65

19.9K 591 118
                                    

Warning typo and happy reading!!
.
.
.

"Nggak. Saya gak setuju."

"Ca!! Lo ngapain sih?!"

"Lo yang apa Za?!! Marvel ga pantas berada di sanaa. Dia juga bisa kok sembuh tanpa harus di bawa kesana."

"Lo kira lo siapa? Baru pacarkan? Gak usah begitu. Jangan seenaknya. Lo orang baru Ca asal lo tau." desis Enza terbawa emosi.

Gadis itu terdiam dengan kata kata yang di ucapkan oleh teman cowoknya.

"Gue muak tau ga?!!"

"Za!!" tegur Taran.

"Kita disini juga sahabat Marvel, yang nemenin dia dari dulu. Kita disini setuju dengan hal itu demi kebaikan Marvel. Kita emang awalnya gak ikhlas. Tapi ini demi kebaikan Marvel juga."

"Lo juga tau kan? Dari dua hari yang lalu Marvel terus nyoba buat bunuh dirinya!!! Dengan segala macam apapun tapi takdir masih nyelamatin dia. Yang artinya dia bisa sembuh. Dan itu adalah satu satunya jalan."

"Jadi.. lo jangan coba coba bilang yang aneh aneh. Lo baru pacarnya. Bukan istrinya. Lo gak punya hak banyak disini." lanjutnya dengan penuh penekanan.

Hal itu lagi lagi mampu membuat Eca terdiam. Dan kini matanya memanas. di batin ia membenarkan perkataan Enza. Memang dia ini cuman pacarnya... dan tak punya hak banyak.

"Za, jaga ucapan lo." tegur Kajes tak suka.

Talaga pun ikut menenangkan Enza. "Udah lo duduk. Tutup mulut lo."

Cowok itu menghela nafas panjang lalu menatap gadis temannya itu. "Ca... Gue sama awalnya gak setuju. Tapi tolong buka fikiran lagi Ca.. Lo gak mau kan dia terus terusan seperti itu?" ujar Bumi dengan tenang.

Eca terdiam dengan wajah sendunya. Di kelilingi oleh sahabat-sahabatnya yang menguatkannya.

Gadis itu menatap Marvel yang ada di dalam ruangan itu. Ia bimbang.

"Gue ke pamit dulu." pamitnya.

Semua mengangguk.

"Biarin dia tenang dulu." ujar Talaga yang di angguki oleh semuanya.

***

Di sisi lain. Eca dengan termenung duduk di kursi taman rumah sakit itu. Sambil memilin jari jarinya.

Tiba tiba ia merasa seseorang duduk di sebelahnya. Iapun menolehkan kepalanya. Terdapatlah seorang yang memakai seragam dokter. Mamanya.

"Kaka." sapa Mamanya itu.

Yera merangkul pundak anaknya itu.

"Ma..."

"Iya ka. Mama tau."

Eca terus menunduk di bawah rangkulan Mamanya. "Ma.. Eca bingung."

Yera mengangguk. Ia tahu apa yang sedang di hadapi oleh putrinya itu. Yaitu tentang pacar putrinya. Kan memang ia bekerja di rumah sakit ini, dan juga setiap masalah di rumah sakit pasti ia tahu khususnya yang berhubungan dengan jiwa.

MARVEL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang