Chapter 20

528 70 39
                                    


Angin yang terus berhembusan dengan kuat, menemani malam di sebuah Planet. Kembali menghembuskan sebuah angin bahkan lebih kuat karna kapal angkasa yang bersiap untuk mendarat.

Pintu kapal yang perlahan terbuka, menampilkan beberapa orang yang berlari cepat. Salah satu nya memandu jalan agar sampai di tempat yang tepat.

Sebuah rumah kecil nan sederhana namun indah, terlihat oleh pandangan mereka. Dengan ketukan pelan ke sebuah pintu, penghuni di bagian dalam membuka nya.

"Ada apa?" tanya nya.

"Eh?! Kau?" kaget nya.

"Tolong izinkan kami masuk, obati adikku!!" ucap Hali yang memohon pada lawan bicaranya.

Lawan bicara nya adalah Maripos, ia tersenyum tipis mendengar ucapan Halilintar dan membuka pintu rumah nya selebar mungkin. Mempersilahkan para tamu nya untuk masuk.

"Masuklah!! Itu sudah tugas kami mengobati Taufan," ucap Maripos seraya tersenyum dan membelai surai putih Taufan.

Hali yang membawa Taufan, masuk terlebih dulu dan merebahkan adik nya di sebuah ranjang untuk di obati.

"Tolong sembuhkan Kak Taufan!!" ucap Gempa lirih.

"Serahkan pada kami," sahut Maripos.

Hang Kasa mulai terlihat di pandangan para elemental, dimana Hang Kasa tersebut berada di sebelah Maripos.

"Kalian keluarlah!! Untuk apa disini?" Perintah Tok Kasa yang sedikit sinis.

Sontak para elemental pun langsung keluar dari ruangan tersebut sesuai perintah Tok Kasa, membiarkan Maripos serta Hang Kasa mengobati Taufan. Yang terkena racun pemusnah.

"Jujur saja, aku tidak tahu kalau Taufan kesakitan selama ini. Sungguh aku tidak tahu," monolog Hali yang terdengar lirih.

Semua adik nya pun terlihat sendu, namun salah satu adik nya mendekat ke arah sang kakak untuk memberinya semangat.

"Tidak hanya kakak, kami juga tidak tahu kan," ucap Gempa meyakinkan Hali.

Hali menatap Gempa sekilas lalu mengalihkan nya dengan senyuman sendu.

"Tetapi, aku ini kakak yang bodoh. Aku tidak paham dengan Taufan," ucap Hali.

"Bagaimana pun juga, Kak Hali sudah menjadi kakak yang baik. Walaupun menurut kak Hali, kakak tidak baik memegang peran seorang kakak pertama. Sungguh kak, kau lah kakak terbaikku yang PERTAMA," ucap seluruh adiknya bersamaan seraya tersenyum.

Iris Ruby Halilintar yang terkenal sangat tajam, meluluh karna ucapan semua adiknya. Ia meneteskan air matanya sembari tersenyum.

"Terimakasih, kalian juga adik terbaikku walau menyebalkan," balas Hali.

Para adiknya yang ikut terharu dan tersenyum, merubah senyumannya saat mendengar kalimat terakhir Hali.

.

.

.

Taufan Pov

Sakit.. ya benar sakit.. tetapi, hatiku lebih terasa sakit. Atok sudah pergi.. dan itu salahku.

Aku ingat, bahwa aku terlelap di dalam dekapan Kak Hali dan itu sangat nyaman. Aku bisa menghilangkan sedikit rasa sakitku, tetapi aku bingung. Saat ini aku berada dimana? Tempat ini begitu gelap, sepi tidak ada siapapun.

Kemanapun aku berlari untuk mencari sebuah jalan, tidak ada yang ku temukan. Tetap saja gelap, hingga sosok seseorang muncul di belakang ku.

Aku menabrak nya dan melihat ke arah belakang dengan pelan, dan dia..

Terulang KembaliWhere stories live. Discover now