Part 43 - Happy Ending

902 103 128
                                    

Tak terasa sudah hampir dua tahun mereka memulai hidup baru, setelah mereka secara terbuka mengakui perasaan masing-masing. Dengan sosok Abian yang mewarnai kehidupan mereka tentunya.

Derran kini sudah berada di tahun akhir, menyiapkan skripsi untuk lulus cepat. Target awalnya adalah lulus dalam waktu tiga setengah tahun, namun sayang sekali, karena kesibukannya merawat Bian, targetnya mundur dan lulus di tahun ke empat.

Untuk Kirana, ia sekarang resmi menjadi Ibu satu anak. Bian kini baru menginjak umur hampir empat tahun, ia tumbuh menjadi bocah yang aktif dan lucu. Kirana pada akhirnya memilih untuk tetap tinggal, merawat Abian bersama Derran. Kirana baru kuliah di tahun ke dua, karena ia sempat menundanya selama dua tahun.

Ia berada di fakultas seni, ia ingin mendalami semua seni. Memang berat rasanya, ketika saat pulang ia harus bertanggung jawab merawat Bian.

Hubungan Kirana dan Derran? Ah, mereka belum menikah. Karena Pras baru memperbolehkan mereka menikah ketika Derran sudah benar-benar siap menjadi kepala keluarga. Mereka hanya berstatus sebagai tunangan saja. Tapi, Derran masih sering datang ke rumah Adinata untuk menjenguk Bian. Terkadang juga Kirana menginap di rumah Rossa, wanita itu resmi menjadi nenek sekarang.

Banyak orang-orang berkata buruk terhadap mereka, namun tak jarang juga yang memberi mereka pembelaan. Ya, ini lah manusia. Kita hidup bukan untuk mereka, kita hidup bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, melainkan kita hidup untuk diri sendiri.

Kirana kini berusaha merelakan impiannya menjadi seorang penari ballet, ia sekarang justru malah menjadi seorang guru seni. Memang aneh, tapi ia berusaha merubah hobinya menjadi profesi.

Guru seni di salah satu sanggar seni di Jakarta, ia mendapat tawaran ini dari pelatih tari balletnya dulu. Ketika selesai kelas, ia langsung datang ke sanggar tersebut. Ia sadar betul jika ia jarang menghabiskan waktu bersama Bian, namun hal baiknya, Derran tak marah dengan hal itu asalkan Kirana bisa membagi waktu.

Seperti sekarang, Kirana tengah bermain bersama Bian di rumah Rossa. Ia tak ada kelas hari ini, sedangkan Derran ... Ia sedang ada urusan dengan anggota The 99's untuk projects terbaru mereka.

"Maaa," oceh Bian.

"Iyaa? Mau apa?"

"Pa."

"Papa belum pulang, ini main sama Toto dulu. Papa masih sibuk di studio." Kirana juga kesal karena Derran lebih sering di studio dari pada di rumah. Toto adalah kucing liar yang di bawa Rossa dari pasar, karena kasihan, jadi wanita itu membawanya pulang.

"Bian," panggil Kirana. Tapi sepertinya Bian masih asik bermain dengan Toto.

"Kamu kesel gak sama Papa kamu? Dia lebih sering di studio dari pada main sama kamu," kesal Kirana.

"Paaap paaa."

"Kamu ih, Papa terus. Kamu sayang Mama atau Papa?"

"Paaaa," jawab Bian asal.

"Ya udah, sana ikut Papa! Mama ngambek!"

"Paaap!" pekik Bian, anak itu berusaha berdiri. Berjalan dengan sempoyongan melewati Kirana. "Biaan! Mau ke mana?"

"Bi ... Derran?" Kirana heran saat melihat Bian kini sudah berada di gendongan Derran.

"Sejak kapan?"

"Sejak kamu marah-marah karena Bian lebih milih aku," godanya. Derran mengusap kepala Bian dengan tulus. "Anak Papa udah besar, udah pinter milih."

Hal tersebut semakin membuat Kirana jengkel, apa-apaan itu tadi? Yang melahirkan, dia, yang mengandung ,dia, yang merasakan sakit, dia. Tapi kenapa pas besar Bian lebih milih Derran?

