro di rumah xavier, terlebih xavier sedikit di buat terkejut dengan sosok alvaro yang telah lama tidak ia lihat itu, alvaro nampak sangat berbeda dari segimana pun, terkusus dari aura kehadirannya, dulu alvaro hanya terasa seperti tegas dan jelas, layaknya pemimpin pada umumnya, meskipun waktu itu ia memang pimpinan geng di sekolahannya sih, tapi sekarang aura alvaro terasa mencekam dan tajam, tak seperti pemimpin pada umumnya, melainkan............ diktator!

Alvaro dan xavier masih saling melempar pandangan satu sama lain, mengabaikan elenio dan cakra yang juga ada di ruangan tersebut, sampai suatu ketika suara elenio pun mengalihkan atensi semuanya

"Kami datang untuk dua tujuan. Pertama, jadilah bantuan untuk kami dalam menyelamatkan hidup seseorang-"

"Dan? Siapa yang ingin kau selamatkan?" Sela xavier dengan wajah datarnya

"Teman kita, abelano"

Xavier mengalihkan pandangannya sembari tersenyum getir

"Dia tidak butuh penyelamatan-"

"Dia butuh!" Sentak alvaro yang ikut dalam pembicaraan tersebut

"Memangnya dia siapa?!!!" Bentak xavier yang kali ini penuh akan emosi dan kekesalan

"Teman kita! Teman kita vi! Teman kita! Jangan kau lupa hutang budimu padanya" balas alvaro yang tak kalah kesal dan juga tersulut emosi

"Maksudmu teman yang sangat, sangat, tidak berarti, tidak penting, dan tidak berharga? Kalau itu aku juga tau kok. Sampaikan padanya, aku sudah tau levelku, dan aku juga sudah sangat sadar diri, dia tak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi, termasuk mengkhawatirkan waktunya yang terganggu karna kami, jadi dia bisa hidup dengan damai bersama keluarganya sekarang, karna aku.............. telah memutus, pertemanan kita"

Alvaro dan elenio terdiam sesaat, mencoba mencerna sebaik mungkin perkataan yang baru terlontar keluar dari mulut xavier, 4 orang itu tengah berada dalam posisi berdiri sambil menahan perasaan masing masing agar tetap pada kesadaran dan tak hilang kendali.

"Omong kosong apa yang coba kau katakan?"

Satu pertanyaan yang terlontar begitu saja dari mulut alvaro, itu adalah pertanyaan wajar, karna alvaro tak mengetahui konflik apa yang sedang terjadi antara xavier dan abelano.

Mendengar pertanyaan itu, cakra yang sedari tadi diam dan memantau keadaan itu pun memilih untuk angkat bicara, tentu dengan tujuan membela xavier

"Itu bukan omong kosong al, karna abelano..........benar benar mengatakannya. Termasuk, dengan memberikan kami alasan di balik menghilangnya gio dan bagas. Elan, mengatakan dengan mulutnya sendiri lho, bahwa dialah, yang membunuh gio dan bagas. Dan kau......masih ingin kami menganggapnya teman? Kau sudah gila!!"

Mendengar penuturan itu, alvaro malah tertawa lepas, sambil menekuk kedua tangannya di depan perut, memegang perutnya yang mengencang karna tawanya, posisi alvaro tentu sedikit membungkuk karna sedang memeluk dirinya sendiri, dan terlihat sudut mata alvaro yang sudah berair.

Dengan itu, alvaro pun menghentikan tawanya sembari mengelap sudut matanya yang berair itu menggunakan tangannya

"El! Katakanlah pada mereka, alasan ke dua dari kedatangan kita di sini" ujar alvaro pada elenio.

ABELANO and the crazy FAMILY (End)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें