[Chap Nineteen]

90.4K 15.2K 1K
                                    

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-


[Maaf jika menemukan typo:)]

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-••[Maaf jika menemukan typo:)]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-o0o-

Ceklek!

Sathera membuka pintu kamarnya, lalu melepaskan sepatu dan perlengkapan yang tadi dibawanya untuk berburu.

Gadis itu berjalan karah ranjangnya dan menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. "Huh, lelah sekali."

Sathera memejamkan matanya sejenak untuk melepas penat. Entah mengapa setelah pulang dari berburu tubuh Sathera menjadi sakit semua, kadang-kadang dia merasa sesak didadanya.

"Apa karna aku belum mandi ya? Jadi bawaannya panas?" Gumam Sathera merasa gerah.

Ia bangkit dari ranjang dan berjalan kedalam kamar mandi.

Butuh waktu 30 menit untuk Sathera selesai mandi. Ia memakai pakaiannya lalu kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Sathera terdiam menatap langkit-langit kamar. Ia sedang berpikir. Sudah hampir satu bulan Sathera berada di dunia ini dan sudah banyak perubahan yang terjadi.

Dimulai dari Athenia yang mengajaknya berteman, lalu Damian yang tidak menyukai kehadiran Alena dan tingkah laku Alena yang berbeda.

"Apa itu karna kehadiranku?" Gumam gadis itu bingung dan tak lama kepalanya menggeleng pelan.

"Tidak, tidak! Aku tidak peduli! Mau alurnya berubah, mau tidak itu bukan urusanku! Yang terpenting aku tidak akan ikut campur dan menjadi Sathera si Antagonis." Tekat Sathera yakin dengan tangan terkepal ke atas.

"Hmm, tapi jika dipikir-pikir lagi, bukankah itu lebih baik? Alurnya berubah, dan aku tidak jadi mati!" Setelah Sathera pikir-pikir itu lebih baik bukan?

"Ya.. begini lebih baik." Lama-kelamaan mata gadis itu menyayu dan beberapa detik kemudian kelopak matanya tertutup rapat.

Sathera tertidur karena kelelahan.

-o0o-

"Bagaimana? Siapa yang melakukannya?"

Bayangan hitam itu menegakkan tubuhnya lalu menjawab..

"Yang melakukannya gadis itu sendiri, Tuanku."

Pria yang berada di takhtanya itu mengerutkan keningnya. "Apa? jadi dia?"

Bayangan hitam itu mengangguk. "Benar, Tuanku."

"Apa tubunya.. baik-baik saja?"

Bayangan hitam itu kembali mengangguk. "Saya melihatnya sendiri, Tuanku. Tubuhnya baik-baik saja, seperti tidak terjadi apa-apa."

"Apa?!" Pria yang duduk ditakhtanya itu membelalakkan matanya terkejut.

"Tapi bagaimana mungkin? Jika benar dia yang melakukannya, seharusnya tubuhnya melemah." Lirihnya tak menyangka.

Bayangan hitam itu tersenyum tipis. "Mungkin ada yang membantunya, Tuanku."

Pria itu mengangguk setuju. "Ya, mungkin ada yang membantunya.." Lirihnya.

"... Lagipula, seharusnya ini belum waktunya 'dia' muncul kan?" Imbuh Pria itu.

Bayangan hitam itu memandang lurus menerawang. "Emosional, Tuanku."

"Apa maksudmu?" Tanya Pria itu tak mengerti.

Bayangan itu mengalihkan pandangannya pada Pria itu. "Terkadang emosional bisa memicu munculnya sesuatu yang tidak seharusnya terjadi."

-o0o-

"Nghh~ Nghh~" Lenguhan itu terdengar di dalam ruang tidur seorang gadis.

"Nghh~ Nghh~" Lenguhan itu terdengar di dalam ruang tidur seorang gadis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NYX INCARNATE || [TERBIT]Where stories live. Discover now