16

128 23 0
                                    

Di kediaman kadilingger, di suatu ruangan yang gelap karna tak ada lampu yang di nyalakan, hanya berpatokan pada cahaya rembulan di malam hari yang tengah di guyur hujan lebat hingga membuat suara bising yang berasal dari tetesan per tetesan air yang menghantam atap suatu rumah.

Terlihat di ruangan itu tengah terdapat tiga orang dengan posisinya masing masing, ziyyan yang tengah fokus menatap ke luar jendela kaca besar di ruangan tersebut, elenio yang tengah duduk mengangkang di atas suatu meja yang terlihat seperti meja kerja seseorang, dengan posisi kedua telapak kakinya itu bertumpu pada kursi putar di dekat meja yang ada di ruangan itu, dan alvaro yang duduk bersilang kaki di sofa panjang yang ada di ruangan tersebut

"Sebelumnya aku ingin bertanya, mengapa kau begitu terobsesi untuk menyelamatkan abelano dari keluarganya? Kau sampai mengajakku mengkudeta kakakku sendiri lho, ini bukan termasuk lagi kedalam kategori kasihan, atau kebaikan hati, kau punya tujuan lain dengan kebenasan abelano dari keluarganya bukan?" Tanya alvaro yang tengah mengintrogasi ziyyan tanpa harus mengalihkan pandangannya ke arah jendela di ruangan tersebut hanya untuk sekedar melihat ziyyan yang berada di dekat jendela itu.

Kondisi di dalam ruangan itu benar benar tampak kacau balau layaknya kapal pecah dengan noda darah dan mayat para bodyguard dimana mana, di ruangan itu juga terdapat lawrence yang sudah tergeletak tak bernyawa

"Karna dia, adalah alasan kenapa aku disini. Jika dia mati, itu adalah akhir dari ceritanya, untuk itu aku ada di sini, untuk merubah akhir dari ceritanya" jawab ziyyan yang membuat elenio dan alvaro bingung

"Kau tampak yakin sekali. Jika kau tak ada di sini untuk menolongnya, dia akan benar benar mati?" Celetuk elenio dengan pertanyaannya

"Karna memang begitu cerita tentang dirinya" jawab ziyyan dengan berjalan menjauh dari jendela kaca tersebut

"Aku pergi, selamat atas tahtamu raja. Masalah abelano, tunggu sampai ada aba aba dariku, jangan gegabah!" Ujar ziyyan saat dirinya melewati sofa panjang alvaro, di ikuti oleh elenio juga.

Ziyyan dan elenio pun pergi meninggalkan ruangan di kediaman kadilingger tersebut dengan mayat yang berserakan dimana mana.

Beberapa bulan berlalu setelah itu, kini luka di tubuh abelano sudah hilang sepenuhnya berkat bantuan uang dan dokter handal tertunya, begitu juga dengan luka luka di tubuh jeremy.

Bedanya, jeremy sedang terbaring di ranjang yang ada di kamar VVIP rumah sakit dengan mata terpejam dan belum pernah terbuka lagi hingga sekarang, yup.. jeremy koma.

Dan abelano juga hanya bisa mengunjungi jeremy seminggu sekali tepat di setiap hari minggunya dimana orang orang mendapat waktu pribadinya untuk urusan apa pun, bedanya, abelano yang sekarang hanya menunjukan 2 ekspresi di setiap harinya, datar dan hampa, hanya itu.

Bahkan ketika saat ini ia tengah membawa bunga untuk di taruh di vas bunga yang ada di kamar kakaknya di rumah sakit itu, abelano juga hanya menunjukan dua ekspresi itu sembari mengganti bunga yang sudah layu di vasnya.

Abelano menghabiskan waktunya sesaat hanya untuk menemani kakaknya sambil mengajaknya bercerita sesekali, dan setelah itu pun ia pergi dari ruang VVIP tempat kakaknya di rawat di rumah sakit itu.

Abelano sendiri ingin bersama jeremy lebih lama lagi, tapi perintah javis itu mutlak, jika ditentang, yang akan kena imbasnya bukan cuma abelano saja, mungkin jeremy yang masih koma pun juga akan terseret lagi tanpa tau apa apa dalam tidur panjangnya.

Abelano pun pulang dari rumah sakit dengan di antar oleh kakak sulungnya.

Sementara itu di sisi lain, di kediaman milik xavier, di waktu yang sama, terlihat xavier tengah mengepalkan tangannya kuat dengan wajah yang penuh emosi

ABELANO and the crazy FAMILY (End)Where stories live. Discover now