Part 20

66 9 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Makan malam keluarga Golvench.

Kini di meja makan hanya ada Kakek Martin, Jack, Hailey, David, Natasha, dan April. Nenek Sarah tidak ikut makan malam. Ada pelayan yang datang ke kamar dan menyuapinya.

Hailey menatap April dengan tatapan penuh kecurigaan. April menyadari itu. Ia juga menatap pada Hailey.

Tidak ada percakapan yang menemani makan malam itu. Setelah mereka makan malam, mereka kembali ke kamar masing-masing.

Saat April akan memasuki kamarnya, terdengar suara Jack memanggilnya. April menoleh melihat Jack berdiri di ambang pintu kamarnya sambil menggerakkan tangannya menyuruh April datang ke kamarnya.

April memiliki firasat buruk, tapi pada akhirnya ia pun melangkah menghampiri Jack.

Jack tersenyum penuh arti kemudian menyuruh April masuk ke kamarnya. April masuk ke kamar Jack. Pria itu mempersilakan April duduk di tepi ranjang lalu ia pun menutup pintu.

Jack duduk di tepi ranjang samping April. Ia mengusap rambut panjang gadis kecil itu dengan lembut.

"Kau sangat manis dan baik hati," kata Jack. Pria itu membuka sleting celananya membuat April mengernyit.

"Natasha suka melakukan ini, jadi aku harap kau juga mau melakukannya. Ini tidak sakit, kok." Jack menarik April agar melakukan hal yang ia inginkan.

April meronta sambil mendorong dan mencakar paha Jack. Tiba-tiba Jack berteriak kesakitan. Darah segar menetes ke lantai.

Jack mendorong April kemudian menjambak rambut gadis kecil itu hingga beberapa helai rambut berjatuhan, sebagian tercabut dan menempel di tangan Jack.

April meringis kesakitan sambil berusaha menyingkirkan tangan Jack dari kepalanya.

"Jalang kecil!" Jack mendorong April hingga jatuh tersungkur ke lantai.

"Ah, sakit sekali." Jack memegangi kejantanannya yang masih meneteskan darah.

April segera berlari keluar dari kamar Jack sebelum maniak seks itu mengejarnya dan melakukan hal yang lebih buruk lagi.

Pintu kamarnya dikunci. April meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya. Ia bercermin di kaca meja rias.

April melihat rambutnya yang berantakan dan juga beberapa ada yang patah karena jambakan Jack. April terlihat marah. Ia mengambil pisau dari tempat penyimpanan rahasianya di bawah meja.

"Bajingan sialan itu tidak bisa dibiarkan," gumam April.

Saat akan keluar, langkahnya terhenti. Ia mencoba berpikir lebih jernih.

April mengurungkan niatnya. Ia mengembalikan pisau itu ke tempat semula.

💠💠💠

Dini hari, April datang ke kamar Jack. Gadis kecil itu tampak cantik dengan gaun putih panjangnya. Dan rambut yang disanggul dan diikat dengan pita putih. Kedua tangannya memakai sarung tangan putih pula. Wajahnya memakai riasan yang tebal, tapi membuatnya terlihat semakin imut.

Penampilannya itu membuat April terlihat agak dewasa, padahal usianya baru 6 tahun.

April melihat Jack tertidur pulas di ranjangnya. Gadis kecil itu menutup pintu lalu pergi sebentar ke kamar mandi yang merangkap dengan kamar Jack. Setelah itu, ia kembali ke kamar lalu menutup pintu kamar dan menguncinya.

April menghampiri Jack di ranjang. Gadis kecil itu menyentuh perut Jack.

Perlahan Jack membuka matanya. Ia terkejut melihat April yang sudah berada di kamarnya. Jack beringsut menjauh mengingat apa yang dilakukan April tadi malam padanya.

April menunduk sedih. "Maafkan aku, Paman. Aku tadi terlalu takut dan kaget dengan apa yang Paman lakukan. Aku merasa bersalah, jadi sekarang aku datang untuk menemui Paman dan meminta maaf pada Paman."

