Part 30 - I'm Sorry

464 63 0
                                    

Selang infus masih terpasang sempurna di tangan kanan Derran, ia baru saja sadar sepuluh menit yang lalu. Ia hampir berpikir ia mati merena melihat Kirana tengah menunggunya di samping ranjang tempat ia berbaring, rasanya sakit untuk berbicara, jadi ia berbicara lewat tatapan mata dengan Malvin.

"Gue pengen ngomong sesuatu sama Derran, kalo berkenan, lo boleh keluar sebentar?" Kirana yang mendengar hal itu hanya mengangguk pelan, menatap Derran dengan sendu sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.

"K-kenapa dia ke sini?" tanya Derran dengan suara yang serak, Malvin menarik kursi yang tadi ditempati Kirana untuk ia gunakan duduk.

"Sorry, gue gak bisa jaga rahasia dengan baik. G-gue ngasih tahu Kiran tentang alasan lo benci sama dia, dan alasan kenapa lo mati-matian mau pertahankan bayi kalian."

"Lo ...."

"Jangan potong dulu!" tegas Malvin.

"Gue juga mau ngasih fakta ke elo, Der. Sebenarnya ... Sebenarnya Kirana bukan anak kandung Yurika, lo salah besar udah melampiaskan rasa benci lo ke Yurika lewat Kirana. Karena faktanya, Kirana bukan anak kandung Yurika dan Rendy." Malvin berusaha menjelaskan semuanya, ia tak ingin sahabatnya ini tetap terjebak dalam prasangkanya sendiri.

"Setelah ini tinggal kalian yang nentuin, kalo misal Kirana emang udah bersikukuh buat gugurin bayi itu. Jangan ditahan! Karena dari awal ia gak pengen hal ini terjadi, gue juga minta maaf sama lo ... Mungkin ini telat, tapi seandainya gue anter lo pulang waktu itu, kejadiannya gak akan kayak gini. Maafin gue, Der!" pinta Malvin. Derran tak bisa berkata-kata, cowok itu diam membisu mendengar penjelasan Malvin. Benar kata Malvin, semua keputusan berada di tangan Kirana.

"Makasih udah banyak bantu gue, Vin. Tapi sebelum itu ... Gue minta tolong lagi, anterin gue ketemu orang tua kandung Kirana!" Hanya itu permintaan Derran, Malvin mengagguk tanda setuju. Tak lupa melakukan high five kebanggan mereka, walaupun Derran sempat berteriak kesakitan menahan perih di lengannya.

"Gue tinggal dulu, ya. Kirana gue suruh masuk, terserah lo mau bahas apa, yang penting jangan berantem!" Setelah kepergian Malvin, Kirana benar-benar masuk. Kirana nampak tenang, berbeda dengan Derran yang kini dilanda rasa bersalah yang begitu besar.

"I'm Sorry," ujar mereka secara bersamaan, Kirana canggung, Derran juga begitu. Akhirnya Derran mempersilahkan Kirana untuk bicara lebih dulu.

"Gue minta maaf, Der."
"G-gue gak tahu alasan lo sebenci itu sama gue, dan setelah tahu alasannya, gue merasa bersalah banget. Gue ...."

"Jangan minta maaf lagi!" Kirana bingung tentu saja, memamgnya kenapa jika ia minta maaf?

"Seharusnya gue yang minta maaf, Ran. Gue terlalu brengsek, udah rengut mahkota lo secara paksa, dan jadiin lo objek dendam gue ke Nyokap lo. Padahal selama ini gue salah besar, lo gak ada sangkut pautnya sama Yurika, tapi gue malah jadiin lo sasaran. Rasanya kesalahan gue ke lo banyak banget, dan gue pikir ... Rasanya gak pantas buat dapetin maaf dari lo." Derran tak menatap Kirana, ia menatap ke langit-langit kamar inapnya, tak tahan jika menatap wajah Kirana lebih lama.

Kirana sama halnya dengan Derran, ia hanya diam sambil menunduk. Semua ini hanya kesalahpahaman, bukan? Kepala Kirana mendadak pusing, perutnya juga mual. Pandangannya semakin mengabur.

"Ran?" Derandra panik, cowok itu nekat melepas infus. Hampir saja Kirana terbentur kerasnya lantai jika tak dengan sigap Derran tangkap. Tak peduli rasa sakit di tubuh, Derran berteriak memanggil Dokter. Ia khawatir dengan kondisi Kirana.

***

Malvin menepuk punggung Derran, "Gak apa-apa, Kiran kan kuat." Malvin berusaha menghibur Derran yang tampak kacau, cowok itu kena tegur perawat karena melepas infus sebelum habis. Namun Derran tak peduli, ia hanya peduli Kirana.

Beberapa saat kemudian, Dokter mengatakan jika Kirana telah sadar. Malvin dan Derran segera melihat keadaan Kirana, padahal kondisi Derran sendiri tak cukup baik.

"Lo, gak apa-apa?" tanya Derran. Tapi, belum sempat Kirana menjawab, Dokter tiba-tiba datang. Menginformasikan tentang kondisi kandungan Kirana, serta memberikan peringatan keras pada Kirana yang tak menjaga pola makan saat hamil.

Setelah Dokter pergi, suasana menjadi canggung. "Kenapa lo gak makan? Inget, Ran! Lo lagi bawa satu nyawa lagi!" peringat Derran. Kirana masih diam, ia menatap Derran yang kini sibuk membuka bungkus makanan.

"Mau apa?"

"Suapin, elo. Lo kalo gak gini gak akan makan, cepet buka mulutnya!"

Malvin pikir, Derran ini ingin menyuapi Kirana, atau mengajaknya bertengkar? Cowok itu menggeleng pelan, serta rela jadi obat nyamuk. Derran memasukkan satu suapan, Kirana merasa aneh melihat sikap Derran yang seperti itu.

"Hoek!" Baru beberapa suapan, Kirana kembali ingin muntah. Karena panik, Derran segera memanggil Dokter.

"Itu normal untuk masa hamil muda seperti ini, jadi tetap jaga pola makan dan kesehatan saja."

Kirana menatap Derran yang serius sekali mendengar jawaban Dokter, saat asik menikmati wajah Derran, cowok itu tiba-tiba menoleh. Ah, ia tertangkap basah.

"Mau USG, gak?" tanya Derran. Tunggu, apa-apaan itu tadi? Kirana shock dengan pertanyaan Derran.

I'm Sorry | Completed [✓]Where stories live. Discover now