Menghabisi polisi

6 2 0
                                    

Laila terus berlari, menghindari kejaran polisi dan peluru-peluru yang di arahkan kepadanya. Laila menjadikan beberapa bangunan rumah sebagai tempat untuk berlindung.

Ia mengambil pistolnya, mengarahkan kepala pistol kepada polisi yang menghalangi jalannya untuk keluar dari kepungan para polisi.

Suara tembakan mulai terdengar sahut-sahutan, satu persatu polisi tumbang, tergeletak tak berdaya di atas lantai marmer. Saat ini, Laila dan beberapa anggota mafianya, serta para polisi sedang berada dalam bangunan mewah milik tetangga Laila yang sudah lama di tinggal. Mansion mewah yang mewahnya melebihi Laila itu, kini sudah terhias dengan genangan-genangan darah akibat ulah Laila dan anggota mafianya.

Laila dan kumpulan geng mafianya tak menembak pada bagian fatal, mereka menembak pada bagian tangan, kaki, dan lain-lain yang tak akan mengakibatkan kematian menghampiri para polisi.

"Sial! Bagaimana caraku untuk keluar dari mansion ini? Gaya mansion ini tak seperti mansion milikku. Banyak sekali lika-likunya."

Laila berjongkok, menundukkan kepalanya saat ia melihat satu polisi berhasil mengikutinya.

"Kamar ini begitu luas. Aku yakin, dia tidak akan mudah menemukanku begitu saja," ucap Laila pelan. Ia berjalan mengendap-endap dengan posisi jongkok, tak luput, pistolnya pun ia pegang erat-erat, matanya tak henti-hentinya melirik sekitarnya.

Suara tembakan begitu nyaring terdengar. Kali ini, Laila tanpa sengaja menambak bagian fital dari tubuh polisi tersebut. Tanpa Laila sadari, ia telah menembak bagian jantung sang polisi.

Dengan perasaan panik, Laila berlari meninggalkan kamar. Ia juga menyempatkan diri untuk menyeret mayat sang polisi dan meletakkannya di kolong tempat tidur king size yang terletak di sana. Laila menutupi genangan darah dengan selimut hitam berbahan tebal.

Laila menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa, ia harus kembali pada anggotanya yang kemungkinan sudah beberapa dari mereka sudah tiada saat ini.

"Nona, lebih baik Nona pergi saja dari sini. Setengah dari kami akan menjaga Nona. Sisanya akan tetap berada di sini untuk mengulur waktu."

Laila menggeleng, mengangkat pistolnya tinggi-tinggi, menembak polisi-polisi yang tertangkap basah sedang menguping pembicaraan mereka.

"Mereka orang bodoh. Jangan takut untuk membunuh mereka. Mereka hanyalah boneka di dunia ini. Hanya demi uang, mereka rela menyerahkan nyawa mereka kepada Tuhan lewat diriku."

Laila kembali menembak polisi-polisi yang terus mengejar dirinya, ia tak segan-segan melepaskan beberapa peluru dan memusatkan di dalam tubuh polisi-polisi tersebut.

Setelah berhasil menghabisi semuanya, Laila pergi meninggalkan
Mansion mewah itu dengan kepala yang di tutupi oleh bahan tipis yang ia ambil dari lemari kamar yang tersimpan mayat polisi yang telah ia bunuh.

"Cepat, perintahkan para security untuk membubarkan para kerumunan orang-orang bodoh itu! Aku dan yang lain akan tiba di mansion."

Laila menutup teleponnya, tangannya ia letakkan ke samping, mengambil pistol yang sudah di bersihkan oleh bawahannya.

Laila berkecak pinggang di ruang tamu, di hadapan semua pekerja di rumahnya. Ia mengumpulkan semua orang. Mereka berdiri dengan kaki gemetar saat tatapan Laila benar-benar berbeda dari biasanya.

"Siapa di antara kalian yang telah membocorkan rahasia ini?"

Sorot mata Laila sangat menyeramkan, jiwa ketua mafia yang selama ini terpendam kini keluar dengan begitu menyeramkan membuat pria-pria berbadan besar yang menjadi bawahannya pun gemetar ketakutan.

"Jawab! Kenapa kalian hanya menundukkan kepala? Apa aku pernah memerintahkan kalian melakukan itu?"

Laila menggebrak meja dengan kakinya yang terbalut dengan high heels tinggi berwarna hitam, membuat meja yang di lapisi oleh kaca menjadi pecah.

"Tidak, Nona. Saya tidak membocorkan rahasia apa pun."

Laila ber-cih, mengangkat dagunya sedikit, meminta orang-orang yang lainnya menjawab pertanyaannya.

"Kesimpulannya, tidak ada yang membocorkan apa pun? Lalu, apa yang terjadi sekarang? Kenapa polisi bisa tahu tentang semua itu? Bahkan, bukti-buktinya pun sudah cukup kuat. Itu tak akan bisa aku elakkan jika aku sudah di penjara! Ingat, ya! Aku tak akan segan-segan membunuh kalian, bahkan orang tersayang kalian, serta keluarga besar kalian!"

Laila mengancam semua orang dengan nada tegas, tangannya terkepal kuat, matanya menatap nyalang semua orang yang masih tak berani angkat bicara.

Laila mengeluarkan pistolnya dari dalam tas, mengarahkannya kepada orang-orang di sana.

"Jawab! Atau aku akan menarik pelatuk ini dan akan mengirimkan kalian kepada Tuhan bersamaan dengan para polisi itu?"

Laila mulai meluruskan bidikannya, membidik orang terdekatnya terlebih dahulu.

Tanpa di sangka, mereka langsung berlutut di hadapan Laila, tangan mereka menyatu, meminta permohonan Laila.

"Maafkan kami, Nona. Kami sungguhan tidak membocorkan rahasia apa pun, kami berani bersumpah."

Laila menghela napas berat, menurunkan pistolnya perlahan, mengangkat kakinya dan menurunkannya dari atas meja yang sudah hancur, tak terlihat secantik sebelumnya.

"Aku meminta kepada kalian untuk mencari tahu siapa dalang di balik ini semua! Waktu kalian hanya satu Minggu untuk menyelidiki kasus ini. Jika kalian tidak dapat membuktikan jika diri kalian tidak bersalah, jangan salahkan aku jika beberapa keluarga besar kalian akan lenyap di tanganku."

Laila tersenyum iblis, menarik pelatuknya, menembak tembok yang berada di samping orang-orang yang sedang berlutut di hadapannya, membuat semua orang langsung menjerit karena takut tembakan itu mengenai tubuh mereka.

Live With Darkness Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin