chapter 30.

902 153 31
                                    

Hening melanda tempat dimana dua perempuan itu sedang bersama, Lauren yang tengah mengaduk tehnya dan Clarissa yang duduk didepannya tengah menundukkan kepala.

"Apa kau yakin dengan permintaanmu Clarissa?" Tanya Lauren untuk memastikan bahwa yang diinginkan gadis didepannya sudah dipikir matang-matang.

"Saya mohon, hanya ini permintaan saya," ungkap Clarissa.

Lauren mengambil satu gula dan menuangkannya di cangkir teh Clarissa yang nampak belum tersentuh sejak tadi, "Baiklah, aku akan bicara dengan Duke." Lauren tersenyum tipis.

Clarissa mengankat wajahnya yang nampak sudah menahan tangis dan air mata, "Apa benar kau baik-baik saja?" Tanya Lauren khawatir. Clarissa menggeleng, "Saya tidak apa-apa," jawab Clarissa, ia berdiri dan membungkuk hormat pada Lauren sebelum berbalik pergi meninggalkan rumah kaca itu.

Lauren hanya bisa memandang punggung kecil Clarissa yang semakin menjauh ditengah gelapnya malam, "Ibu tau kalian ada disana, Sussyle dan Arthur." Lauren berbalik melihat Sussyle dan Arthur muncul dari arah belakang.

"Senang bertemu denganmu lagi Sussyle," sapa Lauren pada Sussyle yang bersama Arthur. Sussyle mengangguk samar, "Senang juga bertemu denganmu, kalau begitu aku harus pamit. Maaf tidak bisa berlama-lama disini." Sussyle pun menghilang bersama dengan kumpulan asap merah.

Arthur mengalihkan pandangannya kearah ibunya lagi, "Aku tidak mendengar apa-apa malam ini." Ia berjalan pergi meninggalkan ibunya sendirian lagi.

Lauren menyerumput tehnya perlahan, "Ternyata kutukan ya?"

•••

Tuk...
Tuk...
Tuk...

Langkah kaki Clarissa terus terdengar membuatnya bergema dilorong yang dia lewati, iris mata hijaunya memancarkan kehampaan. Namun terlalu arogan untuk mengeluarkan air mata kesedihan.

"Clarissa? Apa itu kamu?"

Langkah Clarissa berhenti, tubuhnya kaku saat mendengar suara Lucion yang melangkah kearahnya.

"Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" Tanya Lucion saat sudah sampai dibelakang Clarissa.

Clarissa berbalik, ekspresinya menjadi cerah dan penuh senyum, "Saya tadi tidak sengaja terbangun dan berpikir untuk jalan-jalan. Sekarang saya akan kembali ke kamar."

Lucion tersenyum pada Clarissa, "Kalau begitu, mari aku antar," ajaknya.

Akhirnya mereka berjalan beriringan menyusuri lorong menuju kamar Clarissa.

"Besok aku akan ke ibukota kekaisaran untuk bertemu keluarga kerajaan bersama Arthur menggantikan ayah. Kuyakin, aku pasti akan merindukanmu," Sahut Lucion setelah keheningan menyelimuti mereka.

"Saya juga pasti akan merindukan anda," balas Clarissa.

"Aku tau! Berjanjilah kamu akan menungguku kembali," Ucap Lucion.

Langkah Clarissa terhenti, tubuhnya kaku saat mendengar ucapan Lucion. Entah harus bereaksi bagaimana menghadapi janji Lucion.

Lucion berbalik melihat Clarissa terdiam mematung, "Ada apa Clarissa? Kamu baik-baik saja?" Tanya Lucion khawatir.

"Saya tidak bisa berjanji tuan muda," Ujar Clarissa membuat netra Lucion mengecil lantaran terkejut.

"Apa kamu akan meninggalkan ku?"

Clarissa berjalan mendekati Lucion, ia memegang pipi pemuda itu lembut dan tersenyum hangat, "Anda tidak membutuhkan saya, percayalah. Saya hanyalah satu dari sekian orang yang hadir didalam hidup anda. Yang singgah namun tak menetap, yang hadir namun hanya lewat, jadi jangan membuat saya merasa berharga," Jelas Clarissa.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now