Chapter 16

1.9K 302 3
                                    

Netra biru milik Lucion berkilat marah, dia menatap nyalang pada gadis cantik dengan surai merah yang memandangnya dengan senyum miring.

Kaisar Aruel tidak perlu repot-repot berpikir, pasti ada sesuatu antara Lucion dan putrinya. Aruel hanya diam sambil memakan makanannya dengan tenang, seakan tidak terusik.

Arthur dan Noah menghela nafas diam-diam, kakak mereka benar-benar punya tempramen yang buruk. Asgar memijit pangkal hidungnya, ia tahu apa yang terjadi antara putranya dan Putri Retta, ia sudah mendengar penjelasannya dari para penjaga.

Si kembar bingung, apa yang membuat kakak perempuan mereka seperti ini?, "Apa yang terjadi diantara kalian?," tanya Luca penasaran. Luna yang memang sangat peka terhadap sekeliling, ia melirik kearah kakak pertamanya, "Kak Aneal bukankah kakak berkata bahwa ingin berkeliling kastil Traxeus?" Tanya Luna.

Aneal tersenyum dan mengangguk, "Akan jadi suatu kehormatan jika para tuan muda Traxrus menemani kami." Aneal tersenyum pada Arthur dan Noah. Noah dan Arthur langsung mengerti, "Suatu kehormatan untuk kami yang mulia." Arthur tersenyum dengan anggun.

Mereka berdiri memberikan salam kepada Asgar dan Aruel sebelum pergi. Kaisar Aruel merasakan bahwa Lucion dan putrinya sebentar lagi akan saling baku hantam berdehem, "Kurasa suasananya tidak terlalu baik," Katanya dengan senyum selalu terpatri. Asgar melirik putranya yang sudah kembali duduk, "..." ia tidak berkata apa-apa sebagai tanggapan.

"Bagaimana kalau kalian juga berjalan-jalan? Ini pagi yang indah," saran Aruel. Retta menghentikan acara makannya, ia memandang ayahnya tak percaya, "Tidak akan," Tolaknya tanpa basa basi. Aruel bukanlah kaisar sembarang, ia tidak akan mengalah bahkan jika itu putrinya, "Putri Pertama, ini bukanlah permintaan. Ini perintah."

Dalam pikirannya Lucion sudah berfantasi mencincang-cincang tubuh Aruel. Ia menoleh pada ayahnya meminta dukungan, "Ayah~." Tatapan Lucion nampak sekali memelas, "Itu ide yang bagus. Lucion temanilah putri Retta jalan-jalan." Agaknya Asgar juga bukan ayah gampangan

Retta berdiri dari tempat duduknya dengan kasar lalu melirik Lucion yang masih duduk, "Tunggu apa lagi? Ayo pergi." Ia berjalan keluar tanpa menoleh atau sekedar memberi salam pada ayahnya.

Lucion berdecak jengkel lalu ikut berdiri dengan kasar kemudian mengikuti langkah dan tindakan Retta.

"Tampaknya putramu cocok menjadi suami putriku, Akan sangat menyenangkan bukan jika kita berbesan?" Goda Aruel sesaat setelah putrinya dan Lucion meninggalkan ruang makan.

Asgar merinding hanya dengan memikirkan berbesan dengan kaisar sinting di depannya ini.

"Teruslah bermimpi!"

•••

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan yang menemani antara Lucion dan Retta. Pelayan yang sempat berpapasan dengan mereka bahkan merinding melihat tatapan pasangan itu, menakutkan.

Walau berjalan berseblahan Lucion bahkan enggan bersitatap muka dengan Retta. Retta juga sama, ia tetap diam dan hanya mengikuti langkah Lucion di sampingnya.

Tanpa sadar mereka berjalan terlalu lama dan semakin jauh bersama keheningan yang menemani. Lucion menghentikan langkahnya, matanya melirik kesana-kemari. 'Tunggu, tidak mungkin bukan? Apa... kami tersesat?' Batin Lucion syok.
(Jika boleh jujur, Lucion belum terkalu hapal dengan denah Kastil besar ini).

Sepanjang Lucion melirik hanya ada patung emas dengan berbagai bentuk yang ia dapati, bahkan pelayan pun tidak ia temukan, "Apa kami benar tersesat?" Gumamnya. Retta melirik kearah Lucion, ia sedikit mendongak agar melihat wajah Lucion, "Kenapa berhenti?" Tanyanya bingung.

Lucion menoleh kebawah, netra biru miliknya bertubrukan dengan netra merah gadis di sampingnya, "Kurasa kita tersesat," Jawab Lucion sedikit tidak enak. Retta tidak mengatakan apa-apa, ia berjalan kearah Gazebo yang tidak jauh dari mereka.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now