PROLOGUE

183 19 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Cuaca sore ini mendung menandakan kalau hujan akan turun sebentar lagi. Gadis kecil berambut cokelat kemerahan duduk di tangga depan rumah sambil memeluk boneka beruang cokelat kecil di tangan kirinya. Ia melihat pria berambut serupa dengannya sedang memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil.

"April? Ayo, masuk!" suruh pria itu yang tak lain adalah ayahnya gadis kecil itu.

Gadis kecil bernama April itu bangkit dari tempat duduknya lalu berlari memasuki mobilnya dan duduk di kursi belakang.

"Ibumu di mana?"

"Masih di dalam," jawab April.

"Mia?!" Ayahnya April memanggil istrinya.

Wanita berambut pirang bernama Mia, keluar dari dalam rumah dengan ekspresi cemas.

"Kau lama sekali, ayo cepat masuk. Kau pikir Pantai Permata akan buka sampai malam? Kita harus memesan tiket sesegera mungkin sebelum tutup dan menginap di penginapan sana," ucap suaminya.

Mia memasuki mobil tanpa merespon ucapan suaminya. Ia duduk sambil memasang ekspresi tidak tenang, entah apa penyebabnya.

April melihat pada ibunya lewat spion tengah. Ia melihat ekspresi kecemasan di wajah ibunya itu, tapi April tidak bertanya.

Suaminya pun masuk dan duduk di kursi kemudi. Ia menyalakan mesin lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

Di tengah perjalanan, Mia semakin merasa tidak tenang. Ia tiba-tiba berteriak marah membuat suaminya dan juga anaknya terkejut mendengar teriakannya.

"Kau ini sebenarnya kenapa, Mia?!"

"Aku yang harus bertanya padamu, Hansen! Kenapa kau melakukannya?!" bentak Mia dengan ekspresi penuh kemarahan.

"Melakukan apa?" tanya Hansen dengan ekspresi khawatir seolah ia menyadari kesalahannya, tapi ia berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh istrinya.

"Melakukan apa? Melakukan apa, kau bilang? Kau berselingkuh di belakangku, Hansen!" bentak Mia.

April melihat langit yang semakin mendung. Ia menarik sabuk pengaman lalu memasangkannya ke tubuh mungilnya.

"Kau pikir aku tidak tahu?!" teriak Mia.

"Aku tidak pernah berselingkuh! Kau jangan menuduhku!" bentak Hansen yang masih mencoba fokus menyetir.

"Aku tahu, aku tahu kau berselingkuh! Aku memasang kamera di kamar kita! Aku melihatnya! Aku melihatmu tidur dengan jalang itu!" tangis Mia.

"Mia, aku tidak pernah berselingkuh darimu. Aku mencintaimu," ucap Hansen sambil menoleh sekilas pada Mia.

"Omong kosong! Kenapa kau masih mencoba berbohong padaku!" teriak Mia.

"Baiklah, aku tidak akan menyanggah ucapanmu lagi. Aku memang pernah tidur dengan wanita itu, tapi hanya sekali," ucap Hansen mengakui perbuatannya.

April melihat pada ayah dan ibunya dengan tatapan polos. Tampaknya ia tidak mengerti kenapa kedua orang dewasa itu bertengkar.

"Sekali? Kau hanya tidur sekali dengannya? Kau yakin? Kau tidur dengannya selama satu minggu penuh ketika aku dinas di luar kota. Kau bahkan tidak pergi ke kantor selama satu minggu itu dan menghabiskan waktumu untuk berselingkuh dengan jalang gila itu!" Mia memukuli lengan Hansen.

"Aku sedang menyetir!" bentak Hansen.

"Aku tidak peduli! Hentikan mobil ini! Aku mau keluar!" tangis Mia.

"Sebentar lagi kita sampai, kita akan membahasnya di penginapan nanti. Aku akan menjelaskannya!" ucap Hansen.

Mia mendecih kesal. "Aku bilang, hentikan mobil ini! Aku tidak mau pergi berlibur denganmu, Bajingan! Aku mau keluar! Aku mau bercerai! Aku sudah muak denganmu! Ini bukan pertama kalinya. Aku mencoba bersabar dan memberikanmu kesempatan kedua dan ketiga, tapi kau masih saja berselingkuh!"

