Chapter 20.

1.4K 262 12
                                    

Sebelum lanjut saya peringatin untuk selalu ingat, LUCION sama gilanya dengan kedua adiknya. Lebih parah kayaknya, jadi jangan heran abis baca ini ya?

••••

Lucion berjalan-jalan disekitar taman mansion count Linmel.

Lucion sangat penasaran sebenarnya tentang apa yang akan dilakukan Arthur pada Adam, apalagi adik bungsu paling gilanya ikut menyusul. Tapi memilih mengabaikan apapun yanga akan dilakukan kedua adiknya, Licion lebih tertarik dan memilih berjalan-jalan ditaman. Mungkin saja ia akan mendapat sesuatu yang menarik.

Walau tidak bisa dibandingkan dengan taman istana atau taman Traxeus, taman count Linmel cukup membuatnya terhibur. Lumayanlah.

Lucion terus seja melangkah tanpa arah hingga perhatiaannya terahlihkan oleh sekelompok nona-nona bangsawan yang menindas seorang gadis.

"Klise," pikir Lucion. Ia mendekat hingga telinganya bisa mendengar apa yang ada.

Bilang saja kau kepo.

Namanya Emma Flier, dia adalah putri satu-satunya keluarga marquess Flier. Dia berasal dari garis keturunan bangsawan, ibu dan ayahnya mempunyai darah bangsawan hebat yang mengalir didarahnya. Tentu dengan hal itu cukup membuat dia menjadi pusat dari para nona-nona bangsawan. Ya, dia semacam berkuasa lah. Parasnya yang cantik membuat banyak orang tergila-gila padanya, yang makin membuat dirinya berada diatas awan. Tapi setelah kemunculan anak dari baron desa didepannya ini membuat posisinya terancam.

Kalah saing ya mbak.

Namanya Clarissa Fendebrec, dia hanyalah anak dari seorang baron yang ada dipelosok desa. Keluarganya tidaklah berkuasa atau kaya, keluarganya hanya keluarga bangsawan biasa. Namun, paras Clarissa ini sungguh menawan yang mempu memikat banyak orang. Surai berwarna biru muda dengan iris mata hijau yang mempesona apalagi ditambah dengan sifatnya yang ramah dan polos makin memperkuat citranya dan kasih sayang orang padanya.

Plakk!

Plak!

"Apa kau menggoda tuan muda Linmel agar bisa hadir disini?"

Clarissa menahan perih dipipinya yang baru saja ditampar oleh antek-antek Emma, "S-saya tidak melakukan itu!" Bantahnya.

Emma melempar Clarisaa dengan kipasnya hingga tepat mengenai jidat sang gadis, "Lalu apa yang kau lakukan? Apa kau tidur dengan bangsawan kelas atas agar dapat hadir?" Para antek-antek Clarissa tertawa terbahak-bahak.

"S-saya- ."

Netra ungu Emma berkilat dingin, "Lalu apa yang bisa membuatmu datang kesini?"

Clarissa terbata-bata menjawab, "I-itu karna hampir setiap bangsawan menerima undangan, k-karna kali ini juga hadir para tuan muda Traxe- ."

Greb!

Tangan Putih Emma menjambak surai biru Clarissa membuat sang empu tak bisa melanjutkan perkataannya, "Jadi tujuanmu kesini adalah untuk menggoda para tuan muda Traxeus?"

Clarissa meringis, "T-tidak saya tidak- ."

Emma kembali mendorong Clarissa hingga tersungkur, "Ah aku lupa, memangnya para tuan muda Traxeus akan tertarik dengan perempuan menjijikan sepertimu?" Comoohnya tajam.

Krak...

Rasanya tulang kering Clarissa patah, ia bahkan kesusahan berdiri. Dia tahu, Emma adalah salah satu penyihir wanita berbakat jadi bukan tidak mungkin membuat ia yang hanya bisa menggunakan sihir dasar jatuh tetsungkur hingga menyebabkan tulang patah, "Aww," Ringisnya.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now