Chapter 34 || Do you know who is in power?

882 87 4
                                    

Hai, makasih ya udah mau mampir:")

Asli, seneng banget masih ada reader yang setia mau baca hehehe...

Sekali lagi makasih ya, kalian baik banget.

Happy Reading.

=======================================

Suara angin berhembus kencang membuat suasana semakin mencekam. Beberapa orang sedang berbincang di sebuah rumah yang jauh dari perumahan sekitar.

Sepertinya mereka sedang membahas hal yang serius dilihat dari gaya diskusinya yang duduk mengelilingi meja dan dengan suara yang terdengar pelan namun tetap tegas. Tidak ada yang berani bicara ketika satu orang sedang menyampaikan pendapat.

"Kau yakin aman?" tanya seseorang yang sepertinya merupakan pemimpin dari kelompok tersebut

"Ya, bos. Hanya dia yang tahu hal ini," ucap yang lainnya.

"Oke, ingat jangan lengah dan laporkan semua yang terjadi padaku," titahnya.

"Baik, Bos," ucap sang lawan bicara sembari menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Kau pergilah dan kalian amankan senjata-senjata ini," ucap sang pemimpin pada yang lainnya.

=========================

"Kenapa kita bisa kehilangan kesempatan itu?" ucap seseorang dengan mata yang menatap tajam.

"Maaf, bos," ucap sang lawan bicara.

"Rendy, kau ku beri tanggung jawab. Kenapa bisa semua ini berjalan diluar kendali?!" marahnya pada orang yang dipanggil Rendy.

Rendy berlutut sembari menundukkan wajahnya. Ia menyesali perbuatannya.

"Aku tidak bisa memprediksinya," sesal Rendy.

Adzriel, ia sangat tidak suka jika rencana yang sudah ia susun baik-baik malah tidak berjalan sesuai rencana. Apa yang dilakukan Rendy tadi? Kenapa bisa ia kehilangan senjata-senjata itu! Dan mata-mata tadi? Kenapa bisa ia tertembak?!

"Senjata itu memang tidak begitu penting. Tapi, harga diriku seperti diinjak-injak dan diremehkan oleh leader," marah Adzriel pada Rendy.

Rendy tahu maksud Adzriel saat ini. Adzriel memang lah orang yang tidak suka jika direndahkan dan dianggap tidak berdaya. Apalagi menyangkut dengan hal seperti pekerjaan-pekerjaan mafianya.

"Seharusnya kau yang mengambil alih penyelundupan itu dan bukannya membiarkan klan Pollox yang mengambil semuanya!" marah Adzriel.

Prang!

Vas yang berada di atas meja pecah karena Adzriel melemparkannya ke tembok dan hampir mengenai Rendy. Rendy hanya bisa diam, ia tak akan pernah berani berbicara jika bos nya sedang marah besar padanya. Salah sedikit saja mungkin nyawanya akan melayang saat ini.

Tok.. Tok... Tok..

Tiba-tiba saja sebuah suara dari ketukan pintu membuat suasana yang tadinya mencekam menjadi sedikit teralihkan. Rendy menatap Adzriel seakan minta izin untuk membuka pintu tersebut. Adzriel menghela nafas sebentar kemudian ia duduk di sebuah sofa single yang ada di dalam ruangan tersebut.

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now