"Aku berselingkuh karena kau tidak pernah ada di rumah! Aku membutuhkanmu, tapi kau tidak ada. Jangan salahkan aku mencari wanita lain!" Hansen tidak mau disalahkan.

"Kau tidak mengakui kesalahanmu dan malah menyalahkanku?!"

Tetesan air hujan mulai berjatuhan membasahi bumi. Awalnya hanya rintik-rintik kecil, lama-lama menjadi deras seolah-olah dicurahkan dari langit.

April melihat kedua orang tuanya masih bertengkar. Pandangan April tertuju ke truk di depannya.

"Ada truk!" teriak April.

Hansen dan Mia menoleh ke depan. Kedua mata mereka membelalak saat cahaya lampu mobil truk besar di depan mereka menyorot.

Hansen segera membanting stir ke kiri di mana ada jurang dan pepohonan besar di sekitarnya. Mobil Hansen berguling-guling dan bertabrakan dengan pepohonan di jurang.

April memeluk erat bonekanya. Ia merasakan pecahan kaca mobil berterbangan dan melukai kulitnya. Hansen dan Mia yang tidak memakai sabuk pengaman pun terombang-ambing di dalam mobil.

Mobil tersangkut di salah satu pohon besar dengan posisi terbalik. Jika saja tidak ada pohon besar itu, maka kemungkinannya mobil mereka jatuh ke jurang.

April melepaskan seatbelt dan terjatuh ke atap bagian dalam mobil. Ia meringis pelan lalu membuka pintu mobil dan ia pun berhasil keluar dengan tubuhnya yang berdarah-darah, meski tidak terlalu parah, hanya luka sayatan karena pecahan kaca mobil.

April merangkak di atas rumput. Ia melihat ke tepi jurang yang curam. Di bawah sana ada banyak bebatuan runcing dan air yang mengalir seperti sungai kecil.

"April...."

Mendengar suara ibunya yang lemah, April menoleh. Ia melihat ibunya yang masih hidup dan dalam keadaan sekarat di mana lehernya terluka parah terkena sayatan kaca mobil. Darah segar mengalir dan terciprat ke mana-mana membuat aroma khas besi berkarat tercium oleh indera penciuman.

"Tolong Ibu," ucap Mia sambil melemparkan ponselnya ke luar jendela. "Ibu pernah mengajarimu cara menelepon bantuan, kan? Sekarang tolong hubungi mereka agar bisa menyelamatkan Ibu."

April mengambil ponsel tersebut dan menatap ibunya untuk sesaat dengan tatapan datar tanpa emosi sama sekali. Tanpa diduga, April melemparkan ponsel tersebut ke jurang.

Mia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh putri tunggalnya itu. Ia menatap April dengan tatapan tak percaya.

Sorot mata April yang polos sudah menghilang, kini berganti dengan tatapan dingin.

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari tim kepolisian tiba di lokasi kecelakaan mobil Hansen sekeluarga saat ada laporan dari pengendara yang lewat dan melihat jejak ban di jalan aspal menuju ke pepohonan tepi jurang.

Para polisi melihat Hansen dan Mia yang sudah tewas karena luka serius dan kehabisan darah. Mereka melihat April yang tak sadarkan diri di dekat mobil mereka. Saat dicek, ternyata April masih hidup, diduga April berhasil keluar dari mobil dan ingin meminta pertolongan, tapi gadis kecil itu pingsan.

April dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan sesegera mungkin dan para polisi segera menghubungi pihak keluarga lewat ponsel Hansen di saku celananya.

Keluarga Golvench, yaitu keluarga dari pihak Hansen terpukul mendengar berita kecelakaan itu. Mereka segera datang ke rumah sakit untuk melihat jenazah Hansen dan Mia. Mereka juga melihat keadaan April.

"Dia baik-baik saja, dia sudah siuman tadi. Tapi, kami memberikannya obat dan dia kembali tidur," kata dokter.

"Syukurlah."

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

18.26 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

APRILWhere stories live. Discover now