Part 9 - Jangan Mati Dulu Dong!

559 87 18
                                    

Suara bising langkah kaki serta bau menyengat obat-obatan khas rumah sakit adalah hal yang pertama kali menyapa indera Malvin, cowok berjalan dengan tergesa-gesa menuju IGD.

"Kak Malvin!" panggil seseorang.

Malvin mencari sumber suara, dan tepat sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri ia melihat Nisya tengah melambaikan tangan.

"Gimana kondisi Kirana?" tanya Malvin.

"Lagi di tanganin Dokter, bentar, jadi yang namanya Kirana itu dia?" Nisya baru menyadari jika perempuan yang bernama Kirana adalah orang yang tadi ia tolong.

"Iya, gue pikir lo udah tahu."

"Tahu namanya doang, belum Pern lihat mukanya secara langsung."
"Tapi sebelum itu, gue ada banyak pertanyaan tentang dia. Dari gimana dia bisa ada di apartemen lo, dan kenapa dia sampai kayak gitu?" Nisya akhirnya mengatakan apa yang ada di dalam otaknya.

Malvin bingung harus menjelaskan bagaimana, namun pada akhirnya ia menarik Nisya agar duduk di kursi tunggu. Malvin mulai menjelaskan semuanya perihal apa yang sudah terjadi. Sedangkan gadis itu seperti tak percaya dengan apa yang sudah di ceritakan oleh Malvin.

"Jangan bilang ke siapapun!" pesan Malvin.

Nisya hanya mengangguk, "kasian Kak Kiran."

"Terus Kak Derandra gimana?" Nisya kembali bertanya. Hal itu sukses membuat Malvin berpikir sejenak.

"Bentar, Sya. Gue mau hubungin temen gue." Tujuan Malvin sekarang adalah menghubungi Ellena, tak peduli jika nanti Kirana akan marah.

Ketika teleponnya tersambung, Malvin segera mengatakan apa yang terjadi pada Ellena. Malvin juga berpesan pada Ellena agar gadis itu menghubungi Jovan, untuk meminta bantuan menjaga Derran di apartemen.

"Gimana, Kak?"

Malvin mengangguk, "aman, tinggal nunggu Kirana."

****

Jovan, cowok dengan wajah blesteran Amerika itu masih tertidur pulas di kasur empuknya. Bahkan dirinya sama sekali tak terganggu ketika ponselnya berkali-kali berdering, mungkin ini adalah panggilan ke sekian dari Ellena. Namun beberapa saat kemudian tidur Jovan mulai terusik karena hal tersebut.

"Aghh, ganggu banget," geram Jovan, mengambil ponselnya dan melihat notifikasi yang berada di layar ponsel.

"Elle?" Ketika cowok itu membaca nama yang tertera di sana, segeralah ia mengganti posisi dari tidur menjadi duduk. Mengecek suara sembelum menjawab.

"Hallo, baby," jawab Jovan dengan nada tengil, akan tetapi bukan jawaban manis yang Jovan dapatkan, melainkan pekikan gadis tersebut. Belum sempat Jovan membalas, perkataan Ellena berhasil membuat dirinya terpaku.

"Lo bercanda?" Jovan masih tak percaya dengan informasi yang dikatakan oleh Ellena. Namun nada bicara Ellena mengisyaratkan jika gadis itu tidak sedang bercanda.

"Oke, gue kesana sekarang."

Jovan dengan segera bersiap-siap menuju tempat Derran, sedikit informasi jika Jovan adalah kekasih dari Ellena. Hanya saja Jovan jarang bergabung dengan Derran dan kawan-kawan karena mereka memang tak begitu dekat.

Awalnya Jovan ditanyai oleh Satpam penjaga rumah karena pergi pagi-pagi buta seperti ini, Jovan menjelaskan dengan sopan, dan dengan kebaikan hati Pak Satpam akhirnya Jovan diperbolehkan pergi.

***

Sedangkan di tempat lain, Derandra sedang menenggelamkan dirinya di bathtub. Berusaha mengusir pikiran buruk yang ada pada otaknya.

Merasa dirinya hampir kehabisan napas, dengan segera dia mengangkat kepalanya ke atas, mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Dadanya naik turun, matanya juga memerah karena kemasukan air.

"Maafin gue, Ran." Pada akhirnya, cowok itu menyesal, Derran merasa dirinya adalah laki-laki paling brengsek. Bagiamana jika Ibunya tahu tentang hal ini? apakah sang Ibunda akan marah? tentu saja Beliau akan marah, Derandra!

Tubuh Derran kini mulai pucat karena terlalu lama berendam, kukunya juga mulai memutih. Derran memejamkan matanya sejenak, mengambil napas dalam setelah itu kembali mengeluarkannya.

Ketika dia berusaha menenangkan dirinya, justru dia malah dikejutkan dengan pintu kamar mandinya yang didobrak paksa dari luar.

"WOY! JANGAN MATI DONG! LO KUDU TANGGUNG JAWAB DULU!"

"Jovan?"

Pelaku utama pendobrakan adalah Jovan, Derran tak habis pikir, kenapa cowok itu bisa masuk?

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang