chapter 31.

839 131 1
                                    

Hal dibawah hanya fiksi, dimohon kebijakan dalam menanggapi.

Perjalanan menuju portal teleportasi menuju ibukota memakan waktu sekitar lima hari, itu artinya rombongan Traxeus akan melakukan kemah dihutan atau penginapan setempat sepanjang perjalanan. Didalam kereta Arthur termenung, entah memikirkan apa.

Ia melihat keluar jendela dimana hari sudah berganti malam. Desa setempat masih sangat jauh jika menginginkan penginapan, malam ini mereka mungkin akan berkemah dijalan.

Tap.

Arthur merasakan kereta kuda dan tapak kuda dari para prajurit berhenti. Mungkinkah mereka semua memutuskan berkemah disini?

Arthur bergerak kearah pintu hendak keluar. Diluar ia bisa melihat para prajurit mulai membagun tenda dan pelayan mulai menyiapkan peralatan memasak. Ia mulai melangkah turun, tepat didepan pintu kereta Neta sudah bersiaga menyambutnya.

"Dimana kakak, Neta?" Tanya Arthur saat melihat sekeliling dan tak menemukan kakaknya.

"Saya melihat tuan muda Lucion pergi kearah hutan bersama Rira," jawab Neta. Arthur mengangguk dan berjalan menuju para prajurit berkumpul.

Dilain tempat, ada Lucion yang tengah berkuda dan Rira yang senantiasa mengikutinya dibelakang sana.

"Sudah kubilang, tidak usah mengikutiku. Kau boleh pergi," usir Lucion dengan nada mendesis pada Rira yang sejak tadi mengekor dibelakangnya.

"Saya hanya melakukan tugas saya. Nyonya Lauren berpesan agar tidak meninggalkan anda sendirian ditengah hutan," jawab Rira dengan senyuman merekah.

Lucion mendelik dan kembali membuang muka kedepan, "Aku bukan anak kecil lagi," dengus Lucion jengkel. Rira agak terkekeh dibelakang, "Saya tahu, tapi kelakuan anda kadang lebih kekanakkan dibanding tuan muda Noah," jawab Rira.

Lucion entah sudah lelah atau kehabisan perlawanan memilih diam sepanjang jalan.

Mereka berkuda selama bermenit-menit tanpa saling bicara hingga sebuah anak panah melesat kearah mereka dan mengenai kuda yang ditunggangi Lucion. Kuda itu seketika kaget dan menggila membuat Lucion panik dan akhirnya terjatuh dari kuda yang sudah berlari cepat persis kesetanan.

"Hahahah," tawa Rira pecah saat melihat Lucion yang jatuh dari kuda yang ditungganginya. Perempatan siku muncul didahi Lucion, ia menoleh dan memandang Rira yang tengah terpikal memegang perutnya karna menertawainya, "Jangan tertawa," serunya membuat Rira menghentikan tawanya.

Rira turun perlahan dari kudanya dan  kemudian membantu tuan mudanya berdiri, "Anda tidak apa-apa tuan muda?" Tanyanya. Lucion menerima uluran tangan Rira dengan jengkel, "Kau buta? Aku jatuh dari kuda yang menggila dan kau masih bertanya aku baik-baik saja?" Cibirnya dengan jengkel.

Rira hanya mengangkat bahu acuh melihat Lucion yang mulai jengkel. Memang hanya Rira yang bisa membuat Lucion jengkel tiap harinya, mana ketemu tiap hari lagi.

Netra biru Lucion berkilat marah, ia melihat satu titik dimana datangnya anak panah yang menyebabkan kudanya menggila, "Tunggu apa? Sana kejar kuda milikku," perintah Lucion.

Tanpa banyak bertanya Rira langsung kembali naik kearah kudanya dan mulai menyusuri jalan dimana kuda Lucion berlari panik. Ia tahu tipikal Lucion ketika marah akan bagaimana, "ada sekitar 15 orang, kurasa cukup untuk menghilangkan stres tuan muda."

Lucion melihat Rira yang mulai mengecil menjauh, ditatapnya semua titik dimana orang-orang berbaju hitam tengah mengamatinya dalam diam, 'mereka orang yang mengikuti rombongan kami sejak tadi. Ini hanya beberapa orang, apa selebihnya tengah mengamati Arthur?' Batinnya.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now