Chapter 38 || The Murderer is back?

900 69 11
                                    

ALLO PREN!

Thank you so much ya udah mau baca ceritaku😊Seneng bangt kalian masih mau baca karya-karya ku walaupun agak aneh hehehe...

Maaf, juga karena lama up nya:)
Aku nangkringnya di tiktok Mulu😔 Lagi, buat AU juga.

============HAPPY READING===========

Rendy sekarang tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia bingung. Di satu sisi ia harus mengurus klannya saat ini, namun di sisi lain ia juga harus mengurus sang pemimpinnya yang tiba-tiba saja marah dan pergi entah kemana.

"Seharusnya dia bisa menahan emosinya," ucap Rendy seorang diri.

Rendy mengambil ponselnya dari saku celananya dan mulai mencari kontak seseorang, ia berniat menelpon orang itu.

"Bicaralah," suruh orang yang ada di panggilan tersebut.

"Apa yang harus ku lakukan terhadap tuan Adzriel? Menurutmu apakah kita harus membujuknya agar dia kembali?" tanya Rendy.

"Membujuk? Sorry, saya tidak begitu membutuhkan dia. Bukankah sudah terlihat jelas?"

"Ah, ya maaf menganggu waktumu."

Setelah itu panggilan tersebut berakhir begitu saja. Rendy memijat pelan keningnya, ia cukup pusing memikirkan hal ini.

"Kau, urus para anggota disini. Saya ada urusan di luar," ucap Rendy pada orang kepercayaannya yang sedang mengurus data-data penting.

"Baik, Tuan," ucap orang itu penuh hormat.

Kemudian Rendy pun langsung saja pergi keluar ruangan. Saat ini ia berniat untuk mencari Adzriel.

--------


"Ray, kau tahu kalau Tuan Adzriel itu menjengkelkan?" adu Vallen pada Raymond yang sedang memasak makanan di dapur mansion keluarga Rodriguez.

"Hm, kau sudah menceritakannya beberapa kali," respon Raymond.

"Ck, sangat mengesalkan. Rasanya aku ingin sekali membunuhnya dengan belati milikmu," ucap Vallen terdengar bersungguh-sungguh.

"Jaga ucapanmu," ucap Raymond.

"Hei, terserahku! Kau tak ada hak mengaturku!"

"Ya ya ya, terserahmu," ejek Raymond.

"Ternyata kau lebih mengesalkan daripada pria itu," kesal Vallen pada Raymond.

"Kau mau ayam atau telur?" tanya Raymond sembari menyiapkan bahan-bahan untuk lauk nasi goreng yang sudah ia buat tadi.

"Gorengkan saja telur, aku tak ingin ayam," ucap Vallen.

"Vallen, Raymond kalian belum tidur?" tanya seorang laki-laki tua yang tak lain adalah Johan, kakek Vallen.

"Kakek saja belum tidur, apalagi kami," jawab Vallen dengan santai.

"Kau ini," ucap Johan.

"Kakek, tahu atau tidak berita hari ini?" tanya Vallen yang membuat Johan mengernyitkan keningnya dengan bingung.

"Berita apa? Kakek belum mendengarnya," ucap Johan.

Vallen mengangguk-anggukkan kepalanya ia terlihat berpikir sejenak sebelum bicara kembali. "Kalau begitu tidak jadi, Kek. Sepertinya kakek tidak perlu mendengarnya, cukup aku yang mengurusnya bersama Ray."

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now