03.02 Surat: Pekerjaan Ciera

5.1K 1.2K 97
                                    

Teruntuk bulan Januari.

Dari beberapa minggu yang lalu, aku berusaha buat nyari kerja, aku tau aku gak bisa bergantung kayak gini. Aku gak mau jadi parasit. Aku bakal berusaha dengan cara aku sendiri.
Tapi nyari kerjaan gak semudah yang dipikirin, apalagi aku cuma anak SMA biasa yang bahkan belum lulus sekolah. Aku datang ke minimarket tapi ditolak katanya aku keliatan kayak bocah, aku nyari di restoran, jadi tukang cuci piring juga gapapa, asal dapat uang. Tapi mereka gak mau nerima aku. Rasanya capek banget.

Kayaknya sekarang, aku bakal suka susu kedelai, susu yang rasanya gak enak itu. Sekarang aku suka. Aku diterima buat ngantarin susu setiap pagi di beberapa komplek perumahan di dekat sana. Seminggu kemudian, aku ketemu sama tante baik banget, dia bolehin aku kerja di kafenya mulai dari sore sampai jam 10 malam. Tapi kayaknya Kai anak tante yang sering datang ke kafe gak suka aku.

Semuanya bakal baik-baik aja sekarang, aku bakal dapat uang, aku gak akan kelaparan.
Seengaknya aku udah berusaha buat bertahan dengan cara ini kan?
Ayo bilang kalau aku udah berusaha.

Ciera Pelita

Pagi buta, Ciera mengayuh sepeda keranjang berwarna abu-abu yang ia beri nama 'Budi' itu keluar, udara dingin menerpa wajahnya, bibirnya sedikit bergemeletup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi buta, Ciera mengayuh sepeda keranjang berwarna abu-abu yang ia beri nama 'Budi' itu keluar, udara dingin menerpa wajahnya, bibirnya sedikit bergemeletup. Merasakan setiap embus angin menusuk kulit, Ciera mengeratkan kembali jaket merah marunnya, memperbaiki letak ransel kuning. Sebab setelah ini ia akan langsung berangkat ke sekolah. Sebuah senter ia ikat pada kemudi sepeda, karena jalanan yang masih gelap gulita. Agar jaga-jaga dirinya tidak nyungsep berkat lubang jalanan. Soalnya dia sadar diri jika itu terjadi hilang sudah gaji malah ganti rugi.

Mengayuh sepeda kencang menuju tempat tujuannya pada tempat penjualan susu kedelai milik bang Mamat, tokonya sudah mulai terbuka separuh, bibirnya tersenyum mendapati bang Mamat tengah menaruh beberapa kotak kayu berisi susu kedelai botol kaca.

Ini adalah hari ketujuh ia bekerja, gajinya lumayan untuk mengisi kebutuhan perutnya.

"Hari ini ngantar 30 botol, udah hapalkan rumah siapa aja? Nih catatannya. Sekalian botol kosongnya ya jangan lupa lagi."

Ciera terkekeh.

"Siap bang, gak lupa lagi deh. Hehehe, empat hari yang lalu masih kesalahan teknis."

"Iya, udah sono. Ini bisa semua dibawa? Yakin?"

Ciera mengangguk mengikat kotak kayu di belakang sepedanya dengan riang, beberapa susu kedelai dalam botol ditaruhnya dalam keranjang depan.

"Aman terkendali bang, percaya aja sama Ciera. Botol-botolnya bakal selamat dunia akhirat."

"Ngarang kamu, yaudah hati-hati jangan sampe jatuh. Rugi bandar saya."

Surat Untuk JanuariWhere stories live. Discover now