Ketika Mark sudah cukup terbiasa dengan suara deru air hingga sanggup ia abaikan, Mark menaksir waktu dengan cara menghitung jumlah tetap suara tetes air yang menghipnotis, yang datang dari suatu tempat tepat di balik pintu baja. Hanya dengan menghitungnya, Mark sadar bahwa terlepas dari janji tersirat Donghyuck yang akan mengeluarkan ia dari sini secepatnya, waktu ternyata sudah berlalu berjam-jam sejak ia dengan sopan dikawal menuju kediaman barunya.

"Ayah tidak akan menyakitimu," gumam Donghyuck, tepat sebelum Mark dibawa oleh para pengawal. "Takpeduli semarah apa, beliau tidak akan menempatkan kita dalam bahaya. Paling jauh, beliau hanya akan menakutimu. Mereka akan membawamu ke penjara bawah tanah. Tempatnya mengerikan, tapi percayalah, tidak ada yang tewas di sana selama dua ratus tahun terakhir. Jadi, sabar saja dan tunggu aku untuk menyelamatkanmu."

Menunggu Donghyuck... Hal itu bisa Mark lakukan. Bukan berarti ia juga punya pilihan. Ada sedikit penghiburan yang bisa ia temukan di tengah gua gelap yang kini menjadi penjaranya. Bahkan, kerangka manusia itu mulai terlihat bersahabat setelah satu jam pertama Mark di sana. Ia mulai berpikir untuk memberi kerangka itu nama, hanya supaya ia tidak bosan.

Sesekali, suara air laut yang tak berkesudahan serta lolongan angin yang menabrak dinding karang berusaha menyusup masuk dan menggigilkan tubuh Mark.

Angin bodoh, pikir Mark, sangat lembut dan misterius, beraroma seperti garam dan teka-teki, sangat amat berbeda dengan terjangan pedang dingin es yang mengepung malam-malam di Clairs. Mark telah cukup sering dihadapkan dengan angin kejam, yang membuat orang-orang memilih untuk mempertaruhkan nyawa mereka di tangan beruang liar karena melewati malam di dalam gua alih-alih alam terbuka tanpa ampun. Di hadapan penakluk kekuatan angin Utara pegunungan, apa yang berusaha angin Selatan ini lakukan?

Mark bangkit, berjalan mendekati bukaan kecil di dinding, dekat langit-langit. Terlalu tinggi untuknya bisa melihat ke luar. Dua jam berubah menjadi tiga jam, dan cahaya di dalam penjara mulai meredup. Warna kemerahan matahari membuat dinding karang itu memancarkan warna asli mereka, sebelum semuanya berubah redup, tertelan senja.

"Ayahku tidak akan menyakitimu." Donghyuck mengatakan itu, bukan? "Paling jauh, beliau hanya akan menakutimu."

Mark mendengus pelan seiring kegelapan yang membungkus penjara bagai helai selimut. Gelap dan beraroma asin. Apabila ini usaha terbaik ayah Donghyuck untuk menakutinya, yah, maka usahanya kurang efektif. Mark merasa bosan dan kesal, juga semua jamur yang ia hirup akan membangkitkan alergi lama apabila ia terus-terusan berada di sini. Namun, menakutinya? Apabila itu yang ayah Donghyuck harapkan, tindakan pertama Mark sebagai menantu adalah mengecewakannya.

Mark tengah memikirkan soal itu ketika, dengan suara gemercik tidak menyenangkan, air mulai bergerak naik ke permukaan lantai. Mark sejenak menatapnya, seiring air yang perlahan namun pasti mulai meluap, membuat permukaan lantai itu nyaris seperti spons yang basah. Kemudian, level air pun semakin naik.

*

Saat air mencapai kakinya, Mark seketika bangkit berdiri, nyaris berteriak untuk pertama kali sejak penahanannya di sini. Penjara itu tidak dilengkapi dengan kursi, tidak juga dengan kakus, atau apa pun yang bisa Mark panjat untuk mencegah sepatunya basah.

Baiklah, ujarnya pada diri sendiri, memperhatikan air yang menjilat sepatunya, yang kemungkinan sebentar lagi akan berubah menjadi seperti tikus tercebur got. Baiklah, aku ketakutan sekarang. Bisa kita percepat adegannya hingga seseorang datang untuk mengeluarkanku dari sini?

Mark berpikir untuk memukul-mukul dinding hanya demi membuat kesal penjaga yang berpatroli, seorang pria tinggi dan berisi yang dengan mencurigakan tampak seperti sahabat baik Donghyuck, Jeno. Namun, tatapannya terhadap Mark penuh akan rasa tidak suka, tidak seperti tatapan yang pernah Jeno tunjukkan kepadanya. Kini ketika Mark memikirkannya, ia memang mengasingkan Jeno, sehingga apabila penjaga itu memiliki hubungan dengan Jeno, Mark bisa memaklumi rasa bencinya. Hal itu tidak membuat upaya Mark untuk meminta bantuan menjadi lebih mudah. Air telah mencapai mata kakinya ketika akhirnya kunci pintu berderak dan piringan besi berat itu digeser untuk menampilkan... bukan suami Mark, melainkan mantan tunangannya.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang