Chapter 02 || Modelling Agency

Comenzar desde el principio
                                    

"Setelah apa yang kau lakukan padaku tadi?" Adzriel sedikit tersenyum miring dan ada kesan sedikit meremehkan sang lawan bicara.

"Aku sangat minta maaf. Aku tidak tahu kalau -"

"Sudahlah kau membuang waktuku."

Hei?! Apakah orang ini memang punya kebiasaan memotong pembicaraan orang lain? batin Vallen yang mulai jengkel.

"Aku mohon, Tuan berikan aku satu kesempatan untuk bergabung disini," ucap Vallen memohon. Oh, jangan lupakan mimik wajahnya yang sudah berubah memelas sekarang.

"Kau mau bertekuk lutut padaku?"

"In your dreame," gumam Vallen yang masih dapat di dengar oleh Adzriel.

"Aku penasaran apa yang membuatmu ingin sekali bergabung di Adz'r Agency," ucap Adzriel sembari memainkan bolpoin yang ada di atas meja.

"Ini impianku sejak lama." Adzriel mengernyitkan keningnya sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya sekali.

Dalam hati Vallen berharap besar bisa diterima dengan baik di Adz'r Agency.

"Bawa dia," titah Adzriel pada asisten pribadinya yang tak lain adalah Rendy Poetra Sanchez.

Rendy mengangguk lalu meng-intruksi Vallen untuk mengikutinya.

Beribu pertanyaan muncul di benak Vallen. Ia akan dibawa kemana? Apakah ia diterima? Atau malah diusir? Hei! Apakah ia akan dibawa keluar gedung ini untuk diusir?

Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

"Kau tidak mau ikut?" tanya Rendy.

"Apa?" tanya balik Vallen.

"Kenapa kau menggelengkan kepala?" Vallen mengerjakan matanya sebentar. Ia tidak sadar telah menggelengkan kepala.

"Tidak! Aku akan ikut!" sergah Vallen kemudian ia segera berjalan keluar ruangan dan meninggalkan Rendy yang masih berada di dalam.

"Awasi dia," titah Adzriel sebelum Rendy benar-benar keluar ruangan tersebut.

***

Setelah sesi wawancara yang sedikit menegangkan tadi Vallen akhirnya dapat bernapas lega. Kini, ia sedang pergi ke area parkir dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Seharusnya aku cari tahu dulu siapa pemilik agensi ini," gumamnya karena merasa kesal dengan kejadian yang menimpanya.

"Huft... Beruntung sekali kau Vallen masih diterima." Vallen mengucapkan kalimat tersebut untuk dirinya sendiri.

Oh, memang sudah seharusnya kan ia mengapresiasi diri sendiri? Terdengar seperti orang yang memang membutuhkan pekerjaan. Padahal ia tidak terlalu butuh kan?

Ah, seharusnya ia memikirkan tentang sidangnya yang sebentar lagi akan diadakan. Lulus dengan nilai yang memuaskan seharusnya itu sudah cukup bagi Vallen. Namun, ia tetap ingin memberi kesan yang berbeda.

Drrtt ... Drrtt ... Drrtt

"Hallo?" ucap Vallen setelah ia menempelkan earphone ke telinganya.

"Kau ada dimana?" tanya orang yang ada di seberang telepon.

"Untuk apa kau bertanya? Kau pasti ingin meminta bantuan kan?"

"Hei! Kau selalu saja seperti itu."

"Kenapa aku? Seharusnya kau!"

SECRET MURDERER Donde viven las historias. Descúbrelo ahora