Part 08

63 12 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Setelah makan malam, April menaiki tangga menuju ke kamarnya. Ia tidak melihat keberadaan boneka beruang dari Laura dan boneka beruang cokelat kesayangannya di tempat tidur.

April terlihat panik. Ia mencari ke bawah meja, bawah ranjang, ke balkon, dan ke seluruh sekat di kamarnya. Namun, ia tidak kunjung menemukannya.

"Ke mana bonekaku?!" April terlihat sangat marah dan tidak bisa berhenti cemas. Tidak biasanya ia menunjukkan ekspresi semarah dan secemas itu.

Pandangan April tertuju ke lemari kosong yang belum ia periksa. Gadis kecil itu membukanya. Ia disambut dengan benda putih berterbangan. April terkejut melihat kedua boneka beruangnya itu tercabik-cabik dan isi dari perutnya keluar sehingga berterbangan saat tertiup angin.

April mengambil boneka beruang cokelat kesayangannya yang sudah tidak berbentuk lagi. Kedua matanya copot dan tubuhnya seperti digunting-gunting.

Terdengar suara cekikikan di luar kamarnya. Pandangan April tertuju ke pintu kamar yang sedikit terbuka. Kedua matanya menyorot dengan tatapan membunuh. Alisnya menukik tajam.

Di luar kamar, Natasha dan Jeremy tertawa-tawa dengan gunting di tangan mereka. Tampaknya kedua kakak-beradik itulah yang merusak boneka April.

Perlahan pintu terbuka dengan suara engselnya yang berderit membuat Natasha dan Jeremy menoleh pada April yang berdiri di sana. Gadis kecil itu menatap keduanya dengan tatapan berbeda. Biasanya kedua manik hijau kebiruan itu terlihat sayu dan polos, tapi kali ini benar-benar 180° berbeda. Ada kemarahan dan kebencian di mata gadis kecil berusia 6 tahun itu membuatnya terlihat sangat bengis.

Natasha dan Jeremy saling mendelik. Mereka menelan saliva ketakutan melihat ekspresi April yang tidak biasa itu.

"Kenapa kalian merusak bonekaku?" tanya April. Di tangannya ia memegang boneka beruang miliknya.

"Memangnya kenapa? Kau mau marah padaku?" tanya Natasha. Ia menjulurkan lidahnya meledek sambil tertawa.

Namun, Jeremy tidak melakukan apa pun. Ia masih menatap April dengan tatapan takut dan khawatir. Ia merasa jika April membuka topeng datarnya kali ini.

Natasha mendorong dada April yang lebih kecil darinya hingga terpundur beberapa langkah. "Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti itu, Bocah? Kau pikir aku takut?"

Tiba-tiba April berteriak kencang. Bahkan teriakannya sampai terdengar ke seluruh ruangan di mansion.

Natasha dan Jeremy menutup telinga mereka. Saat melihat ke depan, April sudah tidak ada dan pintu kamar dibanting dengan keras dari dalam.

"Dia aneh dan lumayan menakutkan," ucap Natasha pelan.

Keesokan harinya, David, Jeremy, dan Natasha bersiap pergi ke sekolah setelah sarapan.

"April ke mana? Kenapa dia tidak pergi ke sekolah?" tanya Susan pada anak-anaknya.

"Tidak tahu, Bibi. Dia juga tidak sarapan tadi," David yang menjawab.

Susan tampak berpikir. "Dia tidak ikut sarapan? Aku tidak terlalu memperhatikan, jadi aku tidak menyadari kalau dia tidak ikut sarapan."

Sementara Jeremy dan Natasha saling pandang. Ada rasa bersalah di hati Jeremy, berbeda dengan Natasha yang tidak peduli.

Setelah mobil yang mengantarkan anak-anak pergi, Susan kembali ke mansion dan pergi ke kamar April.

"April?" Susan mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban. Saat kembali mengetuk pintu, pintunya terbuka, ternyata tidak dikunci.

APRILWhere stories live. Discover now