"Gatau ah, kesal!" Kirana merajuk, padahal sudah punya anak. Tapi tingkah masih seperti bocah.

"Bian, Mama kamu marah tuh." Derran menunjuk Kirana yang tengah marah.

"Malah," kata Bian. Anak itu sudah bisa menirukan kata-katanya, tapi terkadang juga bicara sendiri secara random.

"Bian minta maaf coba sama, Mama. Mama kalau marah seram tahu."

Bian mengerjap polos, Derran jadi gemas. Ia membawa Bian mendekat ke arah Kirana, perempuan itu masih marah ternyata.

"Ran, lihat deh!" Derran berusaha mengalihkan perhatian Kirana, namun sepertinya Kirana tak tertarik sedikitpun.

"Kamu marah, ya? Jangan marah dong! Aku sama Bian minta maaf, nih," bujuk Derran.

Tapi sepertinya Kirana sama sekali tak menghiraukan mereka, karena kesal akhirnya Derran membawa Bian menjauh. Biarkan saja Kirana, nanti juga baik sendiri.

"Cih! Mereka benar-benar pergi?" Kirana berdecih, tak habis pikir dengan Derran. Bukannya dibujuk malah ditinggalkan begitu saja.

Ia masih menggerutu kesal, "Lihat saja nanti, aku tidak akan mau bicara pada ... "

Klak!

Suara sekering listrik terdengar bersamaan dengan matinya semua lampu, alias sedang ada pemadaman listrik.

"DERRAAAN!" teriaknya. Teriakan itu terdengar sampai telinga Derran, ia baru ingat jika Kirana takut kegelapan. Tapi, ini demi kejutan, jadi ia harus bisa membuat kejutan dengan sempurna malam ini.

Byar!

"Happy Birthday, Kirana."

Sebuah ucapan selamat ulang tahun bersamaan dengan hidupnya kembali lampu, membuat Kirana yang tadi meringkuk ketakutan kini menoleh ke sumber suara. Di sana, Derran memegang kue ulang tahun bersama dengan Ellena, Leon, Malvin, Arjuna, dan Jovan. Mereka sudah mempersiapkan ini matang-matang.

Sebuah lagu ulang tahun mereka nyanyikan, Kirana menahan tangisnya, ia bahkan lupa jika hari ini ia ulang tahun. Derran berjalan pelan sambil membawa kuenya.

"Selamat ulang tahun yang ke dua puluh tiga, Kirana Anastasya."

Derran menatap Kirana yang sepertinya masih terkejut dengan kejutan mereka, Bian juga berlari kecil ke arah Kirana untuk meminta gendong.

"Ayo, make a wish!"

Kirana memejamkan matanya, merapalkan doa serta harapan. Setelah itu mengajak Bian untuk meniup lilinnya bersama. Setelah lilin berhasil padam, teman-teman bersorak gembira.

"Terima kasih buat semuanya." Kirana sangat tersentuh dengan kejutan kali ini.

"Derran yang rencanain, bilang makasih sama dia!" celetuk Jovan.

"Thank you so much, Derandra." Derran mengagguk, ia mencium pipi Bian yang berada digendongan Kirana.

"Kok Bian? Kirana enggak, tuh?" goda Leon.

Dasar perusak suasana, dengan kesal Malvin dan Jovan menarik tangan Leon. Menyeret cowok itu dan menguncinya di luar rumah.

"WOY ANJ!NG! KOK LO KUNCIIN GUE SIH?"

Kisah yang rumit, namun berakhir dengan bahagia. Happy ending adalah hal yang diimpikan semua orang, tak terkecuali Kirana. Akhirnya ia bisa merasakan bagaimana happy ending yang sebenarnya, meski ia harus melewati banyak derita. Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah penderitaan. Kalimat itu memang benar adanya, jadi ... Semua orang pasti akan mempunyai happy ending masing-masing.

Alurnya masih tetap sama, hanya perihal waktu saja yang berbeda.

- TAMAT -


I'm Sorry | Completed [✓]Where stories live. Discover now