Part 36 - Aku Rakus, Ya?

414 62 32
                                    

Kirana kini menatap aneh ke arah cermin, ia sedang memilih baju untuk pergi dengan Derran. Jujur, ia sangat menyesal menyetujui ajakan Derran. Kenapa suasana hatinya kini cepat berubah? Ini menyebalkan.

Terkadang, semangatnya bisa meletup-letup. Tetapi, kadang ia juga bisa merasa sangat malas. Bergerak saja rasanya malas, Kirana merasa aneh dengan dirinya. Padahal dulu ia tak seperti ini, apakah ini terjadi karena hormon kehamilan?

"Nak, Derandra sudah di bawah!" Kamila mengetuk pintu kamar Kirana.

"Iya, Ma." Dengan cepat ia segera turun, ia mengenakan dress selutut dengan cardigan sebagai atasan.

Derran juga berpamitan dengan Kamila, wanita itu sedikit lega ketika melihat Kirana tampak lebih hidup, setelah masalah yang dialaminya sedikit demi sedikit berlalu.

"Jangan sampai lecet, ya!" canda Kamila, namun sepertinya Derran menanggapinya dengan serius.

"A-ah, baik. Tentu saya akan menjaga Kirana dengam baik, tanpa lecet sedikit pun."

Mendengar jawaban Derran, Kirana terkekeh kecil. Ternyata Derran punya sisi menggemaskan juga, ya? Tunggu, menggemaskan katanya? Tidak! Derran sama sekali tidak menggemaskan. Kirana menegaskan dalam hatinya, ia tak boleh dengan mudah jatuh kembali ke kubangan pesona Derran.

***

Suasana mobil terasa sepi dan canggung, ini kali pertama Kirana ataupun Derran berada dalam satu mobil. Karena sebelum-sebelumnya hubungan mereka tak begitu baik. Atau bahkan, sangat tidak baik.

"Mau jalan ke mana?" tanya Derran.

"Terserah."

Hey, itu bukan jawaban! Kenapa gadis sering kali menjawab demikian? Jika Derran mengajaknya pergi ke pertandingan tinju MMA, pasti Kirana juga marah. Kenapa tidak langsung ke inti saja? Pada akhirnya Derran mengajak Kirana berkeliling.

"Jadi mau permen kapas, enggak?" tanya Derran. Kirana hanya mengagguk kecil. Derran segera memberhentikan mobilnya saat melihat penjual permen kapas.

"Kamu di sini aja, ya. Biar aku yanh turun."

"Mau ikut!"

Derran tersenyum. "Ayo!"

Kirana tersenyum lebar, saat Derran membuka pintu mobil, ia segera menerima uluran tangan Derran. Bahkan sepertinya ia tak sadar jika tangan mereka bertaut dan saling menggenggam erat.

Setelah banyak melakukan aktivitas berdua, Derran memilih mengantarkan Kirana pulang, karena sepertinya Kirana terlihat kelelahan. Tapi sebelum itu, Derran mengajak Kirana pergi ke toko buku. Namun kali ini Derran tak memperbolehkan Kirana untuk ikut ke dalam, alasannya ia tak ingin Kirana bertambah lelah.

Setelah menemukan buku yang ia inginkan, Derran segera kembali ke mobil. Tapi sepertinya kesialan tengah menimpa Derran, ia tak sengaja menjatuhkan buku yang ia beli saat ingin meletakkannya di dashboard. Apalagi jatuhnya tepat di bawah Kirana, akhirnya Kirana mengambil buku tersebut. Derran sudah menahan malu jika Kirana membaca judulnya nanti.

Wajah Kirana bersemu merah saat membaca judul buku yang dibeli Derran, itu adalah buku tentang kehamilan. Kenapa Derran membeli buku seperti itu?

"Aku beli biar aku tahu rasanya hamil gimana, jadi biar aku lebih mudah pahamin kamu aja."

Kirana yang mendengar penjelasan Derran akhirnya tersenyum simpul, jadi ... Derran ini hanya menyayangi bayi mereka, atau juga menyayangi Kirana juga? Itu adalah sebuah pertanyaan yang masih setia berputar di otak Kirana.

Setelah kejadian tadi, suasana kembali canggung. Sebelum akhirnya Kirana memegang lengan Derran yang tengah mengemudi.

"Ada apa?"

"Pengen makan batagor," cicit Kirana. Ia malu sekali meminta-minta pada Derran seperti ini. Derran yang paham jika Kirana sedang mgidam itu segera mencari penjual batagor, ia tak ingin anaknya suka ngiler jika ngidamnya Kirana tidak tersampaikan.

"Lahap banget, mau nambah?" tawar Derran. Kirana dengan cepat mengangguk, padahal ia sudah habis dua piring.

"Mang, tambah satu lagi!"

"Siaaap!" jawab sang Penjual.

"Gue makan rakus banget, ya?" tanya Kirana saat sadar jika Derran baru memakan satu piring batagor.

Derran dengan cepat menggeleng. "Enggak! Kamu gak rakus, kamu lagi bawa satu nyawa lagi. Makannya kamu sering ngerasa lapar." Derran tak ingin menyakiti hati Kirana.

Kirana tersenyum tipis, akhirnya ia kembali memakan satu piring batagor. Totalnya tiga piring yang sudah Kirana habiskan, padahal Derran sudah kenyang dengan satu piring.

"Bungkus tiga ya, Mang!" Sebelum membayar, Derran memesan tiga bungkus lagi.

"Buat apa?" tanya Kirana.

"Buat Papa sama Mama kamu," jawab Derran.

"Terus, yang satu?"

"Buat Bunda." Derran tentu saja tak akan melupakan sang Bunda tercinta. Kirana tersenyum saat Derran masih mengingat sang Ibunda di waktu seperti ini.

"Lain kali, boleh gak aku ketemu Bunda?" Pertanyaan Kirana membuat Derran terdiam, namun tak lama kemudian ia setuju. Ia akan mempertemukan Kirana dan sang Ibunda di lain waktu.

"Der," panggil Kirana.

"Hm?"

"Makasih banyak."

Derran menoleh. "Buat?"

"Buat semuanya, makasih," ucap Kirana dengan senyuman yang amat manis, hal itu tanpa sadar membuat jantung Derran berdetak lebih kencang dari biasanya. Tak ingin salah tingkah, akhirnya Derran mengalihkan pandangannya saja, ia tak kuat lama-lama memandang wajah Kirana.

I'm Sorry | Completed [✓]Where stories live. Discover now