Bonus Bagian 2: Tentang Aksara

Start from the beginning
                                    

Demi apapun, Aksara mengutuk kotak ungu surat yang ia bawa mencari Ciera.

Seperti sebuah ledakan meletup-letup dalam dadanya sepanjang hari, seperti waktu mengejar langkah-langkah kaki. Seakan ia tidak cukup cepat menemui malaikat maut guna menghentikan Ciera. Memohon kepadanya untuk tidak pergi.

Lalu benaknya berucap 'Mengapa harus?'

Setiap kali Ciera tersenyum dalam sekrup ingatan miliknya.

'Karena itu Ciera.'

"Ayo, bengong lagi kan lo! Kesambet penunggu fakultas gue baru tau rasa!"

Satu kentang goreng melayang mengenai wajahnya, Ciera tergelak mendapat ekspresi masam Aksara.

"Bukannya apa nih, tapi akhir-akhir ini lo sering bengong. Ngapa dah? Berat banget dosanya?"

"Kayak lo gak punya dosa aja."

Aksara balik melempar sisa kentangnya.

"Gak boleh buang makanan!"

"Siapa yang duluan tadi?"

"Tau tuh, si Kenzie," ucap si gadis menunjuk orang sebelahnya.

"Gue diam dari tadi ya nyet."

Satu universitas bersama Ciera dan Kenzie, dan bang Oza, beda fakultas. Tak jarang membuat ketiga sering mondar-mandir bersama, Ciera pernah berceletuk ceria "Kita udah ditakdirkan bersama gak sih?" sambil rangkul-rangkul dirinya beserta Kenzie saat ospek. Dia tidak tahu saja bahwa sehari sebelum ospek dimulai Kai sudah masam-masam bertekad kuliah di sana juga. Belum lagi cerita ketika UTBK yang penuh drama, bisa-bisanya gadis itu nyaris datang telat saat ujian, Kenzie sampai tepuk jidat menunggu di luar barsama Kak Rena, soalnya ia lulus SNMPTN. Secara Kenzie gitu lho.

Karena saking aktifnya si gadis, selama ospek selalu menjadi sasaran empuk kating-kating, ia nampak tidak peduli, tapi Aksara jadi ketar-ketir dibuatnya.

Walaupun masa itu berlalu, tapi tetap saja mereka masih diawasi kating-kating karena masih maba.

Ciera dan tingkahnya memang selalu meresahkan.

Aksara pernah membawa Ciera datang ke rumahnya, Bapaknya yang paling semangat mengobrol di ruang tamu, dalam hati ia berdoa semoga Ciera tidak kapok ketemu bapak, tapi di luar dugaan, sekarang keduanya malah jadi bestie dalam menistakan Aksara.

Mana Ibu selalu menanyakan Ciera, "Kenapa Ciera gak diajak?"

"Cieranya mana?"

"Ajak Ciera main ke sini, Ibu udah lama gak ketemu dia."

Aksara yang kapok mengajak Ciera ke rumah, malah dia yang kayak anak nyasar. Memang anak orang lebih mengoda.

Ciera terlalu pandai membuat orang-orang mencintainya.

Dan sepertinya, Aksara jatuh terlalu dalam.

"Pak."

"Kenapa?"

"Bapak pas jatuh cinta sama Ibu gimana rasanya?"

Bapak menyemburkan kopinya, saat Aksara iseng bertanya, matanya melotot sesaat kemudian balik memincing tersenyum jahil.

"Kenapa? Kamu naksir siapa?" tanya Bapak.

Aksara diam beranjak.

"Bu, anakmu lagi naksir anak gadis orang ini."

Ibu dari dapur berlari keluar membawa sendok sup, mendapat fakta yang cukup menakjubkan.

"Hah siapa?"

Surat Untuk JanuariWhere stories live. Discover now