18. Hubungan, baru

Start from the beginning
                                    

"Gus Rahsya, apa kita bisa pacaran?"

Hening.

Permintaan Hawa terdengar sangat tiba-tiba, aneh, dan juga gugup bercampur menjadi satu. Saat ini Gus Rahsya sedang di ajak berpacaran, oleh istrinya sendiri.

"Jangan salah paham, kata Umma. Abah gak brengsek, jadi Hawa mau memulai hubungan dengan Gus Rahsya aja." Hawa menunduk, merasa malu. Sejujurnya, saat ia keluar dari area pesantren. Hati gadis itu menjadi gelisah, entah mengapa.

Senyuman Gus Rahsya terlihat begitu menenangkan. "Saya memang akan membuktikan cinta yang indah untuk kamu."

"Caranya?" Sahut Hawa, penasaran.

Jari-jari Gus Rahsya membelai rambut Hawa dengan lembut. Pemuda itu memasangkan Khimar hitam yang tersampir di bahu Hawa.

Jantung Hawa berpacu sangat cepat, ia merasa sangat senang di perlakukan manis seperti ini. Ada perasaan aneh di dalam perutnya, Hawa seperti akan terbang.

"Apakah kamu merasakannya?" Gus Rahsya bertanya.

"Merasakan apa?"

"Kebahagiaan." Jawab Gus Rahsya.

Dengan malu-malu Hawa mengangguk. "Hawa pikir Gus Rahsya orangnya ngebosenin, tapi di giniin aja perasaan Hawa udah aneh."

"Itu lah yang saya rasakan setiap kali bertemu dengan kamu, yaa Zawjatii."

Hawa menunduk perlahan. "Jadi kita pacaran?" Dia hanya ingin memastikan.

"Tentu, mengapa saya harus menolak?"

Keduanya tersenyum, semoga saja Hawa tidak salah paham. Maksud dari pacaran yang Gus Rahsya, cepat atau lambat pernikahan ini harus segera di ungkapkan.

"Hawa, jika suatu saat kamu mengetahui sesuatu. Kamu akan kecewa tidak?"

"Tergantung, eh. Apa jangan-jangan Gus Rahsya udah punya pacar?" Hawa sedikit was-was.

Gus Rahsya menggeleng. "Tentu tidak sayang."

"Sayang?" Beo Hawa terkejut.

"Iya, mulai hari ini kita pacaran kan. Jadi, saya bebas dong panggil apa saja?" Gus Rahsya tidak perduli jika suatu saat orang-orang akan menuduh, toh. Mereka memang sudah memiliki ikatan yang sah.

"Gus Rahsya bilang ana uhibbuki Fillah karena apa, Hawa pikir-pikir gak masuk akal juga kalau nganggep saudara."

"Karena Antii Habiibatii Anti."

🧚🧚🧚

"Hawa setan!" Azarine berteriak dari ujung gerbang universitas Variasa, saat Hawa baru saja turun dari motor besar milik seorang pemuda.

"Anjir Azarine setan, pengap bangsat!" Hawa melepaskan pelukan yang Azarine berikan.

"Gila lo, hijab gue jadi miring. Dasar monyet." Kesalnya, hijab berwana pink kemerah-merahan itu Hawa benarkan dengan perasaan sedikit kesal.

"Hawa, menghadap ke arah saya." Pinta Gus Rahsya, lelaki itu memakai jaket kulit. Dengan helm full face, benar-benar sangat jauh berbeda ketika sedang berada di dalam pesantren bukan.

Garis Takdir Untuk Hawa Where stories live. Discover now