17

118 20 0
                                    

Di pinggir jalan besar yang membelah dua hutan besar, terdapat dua motor sport yang tengah di parkirkan sembarangan, dan terdapat juga dua cowok yang menjadi pemilik dari motor tersebut, mereka berdua tidak lain adalah xavier dan cakra.

Terlihat xavier yang tengah melampiaskan segala amarah dan kekesalannya pada batang pohon besar di hutan tersebut, hingga ke dua tangannya berdarah darah karna memukuli batang pohon itu tanpa alas.

Xavier melakukan hal itu dengan di selingi oleh tangisan dan beberapa teriakannya, sedangkan cakra hanya duduk bersandar di bawah pohon sambil melamun meratapi tanah dengan posisi kaki yang ngangkang.

"Kenapa dia melakukan itu?! Hik..hiks, hanya karna perbedaan kasta? Omong kosong! Jelas dia bukanlah orang yang memandang kasta! Tapi kenapa? Apa yang salah? Dia pergi tanpa berpamitan pada kami tepat pada ulang tahunnya yang ke 17, menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga asuhnya, dia tak pernah sekalipun menemui kita atau pun menelpon kita hanya untuk bertukar kabar, tapi saat kita ingin bertemu dengannya dengan menghalau segala rintangan dari para bodyguardnya itu, dia malah memberikan kita luka dalam yang menyakitkan! Penghianatan dan harga diri yang ia injak injak dengan perkataannya" ujar xavier mengeram kesal

"Yang lebih tidak ku percaya adalah, saat dia bilang melenyapkan, menembak gio dan bagas, aku tak berpikir dia sanggup untuk melakukan itu, tak bisa ku bayangkan seperti apakah wajah kekecewaan dari bagas dan gio saat abelano menghianati mereka juga, hingga menjelang kematiannya" sambung cakra pada perkataan xavier tadi

"Entahlah, aku tak ingin mempedulikan apapun lagi sekarang. Benar kata wasiat ayahku dulu, hiduplah dengan benar, jangan pikirkan dendam dan jangan pula menyimpan kebencian. Aku masih bisa melaksanakan dua wasiat itu, tapi untuk hiduplah dengan bahagia bersama teman temanku...........impossible" ujar xavier membalas perkataan cakra

"Lalu apa sekarang? Kau tak ingin membalaskan dendammu? Hidup dengan melupakan kenyataan yang sebenarnya?" Tanya cakra bertubi tubi

"Aku berhutang sesuatu pada abelano, dan akan ku pendam dendamku, demi utang budi itu. Tapi aku tak akan hidup dengan melupakannya, akan ku bawa kenyataan pahit ini di sepanjang hidupku" jawab xavier yang terdengar haru walau pun di katakan dengan ekspresi serius dan tatapan tajam yang menusuk

"Haahh~! Terserah kau saja, aku juga bingung harus apa setelah mendapat serangan mental ini" balas cakra yang kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah motornya

"Aku akan hibernasi sebentar untuk menata ulang pikiranku yang kacau ini. Mau healing tapi gak punya duit, jadi hibernasi ajalah, kalau kau mau healing keluar kota atau keluar negeri ya silahkan, aku gak akan berkomentar apa apa karna kau itukan banyak duitnya, gak seperti temanmu yang kismin ini" sambung cakra pada perkataannya, xavier pun hanya terdiam sambil meratapi kepergian temannya itu, tak beberapa lama setelah kepergian temannya itu barulah ia menyalakan motornya dan pergi dari kawasan hutan hutan yang sepi tersebut.

Sementara itu di sisi lain di suatu rumah sakit, terlihat seseorang yang begitu menyesal dan putus asa sambil menggenggam sebuah tangan dari seseorang yang tengah terbaring di brankar yang ada di ruang rawat inapnya.

Jika di lihat, sosok yang tengah terbaring itu bagaikan seseorang yang hanya tertidur biasa, terlihat nyenyak dan damai, tapi pada kenyataannya, dia sedang koma, dan orang berjas dokter yang menggenggam tangannya itu hanya bisa menangis terisak karna rasa bersalahnya

"Jeremy adikku,...hikhiks.. maaf.. maaf karna aku tidak becus menjadi kakakmu, kau sudah cukup menderita karna bertahan di keluarga sial itu selama ini, tapi mengapa kau harus mengalami hal seperti ini juga, hatiku benar benar hancur dan sesak saat pertama kali melihatmu berlumuran darah dan penuh luka di sekujur tubuh, bahkan tanganku selalu gemetar saat memberikan pertolongan pertama padamu waktu itu, aku bahkan tak mampu menahan air mata dari tangisanku, perasaan marah menyelimutiku disertai penyesalan dan rasa bersarah yang juga datang di waktu bersamaan, membuatku seperti berada di circle keputus asaan dan penderitaan yang bagaikan tak berujung. Padahal kau tau kalau dia gila, tapi kenapa kau masih mencoba untuk menentangnya? Kalau kau menjadi penurut, dia tidak akan hilang kendali dan membuatmu sampai seperti ini, jika kau mati kurasa aku akan menyusulmu, karna kau.. adalah satu satunya adik yang aku akui setelah abelano, karna itu bukalah matamu, jangan buat aku terus terusan merasa bersalah seperti ini ya? Kau anak yang kuat, hal seperti ini bukanlah apa apa untukmu, kumohon, bukalah matamu, demi diriku, dan mungkin demi abelano juga" ujar jaeden panjang lebar sambil menggantungkan permohonannya.

ABELANO and the crazy FAMILY (End)Where stories live. Discover now