Jack tampak berpikir lalu ia tersenyum penuh kemenangan. Pria itu mengusap lembut rambut April. "Paman Jack juga meminta maaf, karena sudah melukai April."

April tersenyum manis.

Jack mendekatkan wajahnya. Sebelum Jack benar-benar mencium bibirnya, April begerak lebih cepat dan mengecup kening pria yang pantas disebut ayah itu.

April memeluk Jack. "Aku merindukan ayahku. Aku ingin memiliki sosok pengganti ayahku."

Jack membalas pelukan April. "Paman bisa menjadi sosok ayah untukmu, April."

April tersenyum penuh kemenangan. "Benarkah?"

"Iya." Jack membelai punggung April.

"Biasanya Ayah akan memandikanku. Apakah Paman Jack juga bisa memandikanku?" tanya April.

"Tentu," jawab Jack.

April tersenyum lalu beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi. "Aku akan menyalakan kran dan ingin mandi air hangat."

Jack tidak sabar menunggu. Ia bangkit dan menyusul gadis kecil itu ke kamar mandi. Jack melihat April mematikan kran, karena bath up sudah terisi penuh.

"Kau masih memakai baju? Mau aku bantu membuka bajumu?" tanya Jack sambil menghampiri April.

April mundur. "Aku bisa melakukannya sendiri."

Jack menunggu.

Di depan Jack, April membuka satu per satu kancing bajunya. Sementara Jack menatap gadis kecil di depannya dengan tatapan lapar.

"Paman, tolong cek airnya. Apakah sudah cukup hangat? Aku rasa tadi aku menambahkan terlalu banyak air panas," pinta April.

Jack memasukkan tangannya ke dalam air. April tampak serius memperhatikan.

"Aarreggh! Panas!" teriak Jack sambil memegangi tangannya yang barusan menyentuh air dan melepuh.

April menendang bokong Jack sehingga Jack jatuh ke dalam bath up yang sebenarnya berisi air keras.

Jack meronta dan menjerit kepanasan.

April segera berlari keluar dari kamar mandi dan berdiri di ambang pintu kamar mandi.

"Keluar, Jack, keluar," gumam April pelan seakan-akan Jack bisa mendengarnya.

April melihat Jack keluar dari bath up dengan seluruh tubuhnya yang melepuh dan juga matang seketika karena air keras. Sebagian kulit dan dagingnya jatuh ke lantai.

April segera berlari dan membuka pintu balkon. Jack berlari ke arah April yang berdiri di balkon. April segera menunduk lalu berjongkok. Saat Jack semakin dekat, April mengambil sapu di balkon dan memukul kaki Jack hingga tersungkur dan dadanya terbentur mengenai pagar balkon.

"Aarrghh!" Jack berteriak kesakitan.

April tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mendorong tubuh Jack dengan sapu hingga jatuh dari lantai dua ke pelataran mansion. Pria itu pun tewas seketika.

Setelah membunuh Jack, April segera kembali ke kamarnya lalu menghidupkan AC. Jendela dan pintu di kamarnya ditutup semua. Gadis kecil itu membakar pakaian yang barusan ia pakaian di tong sampah di dalam ruangan. Setelah itu, ia membuang abu pakaiannya ke closet dan menyiramnya.

April menghela napas berat. "Rambutku pasti akan ditemukan di kamar itu. Aku harus mencari alibi dari sekarang."

Pagi harinya, beberapa pelayan membersihkan halaman depan dan belakang rumah.

Salah satu pelayan pria yang membersihkan halaman belakang rumah menemukan seonggok mayat yang tengkurap di rumput dengan keadaan mengenaskan di mana sekujur tubunya melepuh dan matang seperti dimasak.

Pelayan laki-laki itu memeriksanya menggunakan sapu lidi yang ia pegang.

"Oh, tidak! Tuan Jack!"

Para polisi datang lagi ke mansion Golvench ketika mendapatkan telepon dari seorang pelayan yang menemukan mayat Jack di halaman belakang rumah.

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

22.16 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

APRILWhere stories live. Discover now